Kemenhub Investigasi Truk Maut di Balikpapan: Rem AOH Tak Berfungsi

23 Januari 2022 21:02 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Petugas mengevakuasi truk tronton bernomor plat KT 8534 AJ setelah mengalami kecelakaan di Turunan Rapak, Jalan Soekarno-Hatta, Balikpapan, Jumat (21/1/2022). Foto: ANTARA FOTO/HO/Novi A
zoom-in-whitePerbesar
Petugas mengevakuasi truk tronton bernomor plat KT 8534 AJ setelah mengalami kecelakaan di Turunan Rapak, Jalan Soekarno-Hatta, Balikpapan, Jumat (21/1/2022). Foto: ANTARA FOTO/HO/Novi A
ADVERTISEMENT
Kemenhub bersama KNKT menyelidiki pemicu tabrakan maut di Turunan Rapak, Km 0 Jalan Soekano-Hatta, Balikpapan. Tabrakan itu melibatkan truk kontainer dengan sejumlah kendaraan dan menyebabkan 4 orang tewas.
ADVERTISEMENT
Direktur Jenderal Perhubungan Darat Kemenhub, Budi Setiyadi, mengatakan dari penyelidikan KNKT, diketahui rangka atau sasis dari truk tronton KT 8534 AJ tersebut ditambah panjangnya 20 cm.
“Axel atau sumbu rodanya juga ditambah satu, sehingga menjadi 3 sumbu roda,” kata Budi Setiyadi dikutip dari Antara, Minggu (23/1).
Budi mengatakan terungkap truk itu menggunakan sistem rem Air Over Hydraulic (AOH) atau sistem rem dengan penggunaan angin dan minyak rem sekaligus.
Namun, belum dipastikan apakah penambahan panjang dan sumbu roda ini bisa mempengaruhi sistem pengereman.
Akan tetapi, kendaraan besar memang lazim terjadi brake lag, atau rem memerlukan waktu lebih lama dari seharusnya untuk bisa siap kembali dipakai setelah pengereman sebelumnya.
Sementara saat kecelakaan terjadi, sopir truk Muhammad Ali menyebut, sebelum mencapai turunan panjang hingga lampu lalu lintas tersebut ia sudah mengerem beberapa kali karena sejak Km 0,5 Jalan Soekarno-Hatta atau simpangan Straat II.
ADVERTISEMENT
Kemudian jalan mendatar lagi di simpang Straat I hingga depan Rajawali Foto dan baru menurun lagi.
Warga mengamati sebuah mobil yang rusak akibat ditabrak truk tronton di Turunan Rapak, Balikpapan, Kaltim, Jumat (21/1/2022). Foto: ANTARA FOTO/HO/Novi A
Nahas di turun ketiga yang panjangnya lebih kurang 250 meter hingga lampu lalu lintas di bawahnya, kompresor tidak lagi memiliki tekanan angin yang cukup untuk mendorong minyak rem menekan kanvas rem menghentikan roda.
“Habis anginnya, 'ngeblong', gitu,” kata Budi.
Karena bobotnya truk dan muatannya yang mencapai 20 ton, ditambah sudah kehilangan fungsi rem dan kondisi jalan menurun, truk meluncur tak terkendali.
Upaya sopir menurunkan persnelling dari 3 ke 2 untuk mendapatkan efek rem mesin (engine break) juga, gagal, setelah sebelumnya berhasil dari 4 ke 3. Dengan persnelling netral, truk meluncur makin deras dan menabrak semua yang ada di depannya.
ADVERTISEMENT
Dalam sistem rem air over hydraulic bagi kendaraan besar, digunakan tekanan angin untuk mendorong minyak rem menekan tuas yang membuka kanvas di dalam tromol rem dan menahan putaran roda.
Sebelumnya angin dikumpulkan di dalam kompresor untuk mendapatkan tekanan yang sesuai.