Kisah di Balik Foto Protes Chile yang Viral

4 November 2019 13:47 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Sebuah foto di negeri nun jauh di sana menjadi viral di Indonesia dalam sepekan terakhir. Foto tersebut dramatis sekaligus sangat indah, menggambarkan kengerian kerusuhan namun juga semangat revolusi yang menggelora. Foto itu diambil di Chile, tepatnya pada 26 Oktober lalu ketika jutaan orang turun ke jalanan Kota Santiago.
ADVERTISEMENT
Protes disulut oleh kenaikan harga tiket kereta bawah tanah. Kenaikannya tidak banyak, namun cukup membangkitkan memori akan kesenjangan sosial di Chile.
Langit dalam foto itu memerah karena latar bangunan terbakar di belakangnya. Asap mengepul ke langit, membuat situasi semakin dramatis. Sementara titik utama foto adalah ratusan orang yang memanjat sebuah monumen, seorang dari mereka ada di puncak, mengibarkan bendera Mapuche, bendera masyarakat pribumi Chile dan Argentina.
Fotografer senior kumparan, Aditia Noviansyah, mengatakan dari sisi fotografi karya tersebut menunjukkan situasi yang sangat mencekam. Dari komposisinya, orang-orang dalam foto tersebut seperti membentuk piramid, "berlomba-lomba menuju takhta tertinggi".
"Dengan warna merah disertai asap hitam yang menyelimuti langit, menambah kesan semakin mencekam. Dalam foto itu saya melihat, warganya menunjukkan perlawanan yang sangat serius," kata Aditia.
ADVERTISEMENT
Orang di balik foto tersebut adalah Susana Hidalgo, aktris kenamaan Chile berusia 33 tahun. Dia mengabadikan gambar tersebut dengan kamera ponselnya ketika turut dalam aksi protes. Dalam wawancara dengan BBC News Brasil, dia mengatakan gambar itu diambilnya di monumen Jenderal Baquedano, seorang pahlawan Chile.
Ketika itu, kata Hidalgo, patung tersebut menjadi magnet jutaan demonstran. Baling-baling helikopter menderu di udara, sementara merah api belum juga padam, massa memanjat patung tersebut.
Seorang demonstran mencapai puncak patung, lalu mengangkat tangannya ke udara sembari mengibarkan bendera Mapuche. Hidalgo buru-buru mengeluarkan ponselnya dan memotret beberapa foto.
"Pria itu mengangkat tangannya ke udara, dan seperti itu selama beberapa detik. Dia mengambil napas, seakan dia sedang melihat cakrawala, dan bendera Mapuche yang berkibar di langit sore Santiago seakan membaur alami dengan asap di dekatnya," kata Hidalgo.
Demonstran memanjat sebuah patung saat protes terhadap pemerintah Chile di Santiago, Chile, Jumat (1/11/2019) Foto: REUTERS/Jorge Silva
Hidalgo mengatakan gambar itu diambil ketika jutaan orang berkumpul di jalanan, menyuarakan aspirasi yang sama. Walau asing satu sama lain, tapi dalam kesempatan itu mereka seakan telah mengenal lama.
ADVERTISEMENT
"Kami seperti partikel yang memenuhi ruang, seperti sel darah merah yang mengalir melalui urat nadi hingga mencapai jantung," kata Hidalgo.
"Bendera, sorak-sorai, suara drum, gitar, dan pot, seperti irama jantung, disatukan oleh detak yang satu, dan membuat kami bergetar untuk tujuan yang sama," lanjut dia.
Demonstran saat bentrok dengan polisi di Chile, Senin (21/10/2019). Foto: AFP/CLAUDIO REYES
"Kami bertahan di sana selama beberapa jam, tapi kami tidak kelelahan. Poster-poster dengan pesan perjuangan dan perlawanan menarik perhatian kami, walau ada bom gas air mata."
Foto Hidalgo ramai dibagikan di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Salah satu akun yang banyak di-share karena mengunggah foto tersebut adalah milik band Rage Against the Machine (RATM) di Instagram untuk mengumumkan jadwal manggung kembali mereka.
Foto itu telah disukai oleh lebih dari 200 ribu orang di akun RATM. Padahal foto yang sama di akun Hidalgo hanya di-like sekitar 80 ribu orang.
ADVERTISEMENT
"Gambar itu milik semua orang dan berbicara dengan sendirinya. Gambar itu sangat indah...Semua orang bisa punya interpretasi sendiri. Tapi saya ingin katakan bahwa tujuan gambar itu bukan untuk memicu kebencian atau perpecahan. Saya melihat re-revolusi dan memimpikan negara yang bebas dan bersatu," kata Hidalgo.
Aksi protes di Chile dipicu oleh kenaikan tiket kereta bawah tanah sebesar 4 persen pada 1 Oktober lalu. Sehari setelahnya, mahasiswa dan pelajar menentangnya dengan melompati pintu tiket dan naik kereta dengan gratis.
Aksi tersebut berujung protes yang berakhir bentrok dengan aparat. Pada pertengahan Oktober, seluruh jalur kereta ditutup dan Presiden Sebastián Piñera mengumumkan jam malam selama 15 hari.
Demonstran memanjat sebuah patung saat protes terhadap pemerintah Chile di Santiago, Chile, Jumat (1/11/2019) Foto: Martin BERNETTI/AFP
Namun langkah itu tidak menghentikan aksi massa. Ketidakpuasan atas harga tiket kereta meluas pada protes perekonomian yang buruk. Setelah aksi 26 Oktober silam, Pinera melakukan reformasi dan mengganti beberapa menteri.
ADVERTISEMENT
Dalam wawancara dengan BBC, Hidalgo menyampaikan tuntutan masyarakat:
"Prioritas kami adalah pendidikan yang setara dan gratis, tunjangan dan jaminan kesehatan pensiun yang layak, konstitusi baru, lahirnya demokrasi, nasionalisasi sumber daya alam, pengakuan rakyat pribumi dan kebudayaan mereka, kesetaraan gender, diakhirinya impunitas bagi pelanggar HAM."