Kasus 9 Pasien Corona Meninggal Cepat di Sleman di Waktu dan Tempat yang Berbeda

26 Mei 2021 14:56 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman, Joko Hastaryo. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman, Joko Hastaryo. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
ADVERTISEMENT
Sebanyak 9 pasien corona bergejala ringan di Sleman meninggal dengan cepat. Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman khawatir ini merupakan tanda munculnya varian virus baru corona terutama varian corona India.
ADVERTISEMENT
Kepala Dinkes Sleman Joko Hastaryo menjelaskan bahwa 9 pasien itu tersebar di beberapa kecamatan. Artinya, mereka tidak terpusat di satu titik. "Tersebar di beberapa kecamatan," kata Joko dikonfirmasi, Rabu (26/5).
Meski begitu Joko tidak mendetailkan di titik mana 9 pasien itu tersebar. Untuk waktunya pun berbeda-beda. Dinkes Sleman sendiri mengetahui pasien corona gejala ringan yang meninggal cepat pertama pada akhir Maret.
"Dari pengamatan kami sudah sejak akhir Maret, tapi waktu itu kami belum terpikir menjadi sebuah pola perjalanan penyakit," katanya.
Paling menonjol menurut Joko terjadi pada bulan Mei. Di mana 5 dari 9 kasus meninggal itu terjadi.
"April juga ada, tapi yang menonjol bulan Mei ada 5 kasus (meninggal cepat)," katanya.
ADVERTISEMENT
Joko memastikan pihaknya melakukan tracing sesuai SOP pada 9 pasien corona yang meninggal cepat itu.
"Tracing tetap dilakukan sesuai SOP, dan umumnya selalu ada anggota keluarga dekat yang positif," katanya.
Meski ada dugaan terpapar virus varian baru, faktanya kesembilan orang yang meninggal cepat itu tidak ada riwayat perjalanan dari luar kota maupun luar negeri.
Kemungkinan bisa saja mereka terpapar dari orang yang berkontak dengan orang yang dari luar daerah.
"Tidak ada data yang memadai, itu hanya asumsi atau dugaan saja," ujarnya.
Sebelumnya 9 pasien corona yang bergejala ringan itu memang jadi perhatian Dinkes Sleman. Pasalnya baru terpapar satu sampai dua hari mereka kemudian meninggal dunia.
"Ada (kasus) di awal itu diagnosisnya itu diletakkan positif dengan gejala ringan. Tapi sehari dua hari kemudian kok meninggal. Itu kan padahal temen-temen kami di puskesmas itu sudah menegakkan diagnosisnya dengan cermat," kata Kepala Dinkes Sleman Joko Hastaryo ditemui di kantornya, Selasa (25/5).
ADVERTISEMENT
Gejala ringan yang dimaksud adalah seperti anosmia. Pasien yang bergejala ringan itu disarankan isolasi mandiri tapi justru meninggal saat isolasi satu atau dua hari.
Untuk 9 pasien yang meninggal tadi meski bergejala ringan tetapi mayoritas lanjut usia. Hanya ada satu yang masih di bawah 50 tahun. Kesembilan yang meninggal itu juga memiliki komorbid.
"Ada juga yang di bawah 50 tahun tapi ada komorbid, hipertensi sama DM tapi tetep ada komorbid. Tidak ada yang murni Covid-19 meninggal sampai saat ini tidak ada," katanya.
Saat ini spesimen COVID-19 milik kesembilan pasien itu tengah diteliti oleh laboratorium yang ditunjuk oleh Badan Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Kesehatan yaitu Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BBTKLPP) dan Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FKKMK) UGM.
ADVERTISEMENT
Penelitian menggunakan metode pengurutan keseluruhan genom atau Whole Genome Sequencing.
"Hasil (pemeriksaan) belum keluar. Nanti laboratorium melaporkan secara periodik ke Litbang," ujarnya.