Ketum PP Muhammadiyah: Jauhi Politisasi Pancasila

1 Juni 2021 9:44 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir. Foto: PP Muhammadiyah
zoom-in-whitePerbesar
Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir. Foto: PP Muhammadiyah
ADVERTISEMENT
Setiap 1 Juni, bangsa Indonesia memperingati Hari Lahir Pancasila. Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir meminta, peringatan Hari Lahir Pancasila tidak hanya seremonial tapi digunakan untuk memaknai Pancasila lebih dalam.
ADVERTISEMENT
"Maka bagaimana kita memperingati lahirnya Pancasila itu bukan hanya ritual dan seremonial maupun juga dalam jargon dan retorika," terang Haedar dalam keterangan tertulisnya, Selasa (1/6).
Warga bangsa, menurut Haedar, juga harus mewujudkan Pancasila. Pertama, Pancasila harus diterapkan dalam kehidupan bernegara melalui seluruh institusi kenegaraan. Dengan begitu setiap kebijakan yang diambil selalu berada di koridor Pancasila.
"Pertentangan sering terjadi karena kebijakan-kebijakan negara itu tidak sejalan dengan jiwa, alam pikiran, dan moralitas Pancasila," ucapnya.
Selain diwujudkan, Pancasila juga harus menjadi pedoman hidup berbangsa. Tidak cukil hanya menghafal Pancasila atau menjadi doktrin dan pemikiran. Pancasila harus dipraktikkan oleh warga bangsa maupun elite bangsa.
"Menjadi insan-insan yang Berketuhanan Yang Maha Esa, Berperikemanusiaan yang adil dan beradab, Berpersatuan Indonesia, Berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, dan Berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesi. Kata "ber" menunjukkan kata kerja, artinya Pancasila dijadikan praktik nyata dalam berbangsa dan bernegara," ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Perumusan Pancasila, menurut Haedar, yaitu untuk menjadi bahan sosialisasi dalam kehidupan bernegara. Dia meminta Pancasila tidak dipolitisasi.
"Jauhi politisasi Pancasila untuk kepentingan apa pun, karena kita belajar dari sejarah setiap reduksi, penyimpangan, dan politisasi Pancasila akan menimbulkan ketidakpercayaan pada Pancasila itu sendiri," katanya.
Pancasila secara proporsional harus ditempatkan sebagai dasar dan ideologi negara.
"Jangan membawa Pancasila menjadi sesuatu yang sempit dan jangan juga membawa Pancasila melebihi dirinya. Itulah Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara," ujarnya.