Kaleidoskop 2019: Kebakaran Hutan hingga Mati Listrik Massal

26 Desember 2019 16:08 WIB
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Masjid Istiqlal tampak padam saat listrik mati secara massal, pada Minggu (4/8). Foto: Antara Foto/Nova Wahyud
zoom-in-whitePerbesar
Masjid Istiqlal tampak padam saat listrik mati secara massal, pada Minggu (4/8). Foto: Antara Foto/Nova Wahyud
ADVERTISEMENT
Sejumlah peristiwa yang menarik perhatian publik terjadi sepanjang 2019. Beberapa di antaranya adalah kebakaran hutan yang melanda Sumatera dan Kalimantan. Lalu, meledaknya bom di Polrestabes Medan.
ADVERTISEMENT
Selain itu, ada pula mati listrik massal yang melanda sebagian pulau Jawa pada 4 Agustus 2019 lalu. Mati listrik itu terjadi di Jakarta, Jawa Barat, Banten, dan sebagian Jawa Tengah.
Bagaimana cerita selengkapnya? Berikut rangkumannya untuk Anda.

Tumpahan Minyak Laut Jawa

Tumpahan minyak mencemari wilayah laut dan pesisir Karawang, Bekasi, dan meluas hingga ke Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. Berdasarkan keterangan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), ada 3.000 barel minyak yang tumpah per hari selama kebocoran berlangsung.
Kebocoran sumur minyak itu bermula pada Jumat 12 Juli 2019 pukul 01.30 WIB. Kala itu, para pekerja tengah membuka kembali sumur minyak (re-entry) yang sebelumnya pernah digali tahun 2011. Namun, saat pekerja tengah melakukan pelubangan ulang (re-perforasi), tiba-tiba muncul gelembung gas.
ADVERTISEMENT
Walau sudah dicoba diatasi, gelembung gas tak terkendali dan justru kian membesar. Akhirnya pada 15 Juli 2019, PT Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ) menyatakan keadaan darurat dan mengirim surat kepada SKK Migas serta Kementerian ESDM untuk meminta bantuan.
Warga mengumpulkan tumpahan minyak (Oil Spill) yang tercecer di Pesisir Pantai Cemarajaya, Karawang, Jawa Barat, Senin (22/7). Foto: ANTARA FOTO/M Ibnu Chazar
Perusahaan asal Amerika Serikat, Boot & Coots, yang berpengalaman mengatasi tumpahan minyak di Teluk Meksiko pun dilibatkan. Tumpahan tersebut baru bisa bersih 100 persen pada 10 Oktober 2019.

Mati Listrik Massal

Separuh Pulau Jawa lumpuh akibat mati listrik massal atau blackout yang terjadi pada 4 Agustus 2019. Meski janji pasokan listrik akan segera normal pada jam 12 malam, butuh 24 jam bagi PLN untuk memulihkan hak pelanggan di provinsi DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, hingga Jawa Tengah.
ADVERTISEMENT
Selama blackout berlangsung, perbankan digital tak bisa beroperasi dan layanan komunikasi terganggu. Transportasi publik seperti KRL dan MRT juga sempat terkendala. Sebanyak 240 perjalanan KRL dibatalkan dan 4 rangkaian MRT terhenti di bawah tanah. Tidak hanya itu, putusnya aliran listrik massal ini juga merenggut korban jiwa. Itu karena kebakaran yang terjadi di sejumlah lokasi.
Atas kerugian warga, PLN pun membayar ganti rugi akibat mati listrik tersebut. Yakni sebesar Rp 839 miliar untuk 21,9 juta pelanggan.
Sementara soal penyebab, Tim Laboratorium Forensik Mabes Polri melakukan investigasi. Alhasil, Pohon Randu Alas, dua Sengon Jawa, dan dua Mahoni di Ungaran diduga menjadi dalang dibalik blackout. Itu karena, pohon tersebut tumbuh tinggi dan mengganggu transmisi listrik.
foto-foto Gardu Induk Ungaran, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Foto: Afiati Tsalitsati/kumparan
Meski menimbulkan sejumlah kerugian, padamnya listrik massal diduga mampu menurunkan tingkat polusi udara dan suhu di Jakarta. Berdasarkan data AirVisual, kualitas udara di Jakarta merangkak naik ke angka 81. Nilai itu menunjukkan bahwa kondisi udara di Jakarta berada di level sedang atau moderate.
ADVERTISEMENT

Kebakaran Hutan

Langit biru di Kabupaten Muaro Jambi lenyap, Jumat, 20 September 2019. Hari itu, langit tiba-tiba berubah menjadi merah. Padahal, waktu masih menunjukkan pukul 13.00 WIB. Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) menjadi penyebab.
Tebalnya asap, mengakibatkan cahaya matahari kesulitan menembus tanah Muaro Jambi. Partikel debu yang bersatu dengan polutan karhutla menciptakan Hamburan Reyligh--hamburan elastis pada cahaya. Akibatnya, suasana di kabupaten tersebut memerah. Situasinya diibaratkan seperti penampakan planet Mars yang ada di film garapan Ridley Scott, The Martian.
Kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan di Riau. Foto: Faiz Zulfikar/kumparan
Satu pekan setelahnya, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyegel lahan tujuh perusahaan yang diduga terkait karhutla di Jambi. Perusahaan yang disegel itu diduga menjadi biang keladi dari kabut asap yang memicu memerahnya langit Muaro Jambi.
ADVERTISEMENT
Kebakaran hutan di Indonesia sendiri mencuat awal September dan terjadi merata di sejumlah provinsi. Terparah ada di Sumatera dan Kalimantan. Presiden Jokowi bersama sejumlah menteri meninjau lokasi kebakaran di Pekanbaru, Riau, pada 17 September 2019.
Suasana Langit Kota Jambi yang Memerah akibat Asap Karhutla. Foto: Dok. Jambikita
Berdasarkan data KLHK yang diakses kumparan, Rabu (25/12), di situs Karhutla Monitoring System, luas lahan kebakaran yang ada di Provinsi Jambi mencapai 39.646 hektare. Di Sumatera dan Kalimantan, lahan terbakar yang paling luas ada di Provinsi Kalimantan Tengah yang mencapai 161.297 hektare. Total hutan dan lahan yang terbakar di seluruh Indonesia mencapai 942.484 hektare.

Bom di Polrestabes Medan

Suara ledakan yang disertai kepulan asap mengagetkan warga dan petugas Mapolrestabes Medan, 13 November 2019. Ledakkan tersebut berasal dari bom bunuh diri yang dilakukan oleh Rabbial Muslim Nasution di dekat kantin Polrestabes Medan.
ADVERTISEMENT
Saat beraksi, pemuda 24 tahun yang mengenakan jaket ojol dan membawa ransel. Dia menggunakan bom berdaya ledak rendah atau low explosive.
Polisi geledah rumah pelaku bom bunuh diri Polrestabes Medan di Kecamatan Medan Marelan. Foto: Rahmat Utomo/kumparan
Hal ini dapat dilihat dari kondisi pelaku yang tewas dan barang-barang yang ada di sekitarnya. Truk yang paling dekat dengan tubuh pelaku tampak tak ada yang rusak. Kaca truk tidak ada yang pecah. Begitu juga dengan kendaraan lainnya.
Walau begitu, aksi ini tetap menelan korban. Ada empat anggota polisi, satu PHL Bag Ops Polrestabes Medan, dan seorang mahasiswa yang luka-luka. Mereka kemudian dirawat di RS Bhayangkara Medan.
Berdasarkan hasil investigasi polisi, Rabbial terpapar pengaruh radikalisme yang berasal dari istrinya, Dewi Anggraini. Istrinya memiliki jaringan terstruktur di media sosial dan sempat berkomunikasi dengan napi terorisme berinisial I di salah satu lapas di Medan.
Polisi berjaga pascabom bunuh diri di Mapolrestabes Medan, Sumut, Rabu (13/11 Foto: AFP/ALBERT DAMANIK
Setelahnya, polisi berhasil menangkap 74 orang tersangka jaringan teror bom Medan di 10 wilayah. Menurut Kapolri Idham Aziz, jaringan penyerang mantan Menko Polhukam Wiranto dan jaringan bomber bunuh diri di Polrestabes Medan sama. Yakni berada di bawah naungan Jamaah Ansarut Daulah (JAD).
ADVERTISEMENT