Kabar Corona Dunia: Turki Tak Beli Vaksin Nusantara; Rekor Vaksinasi di India

31 Agustus 2021 6:07 WIB
ยท
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Petugas kesehatan memberikan vaksin corona kepada pengemudi angkutan umum di tempat vaksinasi drive-thru, Quezon City, Metro Manila, Filipina. Foto: Eloisa Lopez/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Petugas kesehatan memberikan vaksin corona kepada pengemudi angkutan umum di tempat vaksinasi drive-thru, Quezon City, Metro Manila, Filipina. Foto: Eloisa Lopez/REUTERS
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
kumparan merangkum kabar corona dunia pada Senin (30/8). Mulai dari Turki tak beli vaksin Nusantara hingga rekor vaksinasi di India.
ADVERTISEMENT
Tercatat pandemi COVID-19 belum mereda di dunia. Jumlah kasus positif kini mencapai 217.486.618 jiwa.
Amerika Serikat, India dan Brasil menjadi tiga negara terdampak paling parah COVID-19. Kasus positif di tiga negara itu sudah di atas 20 juta jiwa.
Berikut kumparan rangkum kabar corona dunia:
Dubes RI untuk Turki Lalu Muhamad Iqbal (kiri) bersama Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. Foto: Dok. KBRI Turki

Turki Tak Pernah Pikirkan dan Rencanakan Beli Vaksin Nusantara

Belakangan sempat ramai dibahas mengenai isu Turki akan membeli jutaan dosis produk penelitian imunoterapi sel dendritik yang dulu dikenal sebagai Vaksin Nusantara besutan eks Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto.
Kabar pembelian ini sempat disampaikan oleh guru besar Universitas Airlangga, Chairul Anwar Nidom, dalam sebuah talkshow dengan eks Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari di channel YouTube.
Nidom menyebut, Turki memesan hingga 5,2 juta dosis produk tersebut. Namun demikian, belum ada konfirmasi lebih jauh mengenai kabar tersebut. Hingga akhirnya Dubes RI untuk Turki Lalu Muhammad Iqbal bersuara memberikan klarifikasi.
Dubes RI untuk Turki Lalu Muhamad Iqbal (kiri) bersama Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. Foto: Dok. KBRI Turki
Dalam keterangan tertulisnya, Iqbal menyatakan sejumlah poin hasil klarifikasi pihaknya terhadap otoritas berwenang di Turki mengenai isu pembelian tersebut.
ADVERTISEMENT
"Hasil klarifikasi saya kepada otoritas berwenang di Turki dapat dipastikan tidak pernah ada pemikiran, rencana maupun pembicaraan pemerintah Turki untuk membeli vaksin nusantara di Indonesia," kata Iqbal.
Iqbal juga memastikan tidak pernah ada pembicaraan mengenai kemungkinan Uji Klinis Vaksin Nusantara tahap 3 di Turki. Dia membeberkan alasannya.
"Angka kasus terakhir di Turki sudah di bawah 17 ribu kasus/hari. Vaksinasi lengkap (2 dosis) sudah mencapai 45% penduduk (93 juta dosis) dan ditargetkan mencapai 70% dalam sebulan ke depan. Jadi Turki tidak cocok untuk uji klinis vaksin tahap 3," kata Iqbal.
Perdana Menteri baru Malaysia Ismail Sabri Yaakob mengambil sumpah jabatan saat pelantikannya di Istana Nasional di Kuala Lumpur. Foto: Departemen Informasi/Shaiful Nizal Ismail

Tantangan PM Baru Malaysia: Perbaiki Penanganan Pandemi COVID-19

Peneliti Malaysia dari UIN Jakarta dan Ketua MUI Bidang Hubungan Luar Negeri dan Kerja sama Internasional, Sudarnoto Abdul Hakim, turut mengomentari situasi politik di Malaysia pascamundurnya Muhyiddin Yassin.
ADVERTISEMENT
Ia mengatakan, Penetapan PM baru hanyalah satu cara untuk menyelesaikan masalah politik di Malaysia. Masih banyak tantangan dan masalah yang dihadapi khususnya oleh pemerintah baru ini.
"Jika pemerintah gagal dalam menghadapi dan menjawab tantangan ini dengan tepat, maka tidak mustahil Malaysia akan kembali terjebak dalam konflik elite politik sehingga kesejahteraan rakyat dan bangsa Malaysia akan terpuruk," kata Sudarnoto.
Menurut dia, ada beberapa tantangan ke depan yang harus di Malaysia. Tantangan pertama yakni, menghadapi pandemi corona sekaligus economic recovery secara tepat.
Perdana Menteri Malaysia Muhyiddin Yassin menerima dosis pertama vaksin Pfizer-BioNTech COVID-19 di sebuah klinik di Putrajaya, Malaysia, Rabu (24/2). Foto: Malaysia's Information Department/Handout via REUTERS
Sebelumnya, kepemimpinan Muhyiddin Yassin yang tak tegas soal penanganan pandemi disebut sebagai awal mula penarikan dukungan terhadap Muhyiddin oleh para anggota parlemen koalisi pemerintah.
Pada masa pemerintahan Muhyiddin, kata dia, Malaysia berhasil mengendalikan dan menghadapi pandemi COVID-19 ini. Namun, sejak diadakannya Pemilu di Sabah pada September 2020 lalu, virus corona kembali mengganas hingga saat ini, apalagi dengan masuknya varian baru.
ADVERTISEMENT
"Korban pandemi masih sangat tinggi, kesulitan dan kesengsaraan ekonomi juga semakin masif meskipun sudah disediakan anggaran stimulus di atas. Jadi dalam waktu dekat ini hingga menjelang jadwal Pemilu tahun 2023, pemerintahan harus mampu secara efektif menjawab tantangan ini," ujarnya.
Lebih lanjut, ia mengatakan, nasib politik di Malaysia sangat tergantung pada kemampuan pemerintah dalam menghadapi pandemi corona ini.
Petugas kesehatan menunjukan vaksinasi Pfizer. Foto: Iqbal Firdaus/kumparan

Selandia Baru Laporkan Kasus Kematian Akibat Radang Jantung Usai Divaksin Pfizer

ADVERTISEMENT
Selandia Baru melaporkan satu kasus kematian pada seorang perempuan setelah menerima vaksin COVID-19 menggunakan vaksin mRNA buatan Pfizer/BioNTech.
Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) dengan gejala ringan memang umum ditemukan usai seseorang menerima vaksin. Namun, pada kasus ini ditemukan adanya peradangan pada otot jantung (miokarditis) yang sangat jarang ditemukan.
ADVERTISEMENT
"Ini adalah kasus pertama di Selandia Baru di mana kematian pada hari-hari setelah vaksinasi dikaitkan dengan vaksin Pfizer COVID-19," kata Kementerian Kesehatan Selandia Baru.
Berdasarkan temuan dari Komite Penasihat Global tentang Keamanan Vaksin (GACVS) yang dilaporkan pada 26 Mei 2021 lalu, vaksin mRNA punya efek samping berupaya radang otot jantung (miokarditis) dan juga radang selaput jantung (perikarditis).
Seorang petugas kesehatan memberikan dosis COVISHIELD, vaksin corona yang diproduksi oleh Serum Institute of India kepada seorang warga di Lidderwat, distrik Anantnag, Kashmir selatan, India. Foto: Sanna Irshad Mattoo/REUTERS

India Suntik Vaksin COVID-19 ke 10 Juta Penduduk dalam 24 Jam

India mencatatkan rekor dengan berhasil menyuntikkan lebih dari 10 juta vaksin COVID-19 dalam 24 jam pada Jumat (28/8). Angka vaksinasi ini merupakan jumlah terbanyak yang pernah dilakukan oleh India sejak pandemi terjadi.
India memang tengah berusaha meningkatkan pertahanan imun warganya menghindari kembali munculnya lonjakan kasus corona.
ADVERTISEMENT
Kementerian Kesehatan India mengatakan, angka vaksinasi ini melewati rekor yang pernah dicatatkan yakni 9,2 juta dosis dalam sehari. Vaksinasi yang dikebut ini merupakan respons dari pemerintah atas kritik terhadap gelombang virus corona pada April hingga Mei di India yang menewaskan lebih dari 200 ribu jiwa.
Perdana Menteri Narendra Modi memuji capaian vaksinasi ini dan menyebutnya sebagai 'prestasi penting' bagi negara yang memiliki jumlah penduduk 1,3 miliar orang itu.
"Pujian kepada mereka yang divaksinasi dan mereka yang membuat vaksinasi berhasil," katanya Modi.