Kasus Corona di RI Naik Dinilai karena Prokes Kian Longgar hingga Booster Rendah

4 November 2022 12:22 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Warga yang menggunakan masker melintasi mural yang berisi pesan waspada penyebaran virus Corona di kawasan Tebet, Jakarta. Foto: Ajeng Dinar Ulfiana/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Warga yang menggunakan masker melintasi mural yang berisi pesan waspada penyebaran virus Corona di kawasan Tebet, Jakarta. Foto: Ajeng Dinar Ulfiana/REUTERS
ADVERTISEMENT
Kasus corona di Indonesia kembali melonjak. Di awal November kasus corona naik hingga 4.000-an kasus per hari. Anggota Komisi IX DPR Rahmad Handoyo berpandangan banyak faktor yang mengakibatkan kasus corona kembali naik.
ADVERTISEMENT
Ia menyebut kemungkinan ada pengaruh dari subvarian omicron COVID-19 baru XBB yang masuk ke Indonesia sejak akhir Oktober. Selain itu, faktor displin masyarakat yang semakin mengendur.
"Banyak faktor kenapa di Indonesia terjadi peningkatan kasusnya tentu saya kira sedikit banyak pasti ada pengaruh signifikan seperti yang disampaikan pemerintah XBB menjadi salah satu pemicu kenaikan itu," kata Rahmad, Jumat (4/11).
"Tapi tidak itu saja faktor lain saya kira displin kita sudah mulai sangat longgar. Persepsi masyarakat terhadap covid juga sudah beranggapan mungkin barangkali COVID sudah tidak berbahaya bahkan COVID sudah tidak ada," imbuh dia.
Anggota Komisi IX DPR Fraksi PDIP, Rahmad Handoyo. Foto: Dok. Pribadi
Ia menuturkan, pelonggaran prokes memang bukan hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga sejumlah negara. Tetapi di Indonesia protokol kesehatan nyaris normal seperti sedia kala.
ADVERTISEMENT
"Saya kira tidak hanya di Indonesia, di dunia luar juga begitu kelonggaran yang sangat signifikan bahkan di luar negeri itu bebas sekali. Saya kira di Indonesia memang nyaris normal ya situasi dan kondisi prokes kita," tuturnya.
Tak hanya prokes yang longgar, politikus PDIP ini juga mengatakan booster yang masih rendah juga menjadi faktor kenaikan kasus. Ia menyebut saat ini booster di Indonesia belum mencapai 30 persen.
"Kedua, faktor kita masih sangat rendah vaksinasinya, masih 27 persen untuk booster. Nggak lebih dari 65 juta. Saya kira ini jadi perhatian bersama, kita sudah sering ingatkan kepada pemerintah," tuturnya.
Ia berpandangan booster vaksin masih rendah karena keinginan masyarakat kian rendah dan stok vaksin yang belum memadai.
ADVERTISEMENT
"Banyak faktor kenapa ini rendah booster-nya karena antusias masyarakat untuk booster juga sudah loyo sudah tidak ada semangat untuk dibooster. Terlebih diperparah dengan stok vaksin kita juga belum memadai untuk vaksin booster," tutupnya.