Kematian COVID-19 Cetak Rekor Tertinggi Sejak 3 Bulan, Semua Harus Waspada

3 Agustus 2022 10:04 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Petugas yang mengenakan APD memakamkan jenazah dengan protokol COVID-19 di TPU Tegal Alur, Jakarta, Selasa (29/12). Foto: Wahyu Putro A/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Petugas yang mengenakan APD memakamkan jenazah dengan protokol COVID-19 di TPU Tegal Alur, Jakarta, Selasa (29/12). Foto: Wahyu Putro A/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
Kemarin, 2 Agustus 2022, ada 24 orang warga Indonesia meninggal dunia akibat COVID-19. Ini adalah angka tertinggi dalam 3 bulan terakhir ini.
ADVERTISEMENT
Sejak Mei 2022 sampai Juli angkanya selalu di bawah 20 kematian. Ada sedikitnya tiga alasan kenapa kita amat perlu mewaspadai angka ini.
"Pertama adalah “tren” kecenderungan kenaikan kematian kita secara terus menerus. Sepanjang Juni 2022 angka kematian harian selalu di bawah 10 orang, di bulan Juli jadi di atas 10 orang dan di bulan Agustus ini melewati 20 orang," kata Guru Besar UI Prof Tjandra Yoga Aditama melalui pesan singkat, Rabu (3/8).
Kedua, angka kematian di berbagai negara juga meningkat. Dalam seminggu terakhir angka Kematian harian di Australia rata-rata adalah 94 orang, angka tertinggi negara itu selama pandemi ini.
Jepang pada 1 Juli 2022 ada 21 orang yang meninggal karena COVID-19, dan di 1 Agustus angkanya meningkat menjadi 94 kematian, naik hampir lima kali lipat. India pada 1 Juni 2022 mencatat 5 kematian dan pada 1 Agustus 2022 naik tinggi menjadi 34 orang.
ADVERTISEMENT
"Ketiga, sejak awal kita sampaikan bahwa bahkan satu nyawa yang meninggal pun amat berharga dan tidak dapat tergantikan oleh apa pun juga," jelas dia.
Oleh karena tiga hal itu maka kita perlu meningkatkan kewaspadaan, setidaknya dalam lima hal. Yang ertama, Surveilans epidemiologik dijalankan dengan baik, sehingga data dari seluruh pelosok negeri dapat dikompilasi dan dianalisa dengan baik.
Kedua, kemampuan testing harus ditingkatkan agar di dapat angka riil jumlah kasus di masyarakat. Ketiga, telusur/tracing juga harus ditingkatkan, agar dari setiap kasus didapat dua informasi, dari mana tertular dan ke mana saja menularkannya.
"Empat, vaksinasi booster yang masih di bawah 30% jelas harus ditingkatkan maksimal, juga sekitar sepertiga penduduk kita yang belum divaksinasi ke dua harus dikejar benar," tuturnya.
ADVERTISEMENT
"Kelima, melakukan komunikasi risiko dengan baik dengan 3 tujuan. Kesatu agar masyarakat mendapat informasi yang tepat, kedua agar masyarakat termotivasi melakukan prokes dengan baik, dan ketiga yang belum di vaksin dan booster agar segera pergi mendapatkannya," tutup Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara itu.