Kematian Pemuda Usai Divaksin Hal Langka, Sulit Katakan Tak Terkait AstraZeneca
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
"Tiap hari [dibahas]. Semuanya bergerak, kok. Maksud saya semua care. Almarhum juga beritikad baik divaksin karena biar enggak menulari yang lain. Petugas vaksinasi juga melaksanakan tugas negara. Terus ada kejadian yang sangat langka," kata Ketua Komnas KIPI Prof Hindra Irawan Satari kepada kumparan, Selasa (11/5).
"Ya memang itu enggak bisa dihindarkan, ramal, cegah, itu bisa terjadi, namun sangat langka. Kebetulan yang bersangkutan tidak berobat, jadi ada [data] yang kurang, makanya sulit untuk mengkajinya untuk mengatakan apakah ini terkait. Tapi sulit juga bilang ini enggak terkait," imbuh dia.
Trio Fauqi divaksin AstraZeneca pada Rabu (5/5) di Sentra Vaksinasi Istora BUMN. Usai divaksinasi, Trio yang bekerja sebagai tenaga alih daya di Pegadaian ini merasakan gejala KIPI yakni demam, mual, hingga pusing.
ADVERTISEMENT
Namun, Trio tidak menghubungi nomor penanganan KIPI yang tertera di kertas vaksinasi dan memutuskan pergi ke dokter langganannya.
Dokter tersebut ternyata tidak praktik hari itu, sehingga Trio tak jadi berobat. Hingga esok harinya, Kamis (6/5), siang, Trio dinyatakan sudah meninggal dunia saat tiba di RS Asta Nugraha, Jakarta Timur.
Pembekuan Darah
Hindra mengatakan, memang ada pembekuan darah yang terjadi pada Trio. Namun Komnas KIPI belum mendapatkan cukup bukti untuk mengaitkan kejadian itu dengan vaksinasi AstraZeneca.
Buntut dari kasus ini, banyak yang meminta evaluasi penggunaan vaksin AstraZeneca di RI. Menanggapi hal ini, Hindra mengatakan pihaknya akan terus berkoordinasi dengan Kemenkes dan BPOM untuk mengambil keputusan bersama.
Selagi mencari jalan terbaik, program vaksinasi AstraZeneca di Indonesia akan terus berjalan. Langkah ini diambil melihat kepentingan masyarakat terhindar dari COVID-19 lebih utama.
ADVERTISEMENT
"Kita lihat rekomendasi WHO sama EMA [European Medicines Agency] bahwa bahaya untuk menghentikan vaksin karena ancaman virus COVID itu masih besar. Jadi tingkat perlindungan [vaksin AstraZeneca] jauh lebih besar dari risiko terkena KIPI yang sangat amat jarang ini," tutur Hindra.
"Tetap diambil langkah-langkah, yang nomor satu [penanganan] virusnya bagi masyarakat, bukan vaksinnya. Virusnya dulu. Kalau vaksinasi berhenti, nanti virusnya enggak berhenti. Jadi kita cari cara yang terbaik bagaimana vaksin tetep jalan dan aman buat masyarakat," pungkas dia.