Kemenag Kembangkan Cyber Islamic University, Mahasiswa Belajar 100% Daring

2 September 2021 14:34 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas. Foto: Dok. kemendag
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas. Foto: Dok. kemendag
ADVERTISEMENT
Kementerian Agama tengah menggencarkan konsep pengembangan kampus daring, Cyber Islamic University (CIU) atau Universitas Islam Siber yang untuk pertama kali diterapkan di IAIN Syekh Nurjati (SNJ) Cirebon.
ADVERTISEMENT
Menteri Agama, Yaqut Cholil Qoumas, mengungkap pihaknya telah melakukan studi dengan Universitas Hankuk Korea, dan CIU ditargetkan bisa menerima mahasiswa mulai bulan ini.
“Cyber Islamic University adalah universitas yang kita desain 100% virtual. Kecuali saat wisuda mungkin. Seperti di Universitas Hankuk. Bedanya dengan Universitas Terbuka (UT), UT sudah berubah jadi fisik dan punya gedung-gedung. Ini sebaliknya, CIU ini akan 100% daring,” kata Gus Yaqut rapat di Komisi VIII DPR, Kamis (2/9).
“Kita sudah studi dengan Universitas Hankuk Korea yang punya sekolah online terbesar di dunia. Insya Allah, September ini sudah bisa menerima mahasiswa baru,” imbuh dia,
Lebih lanjut, Menag yang akrab disapa Gus Yaqut itu menerangkan CIU dibentuk untuk menjawab perkembangan zaman. Terlebih di masa pandemi COVID-19 yang mengharuskan banyak aktivitas dilakukan secara daring.
ADVERTISEMENT
Namun selain itu, Gus Yaqut mengatakan CIU diharapkan bisa memfasilitasi guru-guru madrasah hingga Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang kesulitan melanjutkan pendidikan sarjana. Menurut dia, kehadiran CIU yang lebih praktis dari segi konsep maupun biaya dapat membantu mereka meningkatkan kualitas pengetahuan dan kesejahteraan.
“Guru-guru madrasah yang memiliki keterbatasan banyak hal, waktu, dan lain-lain, mereka bisa melanjutkan studinya dengan murah dan mudah. Saya tahu guru-guru madrasah yang gajinya Rp 200-300 ribu per bulan, untuk kuliah enggak mungkin. Beli beras saja sulit,” ujarnya.
“Nah, di CIU ini guru-guru madrasah bisa kuliah dari rumah saja. Sehingga mereka bisa gelar sarjana. Enggak cuma guru madrasah, TKI misalnya di luar negeri yang enggak punya kemampuan kuliah di sana bisa kuliah di CIU ini,” imbuh dia.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, Kemenag juga akan mendorong digitalisasi di sektor pendidikan islam lainnya. Begitupun digitalisasi di sektor pelayanan keagamaan.
“Kita bergerak di situasi pandemi COVID-19 di mana semua lebih banyak virtual dibanding fisik, sehingga digitalisasi diperlukan. Katakan pandemi akan berakhir 1 tahun lagi atau 1 bulan ke depan pun, saya enggak bayangkan kita akan kembali ke masa sebelum pandemi,” terang Gus Yaqut.
“Jadi yang sudah ada sekarang akan jalan terus bahkan berkembang. Saya bayangkan semua pekerjaan-pekerjaan kantor bisa dilakukan digital, surat menyurat, atau tanda tangan, bahkan rapat. Anak-anak terima rapor cukup dikirim,” tambah dia.
Digitalisasi di Kemenag, lanjut Gus Yaqut, juga ditargetkan transparan. Semua bisa ikut memantau program-program Kemenag, termasuk masyarakat.
ADVERTISEMENT
Tetapi diakuinya bahwa digitalisasi di sektor layanan dan pendidikan secara umum ini masih dalam proses. Harapannya, digitalisasi Kemenag bisa terlaksana tahun depan.
“Misal pekerjaan di A, itu pagunya berapa, menang lelangnya bagaimana, siapa yang kerjakan bisa terlihat, sehingga meminimalisir proyek-proyek mangkrak. Kenapa digitalisasinya belum tampak? Karena memang barangnya belum jadi. Insya Allah tahun depan sudah mulai kelihatan yang terdigitalisasi,” tandas dia.
Cyber Islamic University dan transformasi digital adalah bagian dari 7 program prioritas Kemenag dalam rencana kerja di 2021-2024. Adapun program prioritas lainnnya yakni penguatan moderasi beragama, revitalisasi KUA, kemandirian pesantren, religiously index, dan tahun toleransi.