news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Kembali dari Timur Tengah, WNI Inisial NB Diduga Jadi Korban Manipulasi Tes PCR

24 Juli 2021 21:41 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Industri perhotelan salah satu yang terkena dampak akibat pandemi Foto: Dok. Kemenparekraf
zoom-in-whitePerbesar
Industri perhotelan salah satu yang terkena dampak akibat pandemi Foto: Dok. Kemenparekraf
ADVERTISEMENT
Seorang WNI berinisial, NB, bercerita soal pengalamannya melakukan karantina di sebuah hotel berbintang setelah kepulangannya dari salah satu negara di Timur Tengah pada Juli ini.
ADVERTISEMENT
NB menduga terjadi manipulasi hasil tes PCR usai ia melakukan karantina mandiri yang diwajibkan di hotel berbintang rujukan pemerintah.
"Tanggal 10 Juli saya sampai di tanah air. Semua ketentuan dari memiliki PCR negatif sebelum terbang hingga karantina mandiri di hotel menurut ketentuan pemerintah saya lakukan," tuturnya, Sabtu (24/7).
NB juga menjelaskan, perjalanannya dari luar negeri sampai ke Indonesia juga dirasa aman. Di dalam pesawat kursi tidak terisi penuh, sehingga ia dapat berjaga jarak dengan penumpang yang lain.
Begitu juga masker berjenis KF94 selalu dikenakan, hanya kecuali saat makan dan minum dengan mengusapkan handsanitizer terlebih dulu. Selama perjalanan 9 jam, NB juga mengganti maskernya selama satu kali.
Sesampainya di tanah air, hasil tes PCR NB negatif. Tapi ia tetap melakukan karantina di hotel yang letaknya tak jauh dari bandara.
ADVERTISEMENT
"Saya karantina mandiri di hotel bintang tiga dekat bandara. Semua biaya back for good ditanggung pemerintah, jadi saya memilih hotel sesuai standar yang diberikan," tuturnya.
NB mengaku, selama 8 hari aktivitas penuh di dalam kamar. Ia juga merasa taat aturan dengan tidak melakukan order makan dan minum dari keluar kecuali yang disediakan oleh hotel tersebut.
Tidak ada pula petugas cleaning service atau pegawai hotel yang masuk ke dalam kamar.
Selama karantina, NB juga tidak merasakan gejala apa pun. Sehingga ia optimis hasil PCR nya yang kedua nanti akan negatif seperti awal ia tiba di tanah air.
Ilustrasi swab test Foto: Hendra Nurdiyansyah/ANTARA FOTO
"Sampai akhirnya hari ketujuh tiba, test PCR akhir sebelum diberikan surat selesai karantina agar saya dapat melanjutkan perjalanan ke daerah. Tes dilakukan pagi hari dengan petugas berpakaian APD datang ke kamar. Hasil akan keluar malam hari," imbuhnya.
ADVERTISEMENT
Namun, hasil PCR NB tidak sesuai ekspektasi. Ia dinyatakan positif. Sehingga mau tidak mau, ia harus melanjutkan karantina di hotel tersebut.
NB merasa ada yang ganjal. Pihak hotel, petugas TNI dan dua petugas kesehatan yang mendatanginya juga kompak tidak memperbolehkan ia tes PCR ulang.
"Semua tidak memperbolehkan. Katanya aturannya tidak boleh. Tes ulang dilakukan pada hari ke-9 setelah extend karantina di hotel selama dua hari lagi. Tentu itu namanya bukan tes ulang, tapi tes PCR ketiga. Karena hasilnya dipengaruhi oleh dua hari tambahan," imbuhnya.
NB sempat bersikeras untuk tes PCR mandiri, sesuai dengan aturan bahwa tamu yang memaksa swab ulang, diperbolehkan dengan biaya sendiri menggunakan lab yang ditunjuk pemerintah. Namun salah seorang petugas berdalih, ketentuan itu belum berlaku, akan dimulai 21 Juli 2021 mendatang.
ADVERTISEMENT
Keesokan paginya, pihak hotel menghubungi bahwa NB diperbolehkan melakukan swab ulang di lab yang mereka tunjuk. Hal itu tidak dilakukan oleh NB karena menurutnya justru semakin mencurigakan.
Menariknya, NB tak sendiri. Seorang tamu hotel menelepon kamarnya dan bercerita soal pengalaman yang persis ia rasakan.
"Ceritanya sama persis dengan saya, tamu itu extended sampai 10 hari. Bahkan ia sudah mendapat vaksin Pfizer secara lengkap. Tapi kami akhirnya memutuskan untuk melakukan tes PCR ketiga kalinya di hari ke-9," imbuhnya.
Di hari ke-9, hasil PCR NB dan tamu lainnya tersebut dinyatakan negatif.
"Sudah saya duga hasilnya, negatif. Kami berdua negatif di PCR ketiga itu," ungkap NB.
NB berharap ketidaknyamanan dan kecurigaan atas dugaan manipulasi PCR ini tidak terulang lagi oleh orang lain.
ADVERTISEMENT
Ia juga meminta pemerintah untuk mengawal aturan yang sudah dibuat sampai diberlakukan secara ketat di lapangan.
"Sehingga celah kemungkinan bisa dimanfaatkan oknum yang tidak bertanggung jawab tidak akan terjadi," tutupnya.
==