Kata Jokowi soal Klaster Corona Keluarga hingga Pemulihan Ekonomi

8 September 2020 8:01 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Presiden Joko Widodo memberikan orasi kebangsaan untuk menyambut 9.068 mahasiswa baru Universitas Gadjah Mada (UGM) secara virtual. Foto: UGM
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Joko Widodo memberikan orasi kebangsaan untuk menyambut 9.068 mahasiswa baru Universitas Gadjah Mada (UGM) secara virtual. Foto: UGM
ADVERTISEMENT
Presiden Jokowi dalam sidang kabinet paripurna di Istana Negara menyinggung soal kemungkinan berbagai klaster corona yang dapat mengancam Indonesia saat ini.
ADVERTISEMENT
"Hati hati, perlu saya sampaikan, hati hati yang namanya klaster kantor. Kedua, klaster keluarga, hati-hati. Terakhir, klaster pilkada, hati-hati ini agar ini selalu diingatkan," ujar Jokowi di Istana Negara, Senin (7/9).
Menurut Jokowi, klaster keluarga dan klaster perkantoran harus diantisipasi karena selama ini pemerintah dan masyarakat terus fokus mencegah corona di tempat-tempat umum. Padahal, risiko penyebaran corona di keluarga juga besar dan selama ini tak sedikit orang yang mengabaikannya.
"Karena selalu yang kita kejar adalah tempat-tempat umum, tempat publik. Tapi kita lupa, kita harus hati-hati dengan klaster keluarga karena kita di rumah merasa aman justru di situ harus hati-hati," kata Jokowi.
Petugas melakukan swab test untuk pelacakan pada klaster industri di Kabupaten Bekasi. Foto: Humas Pemprov Jabar
"Dalam perjalanan kita masuk kantor, kita sudah merasa aman sehingga kita juga lupa di dalam kantor protokol kesehatan," lanjut dia.
ADVERTISEMENT
Meningkatnya klaster keluarga juga diungkapkan oleh Analis dari Pandemi Talk, Firdza Radiany. Dia mengungkapkan, tercatat ada 320 klaster keluarga, dengan setidaknya 639 orang positif.
Dia menyebut, klaster keluarga terjadi ketika salah satu anggota keluarga yang biasa beraktivitas di luar rumah terpapar corona, lalu menularkan ke anggota keluarga lainnya.
"Kenapa klaster keluarga berbahaya? Menurut kami karena akhirnya setelah klaster kantor, subtransmisi ini akhirnya masuk ke keluarga. Di mana ini unit sosial terkecil kan keluarga," jelas Firdza.
com-Ilustrasi tes darah yang positif corona. Foto: Shutterstock
Ia menambahkan, yang paling bahaya lagi adalah kultur sosial Indonesia yang suka bersilaturahmi dan berkunjung antarwarga. Hal ini yang mempercepat penularan corona.
"Hal ini diperburuk lagi karena beberapa warga itu menolak untuk tes swab, karena stigma. Stigma dijauhi oleh keluarga, lingkungan dan lain lain," tutur dia.
ADVERTISEMENT

Jokowi Minta Pelanggar Protokol Kesehatan Ditindak Tegas

Jokowi pun meminta agar masyarakat yang melanggar protokol kesehatan ditindak tegas, khususnya menjelang Pilkada Serentak 2020. Apalagi setelah Bawaslu merilis ada 243 bakal pasangan calon yang melanggar protokol saat pendaftaran 4-6 September.
"Saya minta Pak Mendagri, urusan berkaitan dengan klaster Pilkada betul-betul ditegasi betul, diberikan ketegasan betul. Polri juga berikan ketegasan mengenai ini aturan main di Pilkada, karena jelas di PKPU sudah jelas sekali," tegas Jokowi.
Ditlantas Polda Metro Jaya mengajak pengendara agar disiplin mengenakan masker dan menerapkan protokol kesehatan untuk menekan penyebaran COVID-19. Foto: Wahyu Putro A/Antara Foto
Jokowi juga menyoroti kurva penularan corona yang terus menanjak. Jokowi meminta agar penanganan corona harus tepat.
"Artinya fokus kita nomor satu adalah kesehatan penanganan COVID-19," tuturnya.
Sementara terkait tes corona yang masih berjalan hingga saat ini, Jokowi menyinggung kapasitas testing yang masih belum merata di masing-masing provinsi.
ADVERTISEMENT
Jokowi bahkan meminta Menkes Terawan Agus Putranto agar membuat satu desain demi mengakomodir pemerataan testing di setiap provinsi yang ada di Indonesia.
"Berkaitan testing. Saya minta urusan tes ini Kemenkes saya minta dibuat desain perencanaan yang baik," kata Jokowi.
Suasana tes swab di Mitra 10 Bogor usai 3 karyawan positif corona. Foto: Dok. Istimewa
Jokowi tak ingin ada ketidakseimbangan testing yang terjadi di setiap provinsi. Seperti ada provinsi yang melakukan testing cukup tinggi, namun berbeda dengan provinsi lainnya yang jumlah testingnya rendah.
"Jangan sampai saya lihat ada provinsi sudah melakukan testing tinggi, tapi ada provinsi testing masih rendah. Desain perencanaan harus komperhensif menyangkut jumlah lab di sebuah provinsi," tuturnya.
"Berapa reagen yang harus terdistribusi pada sebuah provinsi, perencanaan perlukan. Sehingga kelihatan nanti kasus-kasus positif nanti berada di wilayah dan provinsi yang mana," lanjutnya.
ADVERTISEMENT

Jokowi Tak Ingin Restart Ekonomi Sebelum Corona Tertangani

Jokowi juga kembali menekankan sektor kesehatan harus menjadi prioritas dalam penanganan pandemi corona. Menurut Jokowi, dengan kesehatan yang baik maka sektor ekonomi juga akan baik.
"Dalam sidang kabinet, saya ingin sampaikan beberapa hal. Pertama, yang perlu saya ingatkan sekali lagi bahwa, kunci dari ekonomi kita agar baik adalah kesehatan yang baik. Kesehatan yang baik akan jadikan ekonomi baik," tegasnya.
"Artinya fokus kita nomor satu adalah kesehatan, penanganan COVID-19. Kuncinya ada di sini," lanjut Jokowi.
Jokowi memerintahkan seluruh jajaran Komite COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi, termasuk di dalamnya Menkes Terawan Agus Putranto, TNI dan Polri agar memprioritaskan penanganan wabah corona. Sebab, jika kondisi wabah corona membaik, maka ekonomi juga akan baik.
ADVERTISEMENT
"Ekonomi akan mengikuti kalau kesehatan baik, ekonomi akan membaik," tutur Jokowi.
***
Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona