Kematian Akibat COVID-19 di Dunia Tembus 5 Juta Kasus Pekan Ini

3 Oktober 2021 19:13 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi virus corona. Foto: Maulana Saputra/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi virus corona. Foto: Maulana Saputra/kumparan
ADVERTISEMENT
Jumlah kematian akibat COVID-19 di dunia dilaporkan telah menembus angka 5 juta kasus pada Jumat (1/10). Varian baru yang cepat bermutasi menyebabkan lonjakan hampir di semua negara, baik di negara maju maupun berkembang sekalipun.
ADVERTISEMENT
Menurut perhitungan Reuters, 2.5 juta kasus kematian terjadi dalam waktu setahun. Sementara 2.5 juta lainnya hanya membutuhkan 8 bulan. Artinya, terjadi percepatan di saat varian of concerns muncul pada gelombang kedua, terutama varian Delta.
Sebanyak 8.000 kematian dilaporkan setiap hari dalam seminggu terakhir, atau sekitar lima kematian dilaporkan setiap menitnya. Namun, tingkat kematian dunia juga mulai melambat dalam beberapa pekan terakhir.
Lebih dari separuh angka kematian dunia dalam sepekan berasal dari Amerika Serikat, Rusia, Meksiko, Brasil dan India.
Total jumlah kematian paling tinggi di dunia berada di Amerika Serikat, dilaporkan menembus 700 ribu kasus pekan ini atau 21 persen dari semua kematian yang dilaporkan.
Korban meninggal virus corona di Amerika Serikat Foto: Reuters/Rick Wilking
Sementara Rusia melaporkan 887 kematian harian pada Jumat (1/10), menjadi tertinggi di negara itu selama pandemi.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, India sebagai negara yang terhantam parah oleh varian Delta justru menunjukkan penurunan angka kematian yang signifikan. Sebelumnya 4 ribu orang dilaporkan meninggal setiap harinya, kini 300 kasus kematian harian terjadi ketika program vaksinasi mulai dilaksanakan.
Vaksinasi lansia di Kota Ahmedabad, India. Foto: REUTERS/Amit Dave
Sementara itu, jumlah vaksinasi di dunia masih dinilai rendah. Bahkan, menurut data yang dilaporkan Our World in Data, lebih dari separuh masyarakat di dunia belum mendapatkan dosis vaksin. Tepatnya, baru 45.6% populasi dunia yang setidaknya mendapat suntikan vaksin dosis pertama.
Saat ini, perhatian Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) berfokus pada upaya memberikan vaksin ke negara-negara miskin yang memiliki kesulitan akses mendapat vaksin COVID-19.
Pasalnya, mengutip Reuters, telah terjadi ketimpangan vaksinasi di dunia saat ini. Sebagian besar negara miskin belum tersentuh vaksin bahkan dosis pertama, sementara beberapa negara maju dan kaya telah mendapat dosis ketiga atau booster.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu, WHO melalui COVAX ajak mengalokasikan sebagian besar dosis vaksin ke lebih dari 140 negara yang memiliki keterbatasan pasokan vaksin.
“Untuk pasokan Oktober kami merancang metodologi yang berbeda, hanya mencakup peserta dengan sumber pasokan rendah," tutur Asisten Direktur Jenderal WHO untuk Akses ke Vaksin Mariangela Simao.
==