Kemlu RI: Penyelesaian Konflik Palestina-Israel Harus secara Damai, tapi Sulit

29 November 2022 15:20 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Warga Palestina terlibat bentrok dengan pasukan Israel di Hebron, Tepi Barat yang diduduki Israel, Selasa (25/10/2022). Foto: Mussa Qawasma/Reuters
zoom-in-whitePerbesar
Warga Palestina terlibat bentrok dengan pasukan Israel di Hebron, Tepi Barat yang diduduki Israel, Selasa (25/10/2022). Foto: Mussa Qawasma/Reuters
ADVERTISEMENT
Konflik Palestina dan Israel harus diselesaikan melalui komitmen untuk berdamai yang disepakati oleh kedua pihak. Tetapi, hingga saat ini penyelesaian konflik dengan cara tersebut masih sulit diwujudkan.
ADVERTISEMENT
Hal ini disampaikan oleh Direktur Timur Tengah Kementerian Luar Negeri RI, Bagus Hendraning Kobarsyih, saat menghadiri acara Penutupan Bulan Solidaritas Palestina (BSP) yang digelar di Universitas Al-Azhar, Jakarta Selatan, pada Selasa (29/11).
Saat Bagus ditanya terkait kasus pengeboman yang diduga dilakukan oleh militan Palestina di dua halte bus Kota Yerusalem pada akhir pekan lalu, ia mengutarakan kekerasan hanya dapat memperburuk konflik yang sudah ada.
“Kami tidak pernah mendukung kekerasan itu dan kita selalu berharap bahwa Israel dan Palestina itu harus komitmen menyelesaikan secara damai dan saya lihat di sini memang sulit,” ungkap Bagus.
Peristiwa ledakan bom di dua halte bus Kota Yerusalem merupakan peristiwa jarang terjadi. Teror serupa terakhir kali berlangsung pada 2016.
Direktur Timur Tengah Kementerian Luar Negeri RI, Bagus Hendraning Kobarsyih, di acara Penutupan Bulan Solidaritas Palestina (BSP) di Universitas Al-Azhar, Jakarta Selatan, Selasa (29/11). Foto: Aliyya Bunga/kumparan
Menanggapi hal ini, menurut Bagus, serangan tersebut menunjukkan bahwa rakyat Palestina sudah menghadapi tekanan terus-menerus secara fisik dan mental sehingga menimbulkan kondisi di mana kesabaran mereka sudah habis.
ADVERTISEMENT
“Setelah menghadapi tekanan terus-menerus, dan tekanan ini bukan tekanan yang sifatnya verbal — tapi tekanan fisik dan mental yang justru menurut pendapat saya justru akan memperkeras sikap dari rakyat Palestina,” tutur dia.
Hal ini diperburuk dengan pemerintah Israel yang cenderung tidak mampu menepati janjinya untuk melakukan pendekatan secara damai dengan Palestina. Pihaknya justru mengizinkan pendudukan warga Israel di Tepi Barat ilegal di mata hukum internasional.
“Sehingga sekarang trust defisit antara pihak Palestina dan pihak Israel — dan kalau kita lihat, kepercayaan masyarakat Palestina kepada Israel sudah mungkin titik nol, sudah tidak percaya lagi,” jelas Bagus.