Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.1
ADVERTISEMENT
Sekira satu dekade ke belakang, Indonesia punya cita-cita mengurangi emisi karbon nasional sebesar 26 persen pada tahun 2020. Hal itu merupakan bagian dari komitmen dalam Kesepakatan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) terhadap Konferensi Perubahan Iklim ke-15.
ADVERTISEMENT
Pada saat itu, negara-negara di dunia sepakat melakukan mitigasi untuk mengatasi perubahan iklim. Ini terjadi lantaran adanya pemanasan global akibat efek gas rumah kaca. Komunitas internasional sepakat mengurangi emisi karbon yang diakibatkan oleh deforestasi dan degradasi hutan, termasuk Indonesia.
Strategi untuk mewujudkan cita-cita tersebut di antaranya dengan menanam pohon. Salah satu tanaman yang mendapatkan perhatian khusus saat itu adalah pohon Trembesi. Memangnya, apa istimewanya Trembesi dibanding pohon yang lain?
Pemilik nama latin Samanea saman/Albizia Saman itu merupakan pohon yang berasal dari Amerika Latin. Di negara asalnya, Trembesi tumbuh di hamparan rumput yang luas atau sabana.
Trembesi punya tajuk yang lebar. Dari tajuk inilah ia bisa meneduhi wilayah yang dinaunginya. Julukan pohon hujan (rain tree) pun tersemat lantaran tajuknya kerap meneteskan air lantaran
ADVERTISEMENT
kemampuannya akarnya menyerap air tanah yang banyak.
Pohon ini merupakan tanaman yang cepat tumbuh (fast growing) dengan ketinggian hingga 20-25 meter. Selain itu, Dosen Ilmu Hutan Kota dan Jasa Lingkungan IPB Endes N. Dahlan mengungkap keistimewaan Trembesi yang bisa tumbuh hampir di mana saja.
“Dia bisa tumbuh pada daerah yang sangat kering, di Sabana sekalipun. Tapi anehnya selain di daerah yang kering kekurangan air, Trembesi juga bisa tumbuh di daerah yang berair itu seperti di bawah sungai. Kemudian di tanah yang sangat asam, di daerah tropis dan subtropis juga bisa. Jadi hampir everywhere,” kata Endes saat diwawancara kumparan, Jumat (22/11).
Berdasarkan riset Endes berjudul “Jumlah Emisi Gas CO2 dan Pemilihan Jenis Tanaman Berdaya Rosot Sangat Tinggi: Studi Kasus di Kota Bogor” (2008), pohon Trembesi didaulat sebagai tanaman penyerap karbon terbaik.
ADVERTISEMENT
Di antara 43 tanaman yang diteliti di Kebun Raya Bogor dan Hutan Penelitian Dramaga di Bogor, Trembesi dikategorikan sebagai penyerap karbon ekstra tinggi atau di atas 1.000 kg per tahun. Tepatnya, pohon Ki Hujan ini bisa menyerap 28,49 ton karbon per tahun. Di atas Akasia yang hanya menyerap 5,3 ton karbon per tahun.
“Jadi kalau semakin banyak pohon Trembesi maka semakin besar kemampuannya dalam menyerap gas CO2 (karbondioksida) dari udara. Dengan menurunnya konsentrasi gas CO2 di udara, maka efek pemanasan global semakin menyusut,” tutur Endes.
Meningkatnya karbon juga terjadi seiring dibangunnya infrastruktur. Misalnya, pembangunan jalan tol yang membabat pepohonan yang dilewatinya. Oleh karenanya, bagi Endes, pohon-pohon itu mesti ditanam kembali agar emisi karbon tak meningkat.
ADVERTISEMENT
Usaha penghijauan di jalan tol dilakukan oleh Djarum Tress for Life dan berlangsung sejak 2010. Hingga November 2019, sudah ada 114.143 pohon trembesi yang telah ditanam di Merak-Banyuwangi, Madura, Medan, Tol Trans Jawa, Pantai Utara Jawa, hingga Lombok. Dan di tahun 2020 mendatang, Djarum Trees For Life akan melanjutkan penanaman trembesi di jalur Trans Sumatera sepanjang kurang lebih 2,765 KM dari Lampung hingga Aceh, dan ditargetkan rampung pada 2030 mendatang.
Meningkatnya karbon juga terjadi seiring dibangunnya infrastruktur. Misalnya, pembangunan jalan tol yang membabat pepohonan yang dilewatinya. Oleh karenanya, bagi Endes, pohon-pohon itu mesti ditanam kembali agar emisi karbon tak meningkat.
Usaha penghijauan di jalan tol dilakukan oleh Djarum Tress for Life dan berlangsung sejak 2010. Hingga 2017, sudah ada 94.765 pohon trembesi yang telah ditanam di Medan, Pantai Utara Jawa, hingga Lombok.
Dengan serapan karbon 1 pohon sebesar 28,49 ton karbon per tahun, maka penanaman Trembesi sebanyak itu berpotensi menyerap sekitar 3,2 juta ton karbon kendaraan per tahun. Dengan demikian, apakah penanaman Trembesi sangat efektif mengurangi karbon kendaraan?
ADVERTISEMENT
“Iya sangat efektif (menyerap karbon di jalan tol), karena apa, emisi ke luar dari knalpot (CO2) langsung diserap oleh vegetasi (Trembesi),” terang Endes.
Seiring dengan manfaat ekologis, ada juga manfaat ekonomis dan patologis dari pohon Trembesi. Menurut Endes kayu pohon Ki Hujan bagus untuk bahan meubel peralatan rumah tangga hingga seni seperti gitar.
Endes juga menyebut Trembesi mampu membuat udara di sekitar pohon lebih sejuk. Apalagi pohon itu sudah berumur 25-30 tahun, usia optimal Trembesi menyerap karbondioksida.
“Kalau halaman rumah kita ini banyak pohon Trembesinya maka suhu udaranya akan lebih sejuk 3 sampai 5 derajat lebih sejuk dibandingkan dengan tanpa pohon,” terangnya.