Kemenkes Thailand: Subvarian Delta yang Teridentifikasi AY.1, Bukan AY.4.2

27 Oktober 2021 10:16 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Petugas kesehatan melakukan tes usap hidung di Bangkok, Thailand. Foto: Athit Perawongmetha/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Petugas kesehatan melakukan tes usap hidung di Bangkok, Thailand. Foto: Athit Perawongmetha/REUTERS
ADVERTISEMENT
Dunia sempat digegerkan dengan kabar penemuan kasus pertama subvarian Delta AY.4.2 di Thailand. Kementerian Kesehatan Masyarakat meralat kabar itu. Kasus subvarian Delta yang ditemukan adalah varian AY.1, atau Delta Plus.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya diberitakan oleh Asia News Network, Direktur Divisi Risiko Penyakit dan Pengendalian Penyakit di kementerian, Dr Chawetsan Namwat, mengatakan varian AY.4.2 ditemukan pada pria berusia 49 tahun.
Pria itu adalah seorang pekerja di Provinsi Ayutthaya. Dia juga tak memiliki riwayat perjalanan ke luar negeri ataupun ke wilayah berisiko tinggi.
Menurut Dr Chawetsan, kasus tersebut diungkap oleh Departemen Medis Angkatan Darat Thailand pada September lalu.
Namun, Kepala Departemen Ilmu Kesehatan Kementerian Kesehatan Masyarakat, Dr Supakit Sirilak, meralatnya.
“Kami sangat khawatir akan subvarian tersebut [AY.4.2] karena penularannya 10-15% lebih cepat dibandingkan varian Delta biasa Tetapi, subvarian AY.4.2 masih belum ditemukan di Thailand sejauh ini,” ungkap dia pada Selasa (26/10), dikutip dari Bangkok Post.
Anggota kru Thai Airways mempersiapkan diri sebelum mendesinfeksi untuk mencegah penyebaran virus corona di Bandara Internasional Suvarnabhumi, Bangkok. Foto: REUTERS/Athit Perawongmetha
Dr Supakit pun mengatakan, Departemen Medis Angkatan Darat Thailand (Afrims) melaporkan, pusat penelitian mereka di Provinsi Kamphaeng Phet mengidentifikasi pria dari Ayutthaya itu ternyata terinfeksi subvarian Delta AY.1.
ADVERTISEMENT
Di Thailand sendiri, ucap Dr Supakit, 18 subvarian Delta sudah terdeteksi. Subvarian AY.30 bahkan ditemukan hingga lebih dari 1.000 kasus.
Namun, AY.4.2 yang beredar luas di Inggris dan Eropa ini, belum ditemukan di Negeri Gajah Putih.
Pria dari Ayutthaya itu dikabarkan sudah sembuh. Tak ada kasus-kasus subvarian AY.1 baru yang ditemukan. Pelacakan kontak erat pun masih berlangsung.
Di Indonesia, subvarian AY.1 dikenal sebagai “Delta Plus”. Varian turunan Delta ini sempat menggegerkan RI pada pertengahan 2021, ketika kasus corona Indonesia tengah melonjak.
Delta Plus AY.1, menurut WHO, lebih berbahaya dibanding Delta biasa karena varian ini punya mutasi lain yang juga teridentifikasi di varian Gamma (P1 asal Brasil) dan Beta (B.1.351 asal Afrika Selatan). Kedua mutasi ini berpotensi mempengaruhi antibodi yang membunuh virus.
ADVERTISEMENT
Sementara, subvarian AY.4.2 yang juga beberapa kali dirujuk sebagai “Delta Plus” di luar negeri, masih diteliti lebih lanjut oleh para ahli.
Meski begitu penyebaran subvarian ini harus selalu diwaspadai, mengingat varian ini disebut jauh lebih menular dibandingkan varian Delta biasa.
---
Jangan lewatkan informasi seputar Festival UMKM 2021 kumparan dengan mengakses laman festivalumkm.com. Di sini kamu bisa mengakses informasi terkait rangkaian kemeriahan Festival UMKM 2021 kumparan, yang tentunya berguna bagi para calon dan pelaku UMKM.