Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya
Kabar Baik Corona: 392 Ribu Orang di Depok Akan Divaksin; Tak Ada Efek ADE
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Selain soal vaksin, kumparan merangkum kabar baik terkait angka kesembuhan di Bogor yang terus meningkat. Berikut kabar baik corona yang terjadi pada Rabu (21/10):
Belum Ditemukan Indikasi yang Hambat Uji Klinis III Vaksin Sinovac
Direktur Utama Bio Farma (BUMN penyedia vaksin), Honesti Basyir, mengungkapkan, seluruh relawan (1.620 orang) sudah menjalani suntikan pertama uji klinis tahap III. Sebagai catatan, vaksin corona Sinovac akan disuntikkan ke badan sebanyak dua kali.
"Dan 1.074 relawan sudah dapat suntikan kedua. Sementara 671 orang sudah diambil darah setelah mendapat suntikan kedua," kata Honesti dalam diskusi virtual yang disiarkan di Youtube Forum Merdeka Barat 9, Rabu (21/10).
Sejauh ini, Honesti memastikan uji klinis III berjalan lancar. Tak ada relawan yang merasakan efek samping serius.
ADVERTISEMENT
"Sampai sejauh ini alhamdulillah belum ditemukan indikasi-indikasi yang menghambat uji klinis ini. Dan kami optimistis uji klinis ini selesai bulan Januari 2021," tutur dia.
Setelah uji klinis III selesai, Bio Farma dan FK Unpad sebagai penyelenggara dan pelaksana akan bertukar data dengan negara lain yang juga melaksanakan proses yang sama.
Tahap Awal, 392 Ribu Orang di Depok Akan Diberi Vaksin Corona
Pemerintah Kota Depok tengah mematangkan vaksinasi corona untuk masyarakat pada November dan Desember 2020. Untuk gelombang pertama, sebanyak 290 ribu orang di Depok akan diberikan vaksin gratis.
“[Sebanyak] 60 persen dari jumlah penduduk Kota Depok akan diberikan vaksin,” ujar Juru Bicara Tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Kota Depok, Dadang Wihana.
ADVERTISEMENT
Setelah dilakukan rapat finalisasi, jumlah pemberian vaksin bertambah menjadi 392 ribu orang.
Jumlah penduduk Kota Depok mencapai 1,4 juta jiwa. Pemerintah Kota Depok akan memprioritaskan pemberian vaksin terhadap tenaga kesehatan, TNI-Polri dan pihak-pihak yang melakukan pelayanan publik.
Vaksin Sinovac Ada yang Bisa untuk Usia 3 Tahun ke Atas
Guru Besar Fakultas Kedokteran Unpad, Prof Kusnandi Rusmil, menyebut, vaksin Sinovac asal China bakal memproduksi vaksin untuk usia di atas 3 tahun. Selama ini, vaksin baru bisa digunakan untuk usia 18-59 tahun.
"Sinovac ada yang untuk umur lebih dari 3 tahun. Uji kliniknya sedang berjalan, selesainya November, " kata Prof Kusnandi.
Koordinator uji klinis III vaksin Sinovac itu menyarankan pemerintah mengusahakan mendapat vaksin tersebut. Sebab, komitmen vaksin Sinovac yang diproduksi Bio Farma nanti hanya untuk usia 18-59 tahun.
ADVERTISEMENT
"Vaksin yang itu bisa dibeli oleh pemerintah kita, tapi bukan yang dibuat Bio Farma," tutur dia.
Angka Kesembuhan Virus Corona di Kota Bogor Tembus 1.494 Kasus
Jumlah kasus kesembuhan virus corona di Kota Bogor, Jawa Barat, menembus angka 1.494. Pada Rabu (21/10), terdapat penambahan 36 pasien sembuh.
Adapun total kasus positif di Kota Bogor sebanyak 1.825 orang. Sebanyak 269 orang masih dirawat dan 62 orang meninggal dunia.
Kasus positif di Kota Bogor dibagi menjadi empat kategori yakni, kasus positif dengan gejala berat, kasus positif dengan gejala sedang, kasus positif dengan gejala ringan, atau pun kasus positif tanpa gejala atau OTG.
"Kasus positif dengan gejala berat hingga sedang, dirawat di rumah sakit, sedangkan kasus positif dengan gejala ringan dan tanpa gejala atau OTG di rawat di tempat isolasi khusus maupun menjalani isolasi mandiri di rumah," ucap juru Bicara Pemkot Bogor, Sri Nowo Retno, dikutip dari Antara.
Mutasi Tidak Ubah Morfologi Virus Corona, Vaksin Masih Berefek Baik
ADVERTISEMENT
Prof Kusnandi menuturkan, dalam 10 bulan terakhir --sejak virus corona ini pertama kali ditemukan, virus SARS-CoV-2 sudah bermutasi. Namun, menurutnya, mutasi tersebut tidak mengubah morfologi virus secara keseluruhan.
"Dalam 10 bulan terjadi mutasi virus. Tapi itu mutasinya tidak akan mengubah morfologi secara keseluruhan, sehingga vaksin yang akan dibuat masih punya efek yang baik," kata Kusnandi.
Kata Kusnandi, saat ini berbagai negara seperti Australia, New Zealand, Amerika Serikat, sudah mulai meneliti mutasi virus corona ini. Sehingga, vaksin-vaksin yang tengah dibuat bisa dipastikan masih bisa digunakan meski virus ini sudah bermutasi.
"Jadi itu tetap bisa, enggak masalah dan belum terjadi perubahan besar yang akan mengubah morfologi virus itu. Virus itu tetap disebut dengan virus corona, berbeda dengan influenza," tutur Kusnandi.
Tim Riset Unpad Tegaskan ADE Tak Ada di Vaksin Corona, Sudah Diuji Negara Lain
ADVERTISEMENT
Prof Kusnandi Rusmil kembali menegaskan tidak ada fenomena antibody-dependend enhacemen (ADE) dalam vaksin corona. Guru besar FK Unpad itu memastikan ADE hanya pernah terjadi di kasus demam berdarah.
ADE adalah fenomena reaksi ketika pemberian antibodi (berupa vaksin atau lainnya) menjadi tidak efektif dan malah memperkuat infeksi sehingga muncul suatu kejadian imunopatologis berat.
"Fenomena ADE adalah fenomena yang terjadi kalau kuman penyakitnya itu mempunyai antigen lebih dari satu. Kan kalau dari virus COVID-19 ini antigennya satu. Dan ADE ini hanya terjadi pada waktu itu di virus demam berdarah," ujar Kusnandi.
Kusnandi menekankan, penelitian antigen vaksin corona sudah dicoba dalam uji praklinik. Hasilnya, tim tidak menemukan efek ADE tersebut.
ADVERTISEMENT
"Dari pengalaman uji klinis yang ada, Brasil sudah ada 9 ribu subjek yang dilakukan uji klinis, UEA 31.500 subjek, Indonesia 1620 subjek, sampai sekarang belum terjadi ADE. Dari laporan yang ada, belum terjadi ADE," imbuh Kusnandi.