Kisah Daffa Pemuda Bandung Salah Kostum ke Pelantikan KPPS Pakai Sandal Jepit

1 Februari 2024 10:14 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Petugas KPPS dari Kelurahan Cisaranten Kulon, Daffa Maulana. Foto: Dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Petugas KPPS dari Kelurahan Cisaranten Kulon, Daffa Maulana. Foto: Dok. Istimewa
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Beragam cerita disampaikan oleh warga Bandung saat dilantik menjadi petugas KPPS dan menjalani bimbingan teknis (bimtek). Salah satu cerita itu disampaikan oleh petugas KPPS dari Kelurahan Cisaranten Kulon, Daffa Maulana (23).
ADVERTISEMENT
Daffa menceritakan pengalaman tak menyenangkan saat hari pelantikan. Ketika itu, dia mengaku kesal sebab acara pelantikan yang mestinya dimulai pukul 07.30 WIB ngaret menjadi pukul 09.30 WIB.
"Sebenernya agak ngeselin, jadwal yang harusnya dimulai jam setengah 8 pagi, akhirnya dimulai jam setengah 10," kata dia saat dikonfirmasi pada Rabu (31/1).
Daffa mengatakan acara pelantikan menjadi ngaret karena panitia tak mempersiapkan acaranya dengan matang. Mestinya, pengisian daftar hadir peserta sudah menggunakan teknologi barcode untuk meminimalisir terjadinya antrean.
"Itu terjadi waktu pelantikan, mengantre ngisi daftar hadir aja panjang dan lama banget," ucap dia.
Meski kesal pada hari pertama pelantikan, Daffa mengaku bangga menjadi petugas KPPS karena dapat membantu negara untuk melancarkan pesta demokrasi. Dia juga mengaku bakal mempersiapkan diri menjelang hari pemungutan suara dengan menjaga daya tahan tubuh dan membaca ulang materi yang diberikan saat bimbingan teknis (bimtek).
ADVERTISEMENT
"Baca ulang lagi aja materi dari bimtek biar di hari H-nya gak ada miss (salah paham) sama anggota yang lain," ujar dia.
Sejauh ini, Daffa mengaku baru menerima uang senilai Rp 100 ribu saat bimtek. Sementara, saat hari pelantikan, dia tak mendapat uang sama sekali. Adapun honor yang diterimanya sebagai petugas KPPS, rencananya akan digunakan untuk kebutuhan sehari-harinya saja.
"Kayanya buat kebutuhan sehari hari aja sih, lumayan juga kan buat nambah pemasukan," kata dia.
Hal tak menyenangkan lainnya saat hari pelantikan disampaikan petugas KPPS dari Desa Cipadung, Arzith M. Ketika itu, dia mengaku kesal karena panitia acara tak memberi tahu dengan jelas pakaian yang mesti dipakai ketika hari pelantikan. Alhasil, dia dan dua temannya mengenakan pakaian yang berbeda dengan peserta lain.
ADVERTISEMENT
"Pas hari pelantikan tidak ada briefing disuruh pake sepatu atau sandal, akhirnya saya dan dua teman saya cuman pakai sandal atasan batik bawahan sandal," ucap dia.
Meski begitu, senada dengan Daffa, Arzith mengaku bangga dapat dilantik jadi petugas KPPS karena dapat mengabdi kepada negara. Menjelang hari pemungutan suara, dia pun sudah mulai disibukkan dengan mengikuti rapat di Kantor RW hingga larut malam.
"Bangga lah (jadi petugas KPPS) kaya PNS sehari, soalnya ini pengalaman pertama saya kerja dan mencoblos," ujar dia.
Namun, berbeda dengan Daffa, Arzith justru menerima uang senilai Rp 100 ribu dan snack saat hari pelantikan. Selain itu, jika rapat hingga larut malam, dia juga sering mendapat makanan. Sementara itu, uang honor sebagai petugas KPPS, rencananya akan digunakan Arzith untuk mentraktir keluarganya.
ADVERTISEMENT
"Mau traktir keluarga sama jajan," ungkap dia.
Ke depan, agar kualitas petugas KPPS menjadi lebih baik, Arzith menyarankan agar bimtek yang digelar tak hanya berupa teori tapi juga praktik agar mencegah petugas kebingungan saat hari pemungutan suara.
"Tiap kumpulan banyak teori aja, mending banyakin praktik buat orang kaya saya yang pertama kali nyoblos dan pertama kali jadi KPPS," kata dia.