Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Kesaksian Pemuda Kudus di Kairo: Mahasiswa Indonesia di Al-Azhar Membeludak
20 Juni 2024 16:35 WIB
·
waktu baca 3 menit
ADVERTISEMENT
Di balik gemerlapnya Ibu Kota Kairo, Mesir, terdapat sebuah komunitas mahasiswa Indonesia yang menempuh perjalanan akademis di Universitas Al-Azhar. Salah satunya adalah Syarif Hidayatullah (26) dari Tenggeles, Kudus, yang kini di tingkat akhir.
ADVERTISEMENT
Syarif menjelaskan, kondisi di sekitar kampus mengalami perubahan signifikan sejak kedatangannya di tahun 2017. Ia menyebut mahasiswa Indonesia yang melanjutkan kuliah di sana semakin membeludak.
"[Mahasiswa] Ya membeludak, kita, aku kan merasakan sendiri, ya, dari waktu awal di sini sampai sekarang. Ya, memang beda. Tambah ramai," kata Syarif kepada kumparan, Kamis (20/6).
Syarif menggambarkan perubahan dramatis dalam jumlah mahasiswa Indonesia di Al-Azhar sejak awal kedatangannya.
"Dari 2017 itu bertambah. Dari mulai saya berangkat itu 1.500-an (mahasiswa baru datang), semakin ke sini, dulu itu setelah COVID, sampai yang 2.000 ke ataslah. Lupa aku [persisnya]," ucapnya.
"[Itu jumlah] Satu angkatan," lanjut dia.
Karena membeludaknya mahasiswa asal Indonesia di sana, permasalahan-permasalahan pun tak dapat dielakkan. Syarif menyebut kerap kali kenakalan remaja juga terjadi di sana. Salah satunya, masalah rokok yang menjadi sorotan. Meskipun di Mesir ada fatwa yang mengharamkan rokok, tidak ada pengawasan ketat dari pemerintah atau pihak kampus.
ADVERTISEMENT
Syarif mengungkapkan bahwa rokok umum dan dapat ditemukan di banyak tempat seperti pinggir jalan dan kampus. Namun, mahasiswa Indonesia memiliki sikap yang berbeda terhadap hal ini.
"Kalau ngerokok sebenarnya ada polisi moralnya sendiri, di kita sendiri ada polisi moralnya sendiri. Paling sesama kita sendiri yang menegur," ujar dia.
Masalah lebih serius muncul dalam konteks miras dan perzinaan. Syarif menjelaskan bahwa akses terhadap miras di Kairo sangat mudah tanpa pengawasan ketat meskipun ia menyatakan tidak pernah melihat mahasiswa mabuk di sekitar kampus.
"Ibu kota itu sangat bebaslah. Ibu kota semuanya ada. Apa aja ada. Itu bisa kamu akses semua," terang Syarif.
Syarif juga menyinggung tentang mudahnya akses ke kelab malam dan tempat hiburan di Kairo.
ADVERTISEMENT
"[Kelab malam] Ada, ibu kota, bos. Hahaha," terangnya.
Perzinaan juga menjadi masalah serius di antara mahasiswa meskipun Syarif tidak dapat memberikan gambaran pasti tentang seberapa luas masalah ini di kalangan mahasiswa Indonesia.
"Kalau aku bilang enggak ada itu, ya, seolah-olah aku goblok, ya. Kalau ada pun, ada," tandas dia.
Diminta Turun Tangan
Seorang mahasiswa S3 asal Indonesia jurusan akidah filsafat di Universitas Al-Azhar, M. Nuruddin, mencermati pembeludakan mahasiswa RI di tempatnya kuliah. Dia menyebut kini jumlahnya mencapai 15 ribu orang.
Kata Nuruddin, adanya belasan ribu mahasiswa di Al-Azhar disebabkan tiap tahunnya ada 1.000 sampai 1.500 orang yang diberangkatkan dari Indonesia. Terlalu banyaknya mahasiswa yang dikirim setiap tahun memicu dampak yang tak sedikit.
ADVERTISEMENT
"Pembeludakannya tidak terkontrol itu, eksesnya begitu. Orientasinya mahasiswa jadi berbeda-beda, yang tadinya niat belajar mungkin terpengaruh dengan lingkungan juga," kata Nuruddin.
Nuruddin menduga pembeludakan terjadi lantaran ulah oknum-oknum yang ingin mengambil keuntungan pribadi dari pemberangkatan mahasiswa Indonesia ke Al-Azhar di Mesir.
"Oknum-oknum ini, mereka memberangkatkan mahasiswa secara masif selama itu memberikan keuntungan materi. Mereka tidak memikirkan itu dampaknya luar biasa. Nama baik Al-Azhar, reputasi alumni Al-Azhar," papar Nuruddin.
Nuruddin pun meminta pihak-pihak terkait untuk turun tangan menghentikan pembeludakan mahasiswa Indonesia ke Al-Azhar dengan melakukan seleksi yang lebih ketat.
“Jika OIAA [Organisasi Internasional Alumni Al-Azhar], Kemenag, dan KBRI Kairo benar-benar serius ingin membenahi kehidupan masyarakat di sana, saya memohon, bukan cuma saya, Pak. Banyak mahasiswa yang mengalami kegelisahan itu, cobalah dipertimbangkan dengan sematang mungkin,” pinta Nuruddin.
ADVERTISEMENT