Kisah Desa Percontohan Penanganan Corona di Boyolali Berjibaku Lawan Pandemi

16 Juni 2021 12:25 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tempat isolasi corona di Desa Karanggeneng, Boyolali, Jawa Tengah. Foto: Dok. Pemdes Karanggeneng
zoom-in-whitePerbesar
Tempat isolasi corona di Desa Karanggeneng, Boyolali, Jawa Tengah. Foto: Dok. Pemdes Karanggeneng
ADVERTISEMENT
Desa Karanggeneng, Kecamatan Boyolali, Kabupaten Boyolali, menjadi wakil Jawa Tengah sebagai desa percontohan pelaksanaan PPKM Mikro. Desa tersebut dinilai bagus dalam penanganan pandemi corona. Hal itu diumumkan oleh Kepala Dinkes Boyolali, Ratri S Survivalina, pada Februari 2021 dalam rilis Pemprov Jateng.
ADVERTISEMENT
Pemilihan itu berdasarkan surat yang dikirimkan Satgas COVID-19 nasional kepada Dinkes provinsi yang terpilih. Desa Karanggeneng masuk sebagai salah satu desa yang menjadi percontohan dengan daerah lain dari Provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat, DI Yogyakarta, Bali, dan Banten.
Sekdes Desa Karanggeneng, Bagus M.W.Anggoro, mengaku kaget dengan pengumuman tersebut. Ia awalnya mengira Desa Karanggeneng yang dimaksud adalah desa yang berada di Jawa Timur. Namun ternyata desa percontohan Karanggeneng itu adalah desanya sendiri.
Selain itu, pihaknya merasa belum memberlakukan sepenuhnya aturan PPKM Mikro.
Petugas penyemprot disinfektan di Desa Karanggeneng, Boyolali, Jateng. Foto: Dok. Pemdes Karanggeneng
“Kita diberikan bocoran Februari minggu pertama. Kita 15 Februari 2021 dapet surat. Koordinasi semampu kita. Memang seperti itu, kita hanya mengadaptasi yang selama ini dilakukan ditambah surat edaran,” ujar Bagus kepada kumparan, Rabu (16/6).
ADVERTISEMENT
Ia mengatakan penanganan corona yang dilakukan sebelum adanya aturan PPKM tidak jauh berbeda dengan yang tertulis dalam regulasi itu. “Kita sendiri kurang tahu, sejak adanya corona, nggak ada ada pemikiran jadi percontohan,” imbuhnya.

Lockdown sambil menunggu hasil PCR

Dalam pandangannya, ia menilai kesiapsiagaan relawan Satgas menjadi nilai tambah wilayahnya menjadi desa percontohan. Ia mengaku desanya pernah melakukan pembatasan wilayah (lockdown) pada kasus pertama corona di desanya.
“Kita desa yang satu-satunya pernah pertama kali lockdown satu RT, satu gang, membuat testing satu RT, mungkin seperti itu [penilaiannya],” ujar Bagus.
Pada Juni 2020, setidaknya 100 orang dewasa dan 23 anak-anak ditracing menggunakan tes antibodi karena ada yang reaktif setelah kontak erat dengan pasien corona. Meski begitu, kontak erat itu terjadi dengan warga yang berasal dari luar Desa Karanggeneng.
Tempat isolasi corona di Desa Karanggeneng, Boyolali, Jawa Tengah. Foto: Dok. Pemdes Karanggeneng
“Selang satu bulan, satu RT lockdown, 40-an Kepala Keluarga (KK). Kontak erat saat menjenguk. Sambil menunggu hasil PCR keluar, mau tak mau kita lockdown karena terlalu lama, kita edukasi di sini. Hasil PCR keluar, 3 orang positif,” kenangnya.
ADVERTISEMENT
Selain itu, relawan Satgas juga gencar menggalakkan prokes seperti 3M hingga 5M dan 3T. Petugas juga melakukan penyemprotan disinfektan ke desa-desa. Sebanyak 30 relawan terlibat di desa tersebut, mulai dari edukasi hingga mengawasi warganya.
“Untuk hoaks, saat Juni mulai ada kasus, kalau informasi bukan dari kesatgasan, [warga diminta] tidak usah hiraukan. Grup Jogo Tonggo didiskusikan di situ semua. Bila tidak bisa dipahami, kita akan turun tangan untuk edukasi, seperti itu,” tambah Bagus.

Tracing dan Fasilitas Isolasi

Bagus mengatakan ia meminta tolong bantuan tenaga medis dari Puskesmas untuk mendampingi dan mengunjungi warga yang terkena corona. Jika ada warga bergejala, satgas akan merujuk ke rumah sakit. Jika tidak, warga tersebut akan dipantau selama empat hari. Kemudian diminta isolasi mandiri selama lima hari.
ADVERTISEMENT
“Fasilitas isolasi cuma sederhana, kapasitas lima jiwa. Kita minta bantuan dari kabupaten fasilitas Balai Pertanian di wilayah kami. Luas 200 meter persegi, dibagi dua. Jadi sekretariat dan isolasi. Ada kamar mandi, tempat cuci dan jemur, lapangan luas untuk berjemur,” imbuhnya.
Hanya saja, kata Bagus, isolasi di balai tersebut belum pernah digunakan. Selama ini, warga menjalani isolasi mandiri atau langsung dirujuk ke rumah sakit bagi yang bergejala. Bahkan, saat musim lebaran Idul Fitri pun tempat itu tidak ada penghuninya.
Tempat isolasi corona di Desa Karanggeneng, Boyolali, Jawa Tengah. Foto: Dok. Pemdes Karanggeneng
“Imbauan saat lebaran ada, keluarga yang memiliki anggota di perantauan tidak pulang dulu. Tapi ada satu dua yang pulang. Kita antisipasi karantina minta tolong rapid antigen untuk jadi bukti clear. Kita karantina sendiri, kita pantau kesehatannya,” kenang Bagus.
ADVERTISEMENT
Ia menambahkan, selama pandemi, baru ada 12 pendatang yang mudik ke Karanggeneng lalu pulang. Kebanyakan pendatang tersebut dari Jakarta. Meski begitu ada juga yang dari luar negeri. Tapi semuanya sehat, tidak ada yang terkena corona.
“Saat ini zona oranye merah, karena rapid antigen [positif], 16 jiwa dari 16 KK isoman di satu RT, sambil nunggu PCR. Tapi 30 jiwa negatif. Itu lockdown, tanggal 14 Juni kemarin,” imbuhnya.

Ada relawan satgas yang terkena corona

Seorang relawan Satgas Desa Karanggeneng, Joko Hartanto, mengatakan pernah ada satu petugas yang terkena corona. Meski begitu, petugas tersebut tidak memiliki gejala yang serius.
“Pernah ada satu, tapi gak papa, sembuh. Yang lain masih aman. Kita Satgas selalu cek antigen karena berhadapan dengan pasien. Gantian antigennya,” ujar Joko.
ADVERTISEMENT
Selain itu, relawan juga mendapatkan vitamin dan suplemen lainnya untuk menjalankan tugasnya. Semua operasional dan kebutuhan relawan itu ditanggung satgas melalui dana desa.
Relawan Satgas Corona Desa Karanggeneng, Boyolali, Jateng. Foto: Dok. Pemdes Karanggeneng
Bagi Joko, pengalaman yang paling membekas sebagai relawan adalah saat menangani pasien ODGJ yang berada di wisma Budi Makarti di desanya. Sebab, 36 pasien tersebut terpapar corona. Ia dan relawan lainnya juga kebingungan untuk mengedukasi mereka.
“Tapi bukan warga kita. Kita kerja sama Dinkes dan Puskesmas, kita kirim ke rumah sakit ODGJ Solo,” kenangnya.
Desa Karanggeneng memiliki luas sekitar 319 ribu hektar yang terdiri dari 14 RW dan 62 RT. Desa ini terkenal dengan pusat genteng dan batu bata. Desa ini dihuni oleh 3.554 KK dengan sekitar 11 ribu penduduk.
ADVERTISEMENT
Dalam laman satgaskaranggeneng.com pada Rabu (16/6), total kasus corona di desanya sebanyak 180 orang. Tujuh orang isolasi mandiri, 1 orang dalam perawatan. Dari laman itu, 64 sembuh sementara 8 orang meninggal dunia karena corona.