Ketua DPR Harap Ramadhan Jadi Momen Rekonsiliasi Politik

10 Mei 2019 17:02 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
com-Ketua DPR, Bambang Soesatyo Foto: Dok. DPR RI
zoom-in-whitePerbesar
com-Ketua DPR, Bambang Soesatyo Foto: Dok. DPR RI
ADVERTISEMENT
Pelaksanaan Pemilu serentak 2019 sudah hampir sebulan berlalu. Namun, hiruk-pikuk keriuhan politik masih saja berlangsung. Masyarakat di kalangan akar rumput pun masih terbelah, dan terpolarisasi ke masing-masing kubu.
ADVERTISEMENT
Memasuki bulan suci Ramadhan tahun ini, seharusnya menjadi momen pemulihan hubungan baik antara kedua kubu yang sebelumnya berseteru. Begitu pun di antara para elite politiknya.
"Bulan suci Ramadhan 1440 H hendaknya menjadi momentum bagi pemulihan hubungan baik di antara kelompok-kelompok masyarakat yang selama ini berseberangan karena beda sentimen politik. Para aktor politik yang sebelumnya sering menyulut kegaduhan ditantang untuk menahan diri selama bulan suci ini," kata Ketua DPR, Bambang Soesatyo dalam keterangan tertulisnya, Jumat (10/5).
Menurut pria yang akrab disapa Bamsoet ini, sebagian masyarakat merasa tidak nyaman, karena ruang publik masih terasa sangat bising. Padahal, pelaksanaan Pemilu serentak sudah berlalu.
"Kebisingan itu masih disemburkan oleh dua kubu yang paling berkepentingan dengan hasil perhitungan suara pemilihan presiden oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU). Isu tentang kecurangan terus dihembuskan kedua kubu. Kebisingan itu pasti memancing perhatian sebagian publik di berbagai daerah," kata Bamsoet.
ADVERTISEMENT
"Ada yang menanggapinya dengan dengan sikap biasa-biasa saja. Namun, tak sedikit juga yang terpancing emosinya. Perilaku emosional yang dipertontonkan – kendati hanya dengan pernyataan yang cenderung provokatif – tak pelak membuat beberapa kalangan cemas atau khawatir," lanjutnya.
Bamsoet pun ikut menanggapi soal isu people power, yang sempat diwacanakan oleh sejumlah elite politik. Menurutnya, isu tersebut sudah tersebar ke kalangan masyarakat akar rumput.
Bamsoet mengatakan berbagai tuduhan kecurangan pemilu seakan tak pernah reda dan terus dikemukakan oleh elite politik di masing-masing kubu.
"Apakah benar akan terjadi people power? Seperti itulah kurang lebih pertanyaan yang mengemuka. Perbincangan tentang hal-hal seperti ini bermunculan karena perang pernyataan atau saling tuduh tentang kecurangan Pemilu tak pernah reda,"ujarnya.
ADVERTISEMENT
"Kalau pun ada persoalan atau bukti kecurangan, masalahnya cukup dibawa ke lembaga atau institusi yang punya kompetensi menangani sengketa dimaksud. Namun, imbauan itu seperti dianggap angin lalu saja," lanjutnya.
Situasi seperti itu, lanjut Bamsoet, tentu saja memprihatinkan. Ditambah dengan fenomena banyaknya petugas KPPS yang sakit bahkan meninggal dunia usai pencoblosan.
"Penggalan berita dukacita yang muncul hampir setiap hari itu tak juga mampu mendorong masing-masing kubu untuk sejenak menahan diri. Bahkan tak jarang penggalan berita duka itu terpinggirkan oleh isu-isu baru tentang kecurangan seputar penghitungan suara Pemilu," kata Bamsoet.
"Beralasan untuk prihatin, karena apa yang mengemuka akhir-akhir ini akan dinilai atau dilihat sebagai gambaran adab publik," lanjut Bamsoet yang juga Dewan Pakar Majelis Nasional KAHMI.
com-Ketua DPR, Bambang Soesatyo Foto: Dok. DPR RI
Momentum Ramadhan
ADVERTISEMENT
Bamsoet berharap, suasana khusyuk Bulan Suci Ramadhan tahun ini bisa mendorong semua komunitas untuk melakukan renungan dan intropeksi.
"Adab publik Indonesia yang luhur itu tidak boleh rusak atau ditarik mundur. Harus tumbuh semangat bersama untuk masing-masing kembali ke akar budaya," kata Bamsoet.
Bulan suci Ramadhan ini kata Bamsoet hendaknya diawali dengan kesadaran bersama untuk berhenti menyemburkan ujaran kebencian, berhenti saling tuduh, berhenti saling ancam, dan tidak lagi membuat pernyataan provokatif.
"Pada periode bulan suci ini, semua kekuatan politik patut peduli dan menghormati masyarakat yang sedang melaksanakan ibadah puasa Ramadhan. Agar masyarakat fokus dan khusyuk, ruang publik hendaknya bersih dari segala sesuatu yang berpotensi mengganggu atau merusak kesakralan bulan suci Ramadhan," ujar Wakil Ketua Kadin ini.
ADVERTISEMENT
"Mengapa imbauan untuk menahan diri perlu dialamatkan kepada kekuatan-kekuatan politik yang terus menyoal ada-tidaknya kecurangan pada Pemilu 2019? Sebab, masyarakat pada umumnya sudah beranggapan Pemilu 2019 sudah berjalan dengan baik, aman dan lancar," jelasnya.
Story ini merupakan bentuk kerja sama dengan DPR RI.