Jurus Siti Nurbaya Bakar Redam Kebakaran Hutan di 2020

21 Oktober 2020 19:11 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri LHK Siti Nurbaya (tengah) pada Rakornis Karhutla MPA-Paralegal, di Jakarta, Jumat (24/7). Foto: Kementerian KLHK
zoom-in-whitePerbesar
Menteri LHK Siti Nurbaya (tengah) pada Rakornis Karhutla MPA-Paralegal, di Jakarta, Jumat (24/7). Foto: Kementerian KLHK
ADVERTISEMENT
Menteri LHK Siti Nurbaya Bakar mengeklaim berhasil menekan munculnya titik panas untuk. Kabar baik itu, menurut Siti berdampak baik pula pada proses menekan angka terjadinya kebakaran hutan khususnya di tahun 2020.
ADVERTISEMENT
Modifikasi cuaca, kata Siti Nurbaya Bakar, jadi salah satu langkah yang pemerintah ambil untuk menekan jumlah titik panas penyebab kebakaran hutan.
"Pada tahun ini apinya tinggal 8% sampai 9%, hotspotnya itu tinggal 8 sampai 9%. Jadi nggak bener juga kalau dibilang karena iklim, karena iklimnya tetap kita ikutin jadi saya setiap hari sore pagi tuh ngikutin datanya dan sejak bulan April Mei dan kemarin makin kenceng di Agustus kita lakukan modifikasi cuaca," ujar Siti dalam forum diskusi Denpasar secara daring, Rabu (21/10).
Solusi untuk memodifikasi cuaca di beberapa daerah yang berpotensi muncul titik panas, menurut Siti jelas membantu pemerintah untuk menekan angka kebakaran hutan tahunan.
Pelajar Kabupaten Tanjungjabung Timur dan warga beraktivitas di Jalan Lintas Jambi-Muara Sabak yang diselimuti kabut asap karhutla. Foto: ANTARA FOTO/Wahdi Septiawan
Sehingga hujan dapat ditentukan akan diturunkan kapan dan di mana, agar titik panas yang ada dapat diredakan.
ADVERTISEMENT
"Kenapa harus modifikasi cuaca? karena sebetulnya bisa direkayasa awannya bukan yang direkayasa itu bukan curah hujannya nanti dimarahin orang-orang kita dibilangin ngelawan Tuhan, tapi sebetulnya dari awan-awan itu bisa kita engineering kapan dia (hujan) bisa diturunkan," ucap Siti.
Langkah sinergi dengan masyarakat hingga pihak yang kerap terlibat dalam peristiwa kebakaran hutan, menurut Siti jadi langkah permanen yang dapat diambil selain memaksimalkan upaya modifikasi cuaca.
"Jadi ini bisa jalan, yang paling penting dan unggul buat Indonesia itu adalah partisipasi publik, itu kayaknya nggak ada lawan. Karena kita mulai mendorong masyarakat peduli api dengan sistem paralegal jadi masyarakat berkesadaran hukum jadi yang pemain-pemain tukang bakarnya sudah mulai kita ajak gitu, ayo dipatroli," kata Siti.
Tim pemadam kerbakaran hutan dan lahan (karhutla) Gunung Arjuno. Foto: Dok. Istimewa