Donald Trump kampanye di Pennsylvania

Kenapa Red State di Pemilu AS Selalu Dimenangi Partai Republik?

30 Oktober 2020 7:48 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Seorang wanita mengenakan AS keluar dari bilik pemungutan suara di New York City di Brooklyn. Foto: Anthony Behar/Sipa USA/Reuters
zoom-in-whitePerbesar
Seorang wanita mengenakan AS keluar dari bilik pemungutan suara di New York City di Brooklyn. Foto: Anthony Behar/Sipa USA/Reuters
ADVERTISEMENT
Peta politik Amerika Serikat (AS) selama ini terbagi menjadi dua wilayah. Atau biasanya saat Pemilu AS terbagi menjadi dua warna, red state dan blue state.
ADVERTISEMENT
Dua warna ini mengacu pada sikap politik masyarakat di masing-masing negara bagian pada dua partai besar di AS, Partai Republik dan Demokrat.
Bagi negara bagian yang mayoritas masyarakatnya mendukung Partai Republik akan disebut sebagai red state. Begitu sebaliknya, blue state bagi negara bagian yang mayoritas masyarakatnya condong ke Partai Demokrat, contohnya California.

Red State Selalu Republik

Peta Hasil Pemilu AS 2016. Foto: 270towin.com
Contoh negara yang sudah pasti merupakan red state adalah North Carolina, Albama, Wyoming, Texas, dan sejumlah negara bagian selatan.
Mayoritas negara ini memang selama ini dikenal condong ke Partai Republik. Pun dalam mendukung capres yang diusung partai besimbol gajah ini.
Sebagai contoh Wyoming, sebagai basis suara Partai Republik. Meski salah satu negara bagian dengan jumlah suara electors (pemilih) di Electoral College kecil, yakni 3, namun populasi Wyoming solid dalam mendukung Republik yang berprinsip konservatif.
Presiden AS Donald Trump saat kampanye di Lititz, Pennsylvania, Amerika Serikat. Foto: Leah Millis/REUTERS
Banyak masyarakat Wyoming yang masih memandang pada pelestarian nilai agama Kristen dan kepercayaan tradisional. Seperti menentang aborsi, narkoba, dan hak-hak LGBTQ.
ADVERTISEMENT
Survei Gallup, menunjukkan 49 persen warga Wyoming mengaku konservatif dan 14 persen mengaku liberal, sementara sisanya moderat.
Pada Pemilu AS 2020, sudah bisa dipastikan capres petahana Donald Trump yang seorang Republik, akan menang di negara bagian yang mayoritas masyarakatnya konservatif. Sebaliknya, capres Demokrat, Joe Biden, menang di negara bagian yang liberal seperti California.

Sejarah Istilah Red State dan Blue State

Ilustrasi kotak suara di Pemilu Amerika Serikat. Foto: Shutter Stock
Istilah red state dan blue state mulai dipopulerkan sejak Pemilu AS 2000. Menurut The Washington Post, istilah ini dipopulerkan jurnalis NBC News, Tim Russert, selama liputannya di televisi.
Namun menurut Russert, istilah dua warna sudah dipakai seniornya di NBC, John Chancellor, sejak Pemilu AS 1976. Namun saat itu, pemakaian warnanya kebalikan dari kondisi saat ini, merah untuk capres Demokrat dan biru untuk capres Republik.
ADVERTISEMENT
Namun sejak dipopulerkan Russert pada 2000, istilah red state (Republik) dan blue state (Demokrat) semakin jelas untuk membedakan peta dukungan di pemilu.
Presiden AS Donald Trump dan calon presiden dari Partai Demokrat Joe Biden berpartisipasi dalam debat kampanye presiden 2020 pertama mereka di kampus Klinik Cleveland, di Case Western Reserve University di Cleveland, Ohio, AS. Foto: Reuters
Biasanya, kandidat capres Republik maupun Demokrat tak akan bersusah payah menggaet simpati masyarakat di red state maupun blue state. Mereka lebih bekerja keras di negara bagian yang belum jelas dukungannya.
Ya, di luar red state dan blue state, ada satu warna lagi yakni ungu atau abu-abu. Warna ini merujuk pada negara bagian yang masyarakatnya tak condong ke satu partai, maupun tak menerapkan sistem Winner Takes All (sapu bersih) --negara bagian yang tak menerapkan sistem ini adalah Maine dan Nebraska.
Negara bagian ini juga biasa dikenal sebagai swing state dan menjadi wilayah perebutan (battle ground) kandidat capres. Pada Pemilu AS 2020, swing state ada di Arizona, Florida, Colorado, Georgia, Iowa, Maine, Michigan, dan Nebraska.
Infografik Perjalanan Hidup Donald Trump. Foto: kumparan
Infografik Perjalanan Hidup Joe Biden. Foto: kumparan
ADVERTISEMENT
----------------------------------
Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten