news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Kasus COVID-19 di China Kembali Melonjak, Lockdown Mulai Berlaku

8 November 2022 17:47 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Seorang pekerja medis dengan APD mengumpulkan swab dari seorang warga untuk pengujian COVID-19, di Shanghai, China, Kamis (13/10/2022). Foto: Aly Song/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Seorang pekerja medis dengan APD mengumpulkan swab dari seorang warga untuk pengujian COVID-19, di Shanghai, China, Kamis (13/10/2022). Foto: Aly Song/REUTERS
ADVERTISEMENT
Kasus penularan COVID-19 kembali meningkat tajam di China, termasuk di kota-kota besar seperti Guangzhou dan Beijing. Kebijakan lockdown wilayah dan tes swab massal yang sempat dilonggarkan diberlakukan kembali.
ADVERTISEMENT
Menurut data resmi pemerintah China yang dirilis pada Selasa (8/11), infeksi transmisi lokal terbaru naik menjadi 7.475 kasus secara nasional. Angka ini naik dari semula 5.596 kasus per harinya yang merupakan angka sejak 1 Mei.
Meski angka ini tidak terlalu tinggi berdasarkan standar global, tetapi lonjakan kasus dinilai signifikan untuk China. Sebab, China sampai sekarang masih memberlakukan kebijakan nol-COVID yang didukung penuh oleh penguasa yaitu Partai Komunis.
Kota-kota besar yang penting bagi perekonomian Negeri Tirai Bambu, khususnya ibu kota Beijing, juga mengalami lonjakan infeksi. Otoritas pun memberlakukan tes PCR massal bagi penduduk dan beberapa distrik menerapkan lockdown wilayah.
Seorang pekerja medis dengan APD mengumpulkan swab dari seorang warga untuk pengujian COVID-19, di Shanghai, China, Kamis (13/10/2022). Foto: Aly Song/REUTERS
Di Beijing, otoritas kesehatan menemukan 64 infeksi transmisi lokal terbaru. Meski cukup kecil, tetapi otoritas telah memberlakukan tes PCR massal dan menerapkan lockdown di lokasi-lokasi ditemukannya kasus infeksi.
ADVERTISEMENT
Lonjakan infeksi tinggi juga tercatat di Guangzhou. Pada Senin (7/11), ditemukan sejumlah 2.377 kasus transmisi lokal baru — naik dari sehari sebelumnya, yakni 1.971.
Ini merupakan sebuah lonjakan dramatis bila dibandingkan dengan kasus pada dua minggu lalu yang peningkatan kasus hanya berkisar dua digit.
Banyak distriknya, termasuk Distrik Haizhu di jantung kota, telah memberlakukan berbagai tingkat pembatasan COVID-19 dan lockdown. Namun, sejauh ini, Guangzhou masih enggan memberlakukan lockdown menyeluruh seperti yang terjadi di Shanghai awal tahun ini.
Sementara salah satu kota besar lainnya, Shanghai, tidak mengalami lonjakan kasus COVID-19. Pemerintah setempat terakhir kali melakukan lockdown pada April dan Mei, usai terdapat beberapa laporan berupa ribuan kasus infeksi baru setiap harinya.
ADVERTISEMENT
Terkait hal ini, salah satu perusahaan investor asal Jepang yang memiliki cabang di Shanghai, Nomura, juga turut mengaku aktivitas keuangannya terdampak akibat lonjakan kasus dan lockdown yang secara mendadak dapat diberlakukan.
Warga beraktivitas di jalan yang diblokir di daerah perumahan saat lockdown akibat kasus COVID-19 di distrik Huangpu, Shanghai, China pada Kamis (16/6/2022). Foto: Hector Retamal/AFP
“Situasi lockdown terus memburuk dengan cepat di seluruh negeri selama seminggu terakhir, dengan indeks lockdown COVID China internal kami naik menjadi 12,2 persen dari total PDB China dari 9,5 persen Senin lalu,” ungkap pihak Nomura dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip dari Reuters.
“Kami terus percaya bahwa, meskipun Beijing mungkin menyempurnakan beberapa langkah COVID-nya dalam beberapa minggu mendatang, langkah-langkah penyesuaian tersebut dapat lebih dari diimbangi oleh pengetatan strategi nol-COVID oleh otoritas lokal,” imbuhnya.
Peningkatan kasus infeksi tajam ini menguji kemampuan China untuk tetap menjaga langkah-langkah nol-COVID-nya tepat sasaran.
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, situasi ini juga memupuskan harapan para investor asing bahwa negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia ini dapat segera membuka kembali perbatasannya.