Kabar Corona Dunia: India Mulai Vaksinasi; Pakistan Beri EUA Vaksin AstraZeneca

17 Januari 2021 9:01 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Trevor Cowlett, saat disuntik vaksin Universitas Oxford / AstraZeneca di Rumah Sakit Churchill, Oxford, Inggris, Senin (4/1).  Foto: Steve Parsons / Pool / AFP
zoom-in-whitePerbesar
Trevor Cowlett, saat disuntik vaksin Universitas Oxford / AstraZeneca di Rumah Sakit Churchill, Oxford, Inggris, Senin (4/1). Foto: Steve Parsons / Pool / AFP
ADVERTISEMENT
Kasus positif virus corona secara global telah mencapai 94,4 juta. Artinya, sebanyak 94 juta orang lebih di dunia telah terinfeksi COVID-19. Angka kematian tercatat sudah menembus 2 juta jiwa.
ADVERTISEMENT
Amerika Serikat masih memimpin sebagai negara dengan jumlah kasus positif terbanyak di dunia, yakni 24 juta orang lebih terinfeksi. Kemudian disusul India dengan 10,5 juta kasus.
Sebagian negara telah memulai program vaksinasi. Bahkan, India mengeklaim telah memulai vaksinasi COVID-19 terbesar di dunia.
Sejumlah kabar penanganan corona dan vaksinasi dari berbagai negara selama Sabtu (16/1) kemarin akan kumparan rangkum dalam kabar corona dunia:

Pandemi COVID-19 di Jerman Memburuk

Ruth Heller, wanita berusia 100 tahun, menerima vaksin Pfizer / BioNTech COVID-19 di panti jompo Agaplesion Bethanien Sophienhaus di Berlin, Jerman, Minggu (27/12). Foto: Kay Nietfeld/Pool via Reuters
Kasus COVID-19 di Jerman masih belum juga membaik meski vaksinasi telah diberikan kepada warga sejak Desember 2020. Dengan angka kematian lebih dari 1.000 orang per harinya, Jerman telah melihat lebih dari 44.000 orang tewas karena virus corona.
Saat ini, Jerman sedang menerapkan lockdown secara ketat sampai 31 Januari 2021. Penduduk yang tinggal di kota dengan jumlah infeksi lebih dari 200 kasus per 100.000 orang selama tujuh hari terakhir, tidak diizinkan untuk berpergian lebih dari 15 km dari rumah mereka.
ADVERTISEMENT
Hingga Sabtu malam, jumlah kasus positif corona di Jerman telah mencapai 2,02 juta orang.

WHO Tidak Sarankan Bukti Vaksinasi sebagai Syarat Perjalanan Internasional

Kantor WHO di Jenewa, Swiss. Foto: Shutter Stock
WHO tidak menyarankan bukti vaksinasi COVID-19 atau kekebalan sebagai syarat untuk perjalanan internasional. Dikutip dari Reuters, Komite Darurat WHO yang terdiri dari 19 ahli independen menggelar pertemuan keenam dalam setahun karena jumlah kematian karena pandemi mencapai 2 juta orang di antara lebih dari 90 juta kasus.
"Saat ini, tidak diperkenankan persyaratan bukti vaksinasi atau imunitas untuk perjalanan internasional sebagai syarat untuk masuk karena masih ada ketidaktahuan terkait efikasi vaksin dalam mengurangi transmisi dan terbatasnya ketersediaan vaksin," kata panel WHO.
"Bukti vaksinasi seharusnya tidak mengecualikan wisatawan internasional dari memathui langkah-langkah pengurangan risiko perjalanan lainnya," lanjutnya.
ADVERTISEMENT
Ketua Panel WHO, Didier Houssin, mengatakan saat ini terdapat "perbedaan besar" di antara negara-negara terkait testing, karantina dan pelarangan perjalanan yang menyebabkan dia menjadi "sedikit lumpuh, sedikit bingung".
Sementara ahli utama darurat WHO, Mike Ryan, mengatakan bahwa "apa yang komite katakan adalah 'saat ini', bukti ilmiah tidak lengkap, belum ada vaksin yang cukup dan kami tidak bisa melakukan itu sekarang dan membuat pembatasan berpergian yang tidak perlu".

India Mulai Vaksinasi COVID-19 Terbesar di Dunia

Seorang petugas kesehatan memegang mawar saat menerima vaksin COVISHIELD dari AstraZeneca, di sebuah pusat medis di Mumbai, India. Foto: Francis Mascarenhas/Reuters
India memulai program vaksinasi COVID-19 terbesar di dunia hari ini, Sabtu (16/1). Perdana Menteri India, Narendra Modi, mengungkapkan kegiatan ini merupakan salah satu kampanye imunisasi terbesar di dunia dalam upaya mengendalikan pandemi virus corona.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari Reuters, pemerintah India memprioritaskan perawat, dokter, dan pekerja di garda terdepan lainnya untuk mendapatkan vaksinasi perdana.
"Penyakit ini (COVID-19) memisahkan orang dari keluarga mereka. Menjauhkan ibu dari anak-anak mereka, dan mereka yang meninggal karena penyakit itu. Bahkan tidak bisa melakukan perpisahan terakhir dari keluarga mereka," kata Modi sambil meneteskan air mata saat meluncurkan program vaksinasi secara virtual.
Eswar Jani, 31, seorang pekerja sanitasi, menerima COVISHIELD, vaksin COVID-19 yang diproduksi oleh Serum Institute of India. Foto: Danish Siddiqui/Reuters
Manish Kumar, seorang pekerja sanitasi, berkesempatan menjadi orang pertama di India yang divaksinasi.
India dengan populasi hampir 1,4 miliar orang dan menjadi negara terpadat di dunia, menargetkan 300 ribu orang dapat divaksin pada hari pertama.
Namun, masyarakat tidak bisa memilih vaksin yang diberikan oleh petugas, yakni antara AstraZeneca atau vaksin buatan lokal yang dikembangkan Bharat Biotech India --yang tak diketahui kemanjurannya.
ADVERTISEMENT

Pakistan Keluarkan Izin Penggunaan Darurat Vaksin AstraZeneca

Kotak berisi vaksin Universitas Oxford / AstraZeneca di Princess Royal Hospital, Haywards Heath, West Sussex, Inggris. Foto: Gareth Fuller / PA Wire / Pool /REUTERS
Otoritas Pakistan memberikan izin penggunaan darurat (emergency use auhorization/EUA) vaksin corona AstraZeneca. Ini merupakan vaksin corona pertama yang diberikan lampu hijau di Asia Selatan.
"DRAP (Drug Regulatory Authority of Pakisan) memberikan otorisasi penggunaan darurat untuk vaksin COVID AstraZeneca," ucap Menteri Kesehatan Pakistan, Faisal Sultan, dikutip Reuters.
Vaksin AstraZeneca diketahui memiliki tingkat efikasi (kemanjuran) sekitar 62 hingga 90 persen, tergantung pada dosis pemakaiannya.
Pakistan sebenarnya telah mendapatkan lebih dari satu juta dosis vaksin Sinopharm dari perusahaan China. Namun, DRAP belum memberikan izin penggunaan darurat terhadap vaksin tersebut.
Sultan menargetkan negaranya bisa mendapatkan puluhan juta dosis vaksin lainnya dengan CanSino yang juga dari China. Untuk diketahui, vaksin Ad5-nCoV buatan CanSino Biologics tersebut saat ini tengah menyelesaikan uji klinis fase III di Pakistan.
ADVERTISEMENT

Yunani Mulai Program Vaksinasi COVID-19 Bagi Lansia

Seorang dokter dan perawat berbicara dengan seorang wanita lanjut usia setelah dia menerima vaksin virus corona di rumah sakit Evangelismos di Athena, Yunani. Foto: Alkis Konstantinidis/Reuters
Yunani memulai program vaksinasi COVID-19 terhadap kelompok lansia mulai Sabtu (16/1) kemarin. Sebelumnya, sebanyak 75 ribu kelompok garda terdepan seperti petugas kesehatan hingga pengasuh panti jompo telah menerima vaksin corona.
Salah satu lansia yang menerima vaksin adalah seorang wanita berusia 91 tahun, bernama Kassiani.
"Saya tidak sabar, ini akan menyelamatkan orang," ucap Kassiani dikutip Reuters.
Vaksinasi di Yunani sendiri telah dimulai sejak Desember 2020, dengan menggunakan vaksin Pfizer/BioNTech, termasuk bagi penghuni panti jompo.
Perdana Menteri Yunani, Kyriakos Mitsotakis, sebelumnya menargetkan pemerintah dapat menyuntikkan vaksin corona terhadap 2 juta dari 11 populasi di negaranya hingga Maret mendatang.

Prancis Berlakukan Jam Malam Mulai Pukul 18.00

Pemandangan Champs Elysee Avenue, Paris saat lockdown. Foto: REUTERS/Pascal Rossignol
Prancis mulai memberlakukan jam malam mulai pukul 18.00 waktu setempat untuk menekan laju penyebaran virus corona. Pembatasan aktivitas di luar rumah pada malam hari ini dimajukan 2 jam dari sebelumnya pukul 20.00.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari Reuters, Sabtu (16/1), pemberlakuan jam malam ini ditetapkan pemerintah Prancis akibat penularan COVID-19 yang lebih cepat terjadi dari varian baru asal Inggris.
Meski, sejauh ini varian baru virus corona ini 'baru' menyumbangkan 1 persen dari kasus baru, dari total 2,8 juta kasus positif corona.
"Langkah-langkah ini diperlukan mengingat situasi terkini. Meskipun memburuk, tetapi ini relatif lebih baik daripada banyak negara di sekitar kita," ucap Perdana Menteri Prancis, Jean Kata Castex.