Karangan Bunga Kekecewaan PPDB DKI Hiasi Balai Kota Jakarta

6 Juli 2020 16:04 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Seorang peserta aksi berpose di depan karangan bunga berisi kekecewaan pada sistem PPDB DKI tahun 2020/2021, Balai Kota Jakarta, Senin (6/7).  Foto: Ricky Prayoga/ANTARA
zoom-in-whitePerbesar
Seorang peserta aksi berpose di depan karangan bunga berisi kekecewaan pada sistem PPDB DKI tahun 2020/2021, Balai Kota Jakarta, Senin (6/7). Foto: Ricky Prayoga/ANTARA
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ada pemandangan berbeda di Balai Kota DKI Jakarta hari ini. Sejumlah karangan bunga tampak berjajar di depan pagar kantor, isinya tentang ungkapan kekecewaan atas pelaksanaan PPDB DKI Jakarta 2020.
ADVERTISEMENT
Dilansir Antara, Senin (6/7), tak kurang dari 10 karangan bunga sudah bersandar di pagar kantor Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan itu. Berbagai ungkapan kekecewaan juga tertulis di situ.
Misalnya, 'Selamat kepada Disdik dan Gubernur DKI atas kebijakan PPDB DKI 2020 yang kekejamannya lebih mematikan dari pada virus corona'. Lalu ada 'RIP Pendidikan Indonesia dari anak-anak lulusan 2020 yang kecewa'.
Bahkan, ada juga karangan bunga yang meminta Kadisdik Nahdiana dipecat dari jabatannya. 'Pecat ibu Nahdiana, dari anak-anak lulusan 2020 yang terzolimi olehmu'.
Salah satu orang tua siswa, Agung (46) mengatakan, aksi ini hanya simbolik untuk menunjukkan betapa para orang tua kecewa dengan sistem PPDB 2020.
"Hanya memberikan karangan bunga ini ke Pemprov DKI Jakarta sebagai bentuk kekecewaan kami, sebagai mati surinya pendidikan yang ada di Jakarta," kata Agung.
ADVERTISEMENT
PPDB 2020 memang diwarnai sejumlah protes. Orang tua tidak setuju dengan sistem zonasi sekolah yang memasukkan usia sebagai seleksi utama. Siswa yang memiliki nilai baik terpaksa harus tersingkir karena usia mereka lebih muda.
Selain itu, jalur prestasi yang disediakan sebagai alternatif bagi siswa juga dinilai tak sempurna. Syarat akreditasi sekolah membuat nilai akademik siswa secara keseluruhan turun saat seleksi dan membuat anak mereka tak juga dapat sekolah negeri.
Jalur zonasi bina RW sebagai solusi jangka pendek juga tak cukup memuaskan orang tua murid. Jalur ini dinilai bermasalah karena tak semua RW ada sekolah negeri. Belum lagi, seleksi hanya dilakukan satu hari saja dengan kuota terbatas.
***
(Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona)
ADVERTISEMENT