Kisah Bayi Kembar Siam yang Lahir di Buleleng, Bali

5 Juli 2019 14:55 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Bayi kembar siam lahir di Buleleng, Bali. Foto: Dok. Istimewa
Udara dingin menyelimuti ruang Cempaka RSUP Sanglah, Denpasar, Jumat (5/7) pagi. Seorang pria dengan wajah kantuk sedang duduk pasrah. Dia adalah Kadek Redita (24).
ADVERTISEMENT
Di rumah sakit itu, Redita sedang menanti panggilan dari dokter. Dia menunggu kabar anaknya yang sedang mendapatkan perawatan intensif di rumah sakit terbesar di Bali itu.
Redita merupakan ayah dari bayi kembar siam yang lahir pada Rabu (3/7) sekitar pukul 13.00 WITA di RS Shanti Graha, Kabupaten Buleleng. Dia tak menyangka keturunan pertamanya itu lahir dalam kondisi terhubung satu sama lain.
Pria yang berprofesi sebagai buruh bangunan itu cukup pilu ketika mengetahui anak perempuannya lahir dengan kembar siam.
Padahal, sehari sebelum jadwal kelahiran, tepatnya pada Selasa (2/7), Redita mengantar istrinya, Putu Ayu Sumadi (17), ke RS Shanti Graha. RS Shanti Graha dipilih karena itu adalah satu-satunya rumah sakit yang dekat dari rumah Redita dan Ayu.
ADVERTISEMENT
Pada saat diperiksa itu, kabar gembira diucapkan sang dokter. Dokter, kata Redita, menyatakan bayi yang dikandung Ayu kembar dan tak ada tanda-tanda kelainan.
Redita kemudian mulai mengurus proses persalinan istrinya itu di RS Shanti Graha dengan menggunakan layanan BPJS. Dokter rumah sakit itu menyarankan Ayu melahirkan secara caesar.
Bapak dari bayi kembar siam, Kadek Rudita menunjukan foto bayinya di RSUP Sanglah, Bali. Foto: Denita Br Matondang/kumparan
"Saya pasrah, ini dari kehendak Tuhan," kata Redita, yang tinggal di Banjar Dinas Kanjanan, Desa Joanyar, Kecamatan Seririt, Buleleng, Bali itu.
Ayu, kata Redita, belum mengetahui bahwa anak yang dikandungnya itu lahir dengan kembar siam. Redita dan tim dokter sengaja merahasiakannya karena kondisi Ayu masih lemah pascaoperasi caesar.
Karena alasan peralatan medis yang tak memadai, tim dokter RS Shanti Graha merujuk bayi kembar siam itu untuk dibawa ke RSUD Buleleng. Ternyata di RSUD Buleleng juga sama tak memiliki peralatan medis yang memadai.
ADVERTISEMENT
Walhasil, bayi dari Redita dan Ayu itu dibawa ke RSUP Sanglah. Jarak dari Buleleng ke RSUP Sanglah yang terletak di Denpasar sekitar 94 kilometer.
Meski sudah dipindahkan ke RSUP Sanglah, Redita belum dibolehkan melihat buah hatinya secara leluasa. Tim dokter saat ini sedang mengecek kondisi keseluruhan bayinya.
"Dokter masih berunding. Dokter belum bisa memastikan organ di dalam bayi saya lengkap. Tapi enggak tahu, kalau lengkap, astungkara (syukur)," kata Redita.
Dia berharap tim dokter RSUP Sanglah dapat menyelamatkan kedua buah hatinya. “Maunya begitu, selamat keduanya," kata dia.
Selain masih kaget dengan kondisi anaknya, Redita juga bingung dengan biaya rumah sakit. Meski biaya kelahiran ditanggung BPJS, Redita khawatir akan ada biaya tambahan lain karena kondisi anaknya kembar siam.
ADVERTISEMENT
Dia semakin cemas karena penghasilannya sehari hanya Rp 60 ribu. Dia berharap ada bantuan dari pemerintah setempat atau pun warga untuk kesembuhan anaknya.
"Berharap ada bantuan, dari pemerintah atau warga," kata Redita yang hingga kini belum sempat bertemu istrinya, Ayu, usai melahirkan.
Redita juga cemas ketika Ayu, istrinya, mengetahui bahwa anak yang dikandungnya itu kembar siam. Itulah sebabnya, Redita dan tim dokter di RS Shanti Graha masih merahasiakannya.