Kabar Corona Dunia: Trump Tetap Gelar Kampanye hingga Baju Zirah Kuba

22 Juni 2020 7:30 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Presiden AS Donald Trump saat akan berangkat berkampanye di Tulsa, Oklahoma. Foto: Leah Millis/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Presiden AS Donald Trump saat akan berangkat berkampanye di Tulsa, Oklahoma. Foto: Leah Millis/REUTERS
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Dunia masih dilanda virus corona. Minggu (21/6), virus corona telah menginfeksi 8.896.153 orang di seluruh dunia, dengan angka kematian mencapai 466.257 pasien.
ADVERTISEMENT
Namun, sejumlah negara sudah membuka tempat-tempat umum dan aktivitas yang mengundang massa. Misalnya yang dilakukan oleh Presiden Amerika Serikat, Donald Trump dalam kampanyenya.
Berikut sejumlah kabar corona dari seluruh dunia yang dirangkum kumparan,
Aksi anti-Trump di jalur parade Donald Trum. Foto: Kevin Lamarque/Reuters
Donald Trump tetap mengadakan kampanye pemilu presiden yang digelar di Tulsa, Oklahoma, Sabtu (20/6), waktu setempat. Padahal, pandemi virus corona belum berakhir dan Amerika Serikat adalah negara terparah dengan jumlah penderita dan kematian tertinggi di dunia.
Diberitakan Reuters, Ini adalah kali pertama kampanye fisik dilakukan sejak lockdown diterapkan di AS.
Kampanye pertama ini dihadiri tak banyak dihadiri massa. Sebagian besar dari 19 ribu kursi di BOK Center itu kosong.
ADVERTISEMENT
Trump di atas panggung mengkritik aksi Black Lives Matters yang pecah di seluruh AS akibat kematian George Floyd oleh polisi. Dia juga menentang upaya merobohkan patung-patung tokoh sejarah pendukung perbudakan di masa lampau.
"Gerombolan sayap-kiri yang tidak tahu aturan mencoba merusak sejarah kita, menodai monumen kita, monumen kita yang indah, menghancurkan patung-patung, menghukum, membatalkan dan mempersekusi semua orang yang tak mematuhi permintaan mereka. Kami tidak akan tunduk," kata Trump.
Trump bersikeras untuk mengadakan kampanye pemilu AS di tengah pandemi virus corona yang menjangkiti lebih dari 2,3 juta orang dan menewaskan 121 ribu warga negara itu. Popularitas Trump anjlok akibat penanganan virus corona yang dianggap tak becus.
Capres dari Partai Republik ini membela diri dengan mengatakan tingginya angka penderita terjadi karena banyaknya pengujian yang dilakukan.
ADVERTISEMENT
Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengakui meminta tes virus corona di negaranya dikurangi. Hal ini untuk membuat angka penderita COVID-19 di AS tak bertambah.
Saat ini di AS 2,3 juta orang menderita corona, 121 ribu lebih meninggal dunia. Angka itu menjadikan AS negara dengan kasus corona terparah di dunia.
Trump pada pada kampanyenya, Sabtu (20/6), di Tulsa, Oklahoma, mengatakan tes corona yang masif menyebabkan angka penderita di AS terus bertambah. Dia menyebut pengetesan corona adalah "pedang bermata dua" sehingga harus dikurangi.
"Ini adalah bagian buruknya: Ketika kau melakukan pengetesan ke tahap itu, kau akan menemukan lebih banyak orang, lebih banyak kasus," kata Trump, seperti dikutip Reuters. "Jadi saya katakan 'lambatkan pengujiannya'. Mereka mengetes dan mengetes terus," lanjut dia.
ADVERTISEMENT
Tidak jelas apakah pernyataan Trump ini hanya kelakar atau serius.
Pensiunan perawat Kuba, Feridia Rojas, memakai kardus berbentuk rumah untuk melindungi diri dari virus corona. Foto: Alexandre Meneghini/Reuters
Seorang nenek di Havana, Kuba, merancang baju zirah yang terbuat dari kardus. Baju ini diharapkan bisa melindungi dirinya dari penularan virus corona.
Diberitakan Reuters, nenek 82 tahun Feridia Rojas, memutuskan untuk membuat baju tersebut karena takut tertular corona. Apalagi virus penyebab COVID-19 ini kebanyakan membunuh warga sepuh seperti dirinya.
Setiap keluar, dia mengenakan baju zirah kardus sebagai pengaman tambahan. Kardus itu dibuat untuk menutupi bagian tubuh hingga ke atas kepalanya.
Dilapisi plastik di bagian dalam, kardus itu punya lubang di bagian mata. Di bagian atasnya, baju itu dibentuk menyerupai genteng rumah. "Saya di rumah, bagaimana dengan kamu?" bunyi tulisan di kardus tersebut.
ADVERTISEMENT
Pemerintah Kuba pada Juni lalu mengatakan pandemi corona di negara mereka bisa dikendalikan. Tapi Rojas mengaku khawatir dengan para penderita tanpa gejala yang bisa menularkan corona tanpa sadar.
"Saya khawatir pada kasus asimtomatik yang bisa batuk ketika saya lewat. Jadi saya pikir: Saya akan membuat rumah kecil dengan boks kardus dan mengenakannya," ujar pensiunan perawat ini.
Presiden Amerika Serikat Donald Trump sepertinya masih tak puas menyalahkan China atas pandemi virus corona. Pada kampanye di Tulsa, Sabtu (20/6), Trump menyebut virus corona sebagai "Kung Flu" istilah yang dianggap penghinaan oleh Gedung Putih.
"Saya bisa menyebutnya Kung Flu, ada 19 versi namanya. Banyak menyebutnya virus, flu, apa bedanya, saya kira ada 19 atau 20 versi namanya," kata Trump. .
ADVERTISEMENT
Istilah "Kung Flu" muncul pada Maret lalu ketika ditanyakan kepada penasihat senior Gedung Putih Kellyanne Conway. Ketika itu reporter mengatakan ada seorang pejabat pemerintah Amerika Serikat yang menyebut kata itu.
Conway meninggikan nada bicaranya, mengatakan bahwa kata-kata itu adalah penghinaan. "Itu sangat menghina. Jadi, kau katakan kepada saya siapa yang bilang seperti itu. Saya ingin tahu," kata Conway. Sejak pandemi melanda awal tahun ini, Trump kerap menuai kemarahan dari China yang membantah tuduhan tersebut.
Seorang demonstran yang mengenakan masker memegang poster bertuliskan "Kami banyak, Berlin melawan Nazi" saat Protes penanganan corona di Berlin, Jerman. Foto: John MACDOUGALL / AFP
Lebih dari 1.000 karyawan di rumah potong hewan Toennies di Jerman dinyatakan positif virus corona. Otoritas kesehatan setempat bergerak cepat dan memerintahkan lebih dari 6.500 karyawan lain dan keluarganya dikarantina.
ADVERTISEMENT
Dilansir Reuters, meski penanganan krisis penyebaran virus corona merupakan salah satu yang sukses di Eropa, penyebaran virus di rumah jagal beberapa kali ditemukan di Jerman.
Perusahaan kini telah berjuang untuk mengumpulkan data pribadi karyawan dan kontraktor sehingga pihak berwenang dapat melakukan tracing atas penyebaran virus tersebut.
“Sebagai pengusaha saya hanya bisa minta maaf. Kami telah menyebabkan ini dan bertanggung jawab penuh untuk itu,” kata Toennies.
Seorang warga berlutut ketika dia berdoa setelah menerima ransum makanan di Santiago, Chile. Foto: REUTERS/Ivan Alvarado
Jumlah kematian akibat virus corona di Cile meningkat dua kali lipat, dengan total lebih 7 ribu kematian pada Sabtu (20/6). Angka ini didapat berdasarkan metode penghitungan baru yang ditetapkan pemerintah Chile.
ADVERTISEMENT
Dilansir AFP, pejabat dari Kementerian Kesehatan, Rafael Araos, mengungkapkan angka kematian harian meningkat 3.069 orang. Jumlah penambahan tersebut diungkapkan bersamaan dengan pengumuman penggunaan metodologi penghitungan baru kasus virus corona.
Jumlah kasus positif virus corona di Chile kini telah menembus angka 200 ribu orang. Pemerintah pun telah melakukan langkah-langkah pencegahan sejak Februari lalu seperti lockdown di ibu kota Santiago. Selain Santiago, wilayah lain seperti Valparaiso dan Vina del Mar.
****
Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona. Yuk! bantu donasi atasi dampak corona.