Kabar Corona Dunia: Jepang Perluas Situasi Darurat; Australia Tolak AstraZeneca

14 Januari 2021 7:12 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kerabat berduka saat menghadiri pemakaman David Gutierrez yang meninggal karena virus corona di Houston, Texas. Foto: Callaghan O'Hare/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Kerabat berduka saat menghadiri pemakaman David Gutierrez yang meninggal karena virus corona di Houston, Texas. Foto: Callaghan O'Hare/REUTERS
ADVERTISEMENT
Kasus virus corona di dunia masih terus bertambah. Sejumlah negara pun menerapkan pembatasan yang lebih ketat untuk menekan kasus corona di negaranya masing-masing.
ADVERTISEMENT
Bagaimana penanganan virus corona di sejumlah negara? Berikut kabar corona dunia yang telah kumparan rangkum:

Jepang Perluas Situasi Darurat Hingga ke 7 Prefektur

Pemerintah Jepang akan memperluas situasi darurat hingga tujuh prefektur. Kebijakan diambil menyusul melonjaknya kasus infeksi virus corona.
Perluasan situasi darurat tersebut dilakukan setelah gubernur Osaka, Kyoto, dan prefektur lain meminta pemerintah Jepang untuk mengeluarkan otoritas hukum lokal untuk membatasi pergerakan penduduk dan bisnis.
Tradisi warga Jepang berdoa di kuil untuk memulai kerja di tahun baru. Foto: AFP/Kazuhiro Nogi
PM Jepang Yoshihide Suga diperkirakan akan mengumumkan wilayah situasi darurat yang diperluas pada kamis (14/1) malam. Perluasan status mencakup pada prefektur Osaka, Kyoto, Hyogo, Fukuoka, Aichi, Gifu, dan Tochigi.
Pengambilan keputusan itu berlangsung saat kasus virus corona di Jepang mencapai 300 ribu kasus. Sedangkan jumlah kematian sebanyak 4.187 jiwa.
ADVERTISEMENT

Perusahaan Malaysia Akan Produksi Vaksin Sinovac

Perusahaan farmasi Malaysia, Pharmaniaga Bhd, akan memproduksi vaksin corona dari Sinovac. Produksi vaksin tersebut dimulai pada Maret 2021.
Dikutip dari The Star, Pharmaniaga diberi izin untuk memproduksi vaksin Sinovac sebanyak 2 juta dosis. Direktur pelaksana grup Pharmaniaga, Datuk Zulkarnain Md Eusope mengatakan bahwa vaksin itu akan menjadi yang pertama di produksi di Malaysia.
Ia juga mengatakan bahwa Pharmaniaga kan menginvestasikan sebanyak 3 juta Ringgit (setara dengan Rp10,4 miliar) untuk retrofit pabrik vaksin.
Vaksin buatan Sinovac Biotech, China, bernama CoronaVac. Foto: Sinovac
“Kami sangat yakin dapat melaksanakan tugas tersebut dengan sukses karena para ahli teknis kami telah bekerja untuk mendirikan pabrik vaksin halal di Malaysia sejak 2017," ucapnya usai penandatanganan perjanjian antara Pharmaniaga dengan Sinovac.
ADVERTISEMENT
"Ketika COVID-19 menyebar pada awal tahun lalu, kami segera menyalurkan tim kami untuk bekerja dengan mitra global kami, termasuk Sinovac,” sambungnya.

China Hadapi Gelombang Baru Corona: 4 Kota Lockdown, Kasus Baru Pecah Rekor

China berhadapan dengan gelombang baru infeksi virus corona. Sebanyak empat kota terpaksa lockdown seiring lonjakan kasus COVID-19.
Pada Rabu (13/1) Komisi Kesehatan Nasional China melaporkan 115 kasus baru. Jumlah itu melonjak dari sehari sebelumnya yaitu 55 kasus baru.
Jumlah tersebut juga merupakan penambahan tertinggi sejak 30 Juli 2020 lalu. Saat ini total kasus infeksi corona di China sebanyak 87.706.
Komisi Kesehatan Nasional menyebut 107 dari 115 kasus baru adalah penularan lokal. Sisanya merupakan kasus penularan dari luar negeri.
Petugas medis dengan APD melakukan swab tes virus corona kepada warga di Qingdao, provinsi Shandong, China. Foto: cnsphoto via REUTERS

Dokter di Australia Tolak Vaksinasi AstraZeneca, Dianggap Kurang Efektif

Sejumlah dokter di Australia menolak program penyuntikan vaksin virus corona menggunakan vaksin buatan AstraZeneca. Mereka beranggapan vaksin tersebut tak efektif menciptakan kekebalan.
ADVERTISEMENT
Penolakan itu jadi tamparan keras bagi Australia. Sebab, vaksin AstraZeneca adalah bagian rencana inti vaksinasi massal melawan COVID-19 di Negeri Kanguru. Australia bahkan sudah membeli 53 juta dosis vaksin buatan perusahaan multinasional Inggris-Swedia tersebut.
"Pertanyaannya apakah itu akan menciptakan herd immunity?" ujar Presiden Masyarakat Imunologi Australia dan Selandia Baru Stephen Turner seperti dikutip dari Reuters.
Petugas memegang botol vaksin Universitas Oxford / AstraZeneca di Princess Royal Hospital, Haywards Heath, West Sussex, Inggris. Foto: Gareth Fuller / PA Wire / Pool /REUTERS
"Kami pemain lama di sini, kami tak tahu seberapa lama ini akan berlangsung," sambung dia.

Hasil Uji Klinis Vaksin Sinovac di Brasil: Efektivitas Hanya 50,4%

ADVERTISEMENT
Brasil mengumumkan hasil uji klinis tahap akhir vaksin corona CoronaVac atau Sinovac asal China pada Selasa (12/1). Hasilnya, vaksin Sinovac dinyatakan hanya memiliki tingkat efektivitas sebesar 50,4 persen.
Pengumuman Pemerintah Federal ini jelas sangat mengecewakan dan menjadi pukulan bagi Brasil. Sebab vaksin Sinovac merupakan kandidat dari vaksin yang akan digunakan untuk vaksinasi.
ADVERTISEMENT
Tingkat efektivitas kali ini jauh berbeda dengan hasil yang dikeluarkan oleh Institut Butantan. Sebelumnya, Institut Butantan merilis efektivitas vaksin Sinovac mencapai 78 persen.
Percobaan vaksin SinoVac di Emilio Ribas Institute di Sao Paulo, Brasil. Foto: Amanda Perobelli/REUTERS
Mereka menyebut Sinovac cukup ampuh dalam mencegah kasus ringan, gejala sedang hingga serius.
Tak ayal hasil mengecewakan ini mendapat kecaman dari sejumlah ilmuwan dan pengamat Brasil. Mereka mengecam pusat biomedis Butantan karena merilis sebagian data minggu lalu yang menghasilkan ekspektasi yang tidak realistis.
"Kami memiliki vaksin yang bagus. Tapi bukan vaksin terbaik di dunia. Bukan vaksin yang ideal," kata ahli mikrobiologi, Natalia Pasternak.