Kisah 2 TKI dari Malaysia di Kendal, Ditengok Ganjar Saat Jalani Isolasi 14 Hari

5 April 2020 20:37 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo meninjau pemudik yang menjalani karantina di Desa Pacet Batang.  Foto: Dok. Pemprov Jawa Tengah
zoom-in-whitePerbesar
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo meninjau pemudik yang menjalani karantina di Desa Pacet Batang. Foto: Dok. Pemprov Jawa Tengah
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Baru dua hari Sakur (35) dan Anas Muhidin (24) menginjakkan kakinya di kampung halaman Desa Jungsemi, Kecamatan Kangkung, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah. Setelah merantau sebagai Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Malaysia, keduanya memutuskan pulang kampung karena pandemi corona.
ADVERTISEMENT
Perjalanan panjang mereka tempuh untuk tiba di rumah. Pergi meninggalkan Negeri Jiran sejak 31 Maret, keduanya harus menjalani isolasi selama tiga hari di Batam untuk kemudian dinyatakan sehat dan diperbolehkan terbang ke Yogyakarta.
"Setelah tiga hari di sana, kami kemudian terbang ke Yogya dan baru tiba di rumah ini dua hari lalu. Langsung kami didata dan dicek kesehatannya. Setelah itu kami isolasi di rumah," kata Sakur di rumahnya, Minggu (5/4).
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo meninjau pemudik yang menjalani karantina di Desa Pacet Batang. Foto: Dok. Pemprov Jawa Tengah
Dalam perjalanan pulang itu, keduanya harus melewati beberapa kali pengecekan. Setibanya di rumah, Sakur yang memiliki anak balita tak dapat melepas rindu padanya. Namun Sakur dan Anas harus menjalani isolasi mandiri 14 hari.
Anaknya tinggal bersama sang istri di rumah belakang tempatnya melakukan isolasi. Meski dapat memandang dari kejauhan, namun ia sedih karena tidak bisa menggendongnya.
ADVERTISEMENT
"Anak saya balita, sejak pulang dari Malaysia, saya dan Anas langsung isolasi mandiri. Belum berani bertemu keluarga. Rasanya pengin gendong anak," ucap Sakur.
Rasa kangen bertemu keluarga terpaksa dikubur dalam-dalam. Keduanya sepakat, selama 14 hari tidak akan keluar rumah dan tidak berjumpa dengan keluarga.
"Kalau dikatakan kangen, ya kangen sekali. Tapi belum berani ketemu. Biar menjaga satu sama lain. Saya tidak tahu, apakah saya membawa virus corona itu atau tidak, yang penting menjaga agar anak dan keluarga tidak tertular," imbuh Sakur.
Sakur dan Anas berangkat ke Malaysia untuk mengadu nasib. Keduanya bekerja di bagian kelistrikan dan mendapat upah 70 Ringgit sehari.
"Alhamdulillah uangnya masih ada, jadi kalaupun harus isolasi selama dua minggu, masih punya tabungan," timpal Anas.
Ilustrasi physical distancing. Foto: Indra Fauzi/kumparan
Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo yang touring ke desa-desa untuk mengecek tempat karantina, menyempatkan waktu menengok Sakur dan Anas.
ADVERTISEMENT
Dengan jaga jarak dan mengenakan masker, Ganjar mengajak ngobrol dua warganya itu serta memberikan motivasi. Ganjar juga memberikan sembako kepada keduanya untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari selama karantina.
"Pokoknya kudu sabar, sampai 14 hari harus karantina di rumah. Kalau merasa batuk, pilek dan demam, segera telepon bidan desa untuk dilakukan tindakan," kata Ganjar.
Ganjar mendoakan agar keduanya sehat dan tidak terpapar COVID-19. Meski begitu, ia tetap meminta agar kepala desa serta bidan desa selalu aktif memantau warga.
"Tidak hanya untuk Mas Sakur dan Mas Anas ini, nanti kalau ada warga lain yang mudik harus dikarantina selama 14 hari. Kita semua menjaga bersama, agar penyebaran virus ini tidak semakin meluas," imbuhnya.
ADVERTISEMENT
Ganjar juga meminta masyarakat di sekitar untuk bergotong royong membantu saudara sekitar. Apabila ada salah satu warga yang terdampak, maka warga yang mampu harus mengulurkan bantuan.
"Hidupkan lagi lumbung desa, jimpitan, dan giatkan sumbangan bagi mereka yang mampu. Tujuannya untuk membantu saudara-saudara kita yang terdampak," tuturnya.
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo meninjau pemudik yang menjalani karantina di Desa Pacet Batang. Foto: Dok. Pemprov Jawa Tengah
Desa Telah Siapkan Ruang Karantina
Selain Desa Jungsemi, Ganjar juga mengunjungi desa-desa lain seperti Desa Trisobo Kecamatan Boja Kabupaten Kendal, Desa Ngadirejo dan Desa Pacet Kecamatan Reban Kabupaten Batang. Dia mengecek kesiapan desa, membagikan sembako untuk warga, serta memberikan masker dan hand sanitizer kepada bidan-bidan desa.
Di Desa Trisubo, telah disiapkan 2 ruangan untuk karantina pemudik, yakni gedung PKD dan Balai Desa. Sejauh ini sudah ada 10 orang pemudik yang telah dinyatakan sehat dan diminta isolasi mandiri di rumah.
ADVERTISEMENT
Usai dari Trisobo, Ganjar langsung menuju Desa Ngadirejo dan Desa Pacet Kecamatan Reban Kabupaten Batang. Di dua desa itu, juga sudah disiapkan tempat karantina bagi para pemudik. Bahkan di Desa Pacet, sebanyak 14 pemudik sudah dikarantina.
"Total sudah ada 30 orang yang mudik di desa ini. Begitu pulang langsung kami isolasi. Kami menyiapkan tiga tempat, yakni di gedung PKD dan dua rumah warga. Yang sekarang masih diisolasi, ada 14 orang dan semuanya sehat," kata Kepala Desa Pacet, Dendy Hermawan.
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo meninjau pemudik yang menjalani karantina di Desa Pacet Batang. Foto: Dok. Pemprov Jawa Tengah
Ganjar kemudian melanjutkan perjalanan menuju desa Jungsemi Kecamatan Kangkung Kabupaten Kendal. Di desa itu, Ganjar mengecek Puskesmas serta tempat isolasi. Selain itu, ia juga menyempatkan menengok dua Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang baru saja pulang dari Malaysia. Keduanya sedang menjalani karantina mandiri di rumah masing-masing.
ADVERTISEMENT
"Sengaja saya berkeliling untuk mengecek persiapan desa dalam menyambut para pemudik. Beberapa desa yang saya cek tadi, semuanya sudah siap dengan tempat karantina masing-masing. Pintu masuk desa-desa juga sudah dijaga oleh petugas," kata Ganjar.
Ganjar meminta kepada seluruh kepala desa di Jateng untuk membuat tempat karantina. Tidak harus membuat gedung baru, beberapa gedung yang ada seperti sekolah, balai desa, bahkan rumah warga, dapat dijadikan tempat karantina.
"Saya juga titip pesan kepada seluruh Kades untuk memantau betul mereka-mereka yang mudik. Dan yang belum mudik, kami berharap keluarganya melarang mereka untuk mudik. Kalau tetap mudik, akan kami karantina selama 14 hari," tutupnya.
***
kumparanDerma membuka campaign crowdfunding untuk bantu pencegahan penyebaran corona virus. Yuk, bantu donasi sekarang!
ADVERTISEMENT