Kejagung Umumkan 3 Tersangka Baru Kasus ASABRI

14 September 2021 22:41 WIB
ยท
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gedung Kejaksaan Agung, Jakarta. Foto: Kejaksaan Agung RI
zoom-in-whitePerbesar
Gedung Kejaksaan Agung, Jakarta. Foto: Kejaksaan Agung RI
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kejaksaan Agung menjerat tersangka baru dalam kasus dugaan korupsi dana PT ASABRI. Total ada tiga tersangka baru yakni berinisial ESS, B dan RARL.
ADVERTISEMENT
Kepala Pusat Penerangan Hukum Kejaksaan Agung Leonard Eben Ezer memberikan rincian tiga tersangka baru itu.
ESS alias THS merupakan wiraswasta dan mantan Direktur ORTOS HOLDING, Ltd.
B merupakan mantan Komisaris Utama PT Sinergi Millenium Sekuritas sekaligus eks PT. Milenium Danatama Sekuritas. Terakhir, RARL merupakan Komisaris PT. Sekawan Inti Pratama.
Selain merinci identitas tiga tersangka itu, Leonard juga merinci peran dan keterlibatan mereka dalam kasus ini. Pertama ESS disebut pada 2012 terlibat pertemuan antara Direksi PT. ASABRI dengan ES, dan B terkait dengan rencana penjualan saham SUGI (PT. SUGIH ENERGI, Tbk).
"ESS meminta bantuan B selaku Komisaris PT. Millenium Danatama Sekuritas dan LAC selaku Pemilik PT. Millenium Capital Management untuk menjual saham SUGI, dengan kesepakatan jika B dapat menjual 1 (satu) lembar saham SUGI maka akan mendapatkan 2 (dua) lembar saham SUGI," kata Leonard dalam keterangannya, Selasa (14/9).
Gedung ASABRI. Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
Menindaklanjuti kesepakatan tersebut, Leonard mengatakan, B yang mengelola saham SUGI aktif melakukan transaksi di antara nominee-nomineenya sendiri sehingga berhasil menaikkan harga saham SUGI.
ADVERTISEMENT
"Bahwa B kemudian diberikan saham SUGI oleh ESS sebanyak 250.000.000.000. lembar yang transaksinya dilakukan secara Free Of Payment (FOP) melalui Nominee ES di Millenium Danatama Sekuritas," ucap dia.
Kemudian dalam kurun 2013 sampai 2015, setelah berhasil menaikkan harga saham SUGI melalui nominee-nomineenya di PT. Millenium Danatama Sekuritas, B menjual saham SUGI kepada PT. ASABRI (persero). Namun karena saham SUGI tidak memiliki fundamental yang baik dan bukan merupakan saham yang Liquid sehingga mengalami penurunan harga.
"Pada saat saham SUGI mengalami penurunan harga sampai Rp. 140/lembar, kemudian PT. ASABRI (persero) bekerja sama dengan 4 (empat) Manajer Investasi untuk memindahkan saham SUGI dari portofolio saham PT. ASABRI (persero) menjadi underlying portofolio reksadana milik PT. ASABRI di reksadana Guru, reksadana Victoria Jupiter, Reksadana Recapital Equity Fund, Reksadana Millenium Balanced Fund dan Reksadana OSO Moluccas Equity Fund tidak dengan harga pasar wajar tetapi dengan harga perolehan," tutur Leonard.
ADVERTISEMENT
Sisa saham SUGI yang masih ada di portofolio saham PT. ASABRI (persero) kemudian dijual di bawah perolehan (cutloss) pada PT. Tricore Kapital Sarana.
Gedung ASABRI. Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
Sedangkan mengenai keterlibatan tersangka B, Leonard mengatakan hal itu terungkap pada akhir 2009 saat PT. Bumi Citra Permai, Tbk (BCIP) melakukan penawaran perdana.
"Bahwa Grup Millenium (PT. Bumi Citra Investindo, Reksadana Millenium Berkembang, Reksadana Millenium Equity, Millenium Equity Growth Fund, PT. Millenium Danatama Indonesia dan Reksadana Millenium Dynamic Equity Fund) memiliki saham PT. Bumi Citra Permai, Tbk (BCIP) sebanyak 61 persen dan Komisaris utama PT. BCIP adalah Tahir Ferdian yang merupakan mertua dari B sehingga saham BCIP dikendalikan oleh B," kata Leonard.
Leonard menuturkan, B selaku pengendali saham BCIP menawarkan saham BCIP kepada PT. ASABRI (Persero) melalui IWS. IWS bersepakat dengan B bahwa PT. ASABRI akan membeli saham BCIP dengan catatan apabila mengalami penurunan harga maka B harus membeli kembali saham tersebut atau menggantinya dengan saham yang lebih bagus.
ADVERTISEMENT
"Bahwa pembelian perdana saham BCIP dilakukan pada tahun 2014 dan berlanjut sampai dengan tahun 2017 tanpa adanya penawaran dari emiten BCIP dan tanpa dilakukan analisa atas saham BCIP oleh Divisi Investasi PT. ASABRI (Persero), dalam melakukan transaksi saham BCIP dilakukan melalui pasar negosiasi," ucap dia.
Pembelian saham BCIP dilakukan pada saat harga tinggi baik langsung dibeli untuk menjadi underlying portofolio saham PT. ASABRI (Persero) maupun dibeli langsung oleh reksadana-reksadana/manajer investasi yang mengelola investasi PT. ASABRI (persero) atau dijual terlebih dahulu kepada pihak ketiga (Atrium Asia Capital Partners PTE. LTD) kemudian pihak ketiga menjual kembali secara negosiasi kepada reksadana/Manajer Investasi yang mengelola investasi PT. Asabri (persero).
"Pada 2017 ketika Saham BCIP mengalami penurunan harga kemudian PT. ASABRI (persero) memindahkan saham BCIP dari portofolio saham PT. ASABRI menjadi Underlying reksadana Millenium Balanced Fund dan Reksadana MAM Dana Berimbang Syariah dengan menggunakan harga perolehan atau lebih tinggi dari harga perolehan," kata Leonard.
Gedung PT ASABRI Foto: Selfy Sandra Momongan/kumparan
Terakhir, peran dari tersangka RARL, Leonard mengatakan hal ini terungkap dari PT. Sekawan Intipratama, Tbk (SIAP) yang melakukan penawaran perdana saham SIAP pada 2008.
ADVERTISEMENT
Kemudian pada 2014 melakukan Penawaran Umum Terbatas I dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu sehingga sejak saat itu Fundamental Resources menguasai 99,74 persen saham SIAP.
"Bahwa RL merupakan Beneficial owner dari Fundamental Resources dan PT. Indo Wana Bara Mining Coal (IWBMC)," ucap Leonard.
Setelah Penawaran Umum Terbatas I, Fundamental Resources melakukan mutasi saham kepada pihak yang terafiliasi dengannya di antaranya kepada PT. Evio Securities dengan instruksi Delivery Free Of Payment (DFOP).
"Transaksi baik jual maupun beli saham SIAP dilakukan di antara anggota Group RL melalui PT. Evio Securities sehingga terjadi binit up atas saham dan terjadi wash sale sehingga seolah-olah terjadi pergerakan harga saham," ucap Leonard.
Saham SIAP pernah dihentikan sementara perdagangannya/suspend oleh BEI pada 24 September 2014 dan 6 Februari 2015. Sehingga saham SIAP sebenarnya tidak layak untuk di Investasikan.
ADVERTISEMENT
"PT. ASABRI (Persero) pada 2014 sampai dengan 2015 walaupun tanpa dibuatkan Analisa terkait pembelian saham PT. SIAP oleh Divisi Investasi tetapi tetap melakukan pembelian saham SIAP melalui PT. Evio Sekuritas melalui di pasar negosiasi dengan harga Rp. 170/lembar sampai dengan Rp. 415/lembar," kata Leonard.
"Pembelian saham SIAP pada bulan Desember 2014 dilakukan pada saat harga tinggi karena setelah itu mengalami penurunan harga," tutur dia.
Dalam kasus itu, Leonard mengatakan tiga tersangka dijerat Pasal 2 ayat (1) Jo Pasal 18 UU Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana yang telah diubah dan ditambah dengan UU No 20 tahun 2001 tentang Perubahan Atas UU No 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Jo Pasal 55 ayat (1) Ke-1 KUHP.
ADVERTISEMENT
Tersangka ESS saat ini ditahan di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A, Salemba, Jakarta Pusat. Sedangkan tersangka B saat ini ditahan di Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas II A, Tangerang.
"Tersangka RARL saat ini ditahan di Rumah Tahanan Negara Salemba Cabang Kejaksaan Agung," tutur Leonard.