Kebakaran Hutan Masih Landa Aljazair, Korban Jiwa Capai 38 Orang

19 Agustus 2022 1:30 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi kebakaran hutan: FB Anggoro/Antara
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kebakaran hutan: FB Anggoro/Antara
ADVERTISEMENT
Otoritas tengah berjuang memerangi puluhan titik kobaran api yang telah menewaskan sedikitnya 38 orang dalam kebakaran hutan mengerikan di Aljazair pada Kamis (18/8).
ADVERTISEMENT
Sumber lokal mengungkap, sepuluh dari korban jiwa tersebut merupakan anak-anak. Setidaknya 200 orang lainnya turut menderita luka bakar atau masalah pernapasan.
Api mulai merayap sejak dini hari pada Rabu (17/8). Bencana itu meninggalkan kehancuran di seluruh Aljazair. Kementerian Dalam Negeri Aljazair menjelaskan, setidaknya 118 kebakaran melalap 21 provinsi berbeda di wilayah timur laut negara tersebut.
Usai mengerahkan hingga 1.700 petugas damkar, 24 titik kebakaran tersisa per Kamis (18/8). Walaupun otoritas telah berhasil mengendalikan sebagian besar api, jumlah korban jiwa diperkirakan akan terus meningkat seiring upaya penyelamatan berlanjut.
Kobaran api telah merusak sekitar 6.400 hektar dan mengusir 300 orang dari rumah mereka. Petugas damkar terlihat berlomba menembus asap tebal, sedangkan warga kelelahan melarikan diri.
ADVERTISEMENT
Bau asap yang kuat menyelimuti pemandangan mobil-mobil yang terbakar dan pepohonan yang hangus oleh api.
Seorang saksi mata mengatakan, 12 orang terbakar hingga tewas dalam sebuah bus. Para korban tersebut sedang berupaya melarikan diri ketika api menelan taman margasatwa yang mereka kunjungi.
"Tornado api menyapu semuanya dalam hitungan detik," ungkap seorang jurnalis di El Tarf, dikutip dari AFP, Jumat (19/8).
"Sebagian besar dari mereka yang tewas terjebak saat mengunjungi taman margasatwa," tambah dia.
Petugas pemadam kebakaran berusaha memadamkan api akibat kebakaran hutan di sebuah bangunan di desa Ain al-Hammam, provinsi Tizi Ouzou, Aljazair. Foto: Abdelaziz Boumzar/REUTERS
Mayoritas kebakaran berpusat di daerah yang terletak dekat perbatasan dengan Tunisia, El Tarf. Wilayah tersebut mencatat cuaca panas terik hingga 48 derajat Celsius.
Kebakaran juga memicu kepanikan di daerah pegunungan dengan populasi setengah juta orang, Souk Ahras. Hampir 100 wanita dan 17 bayi yang baru lahir harus dievakuasi dari rumah sakit di kota itu.
ADVERTISEMENT
Kebakaran hutan yang mematikan merupakan momok tahunan di Aljazair. Perubahan iklim membuat area luas di negara tersebut menjadi rentan terbakar selama musim panas.
Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, menggarisbawahi kerentanan di Amerika Tengah dan Selatan. Penduduk wilayah itu 15 kali lebih mungkin tewas akibat cuaca ekstrem dibandingkan kawasan lain.
Mendagri Aljazair, Kamel Beldjoud, menyalahkan panas ekstrem dan angin kencang sebagai dalang bencana. Kondisi tersebut memang telah mencengkeram negara-negara Afrika Utara.
Aljazair sendiri memiliki lebih dari empat juta hektar hutan. Sekitar 80 persen wilayah negara itu ditutupi oleh Sahara. Direktur Pusat Iklim Nasional Aljazair, Salah Sahabi-Abed, memperkirakan bahwa gelombang panas akan meningkat dalam frekuensi dan skala.
Kebakaran hutan di pegunungan provinsi Tizi Ouzou, Aljazair. Foto: Abdelaziz Boumzar/REUTERS
Beldjoud turut menilik kemungkinan pembakaran hutan sengaja. Kementerian Kehakiman Aljazair telah meluncurkan penyelidikan untuk mengusut dugaan tersebut.
ADVERTISEMENT
Pemerintah sebenarnya sempat menghadapi situasi serupa pada tahun lalu. Skala bencana kala itu merenggut 90 nyawa dan merusak 100.000 hektar hutan dan lahan pertanian di Aljazair.
Masyarakat lantas melayangkan kritik karena mencemaskan terulangnya bencana tersebut. Mereka meyakini, pihak berwenang gagal membentuk kesiapan untuk mengatasi kebakaran hutan.
Sebab, pesawat pemadam kebakaran yang tersedia di negara itu hanya sedikit. Aljazair telah menyewa Beriev BE 200 buatan Rusia, tetapi pesawat itu diperkirakan tidak akan beroperasi hingga Sabtu (20/8).
Seorang ahli menyibak bahwa Aljazair pernah memamerkan 22 pesawat Grumman pada 1980-an. Namun, pemerintah kemudian menjualnya dengan harga murah tanpa memberikan alternatif lain.
Aljazair lalu sempat mengincar tujuh pesawat pemadam kebakaran dari perusahaan Spanyol, Plysa. Tetapi, pihaknya membatalkan kontrak tersebut usai pertikaian diplomatik pada Juni.
ADVERTISEMENT
Kendati demikian, Perdana Menteri Aljazair, Aymen Benabderrahmane, bersikeras membela tanggapan pemerintah. Menurutnya, angin kencang memperburuk kebakaran tersebut.
"Pihak berwenang mengerahkan segala cara untuk memadamkan api," ujar Benabderrahmane pada Kamis (18/8).