Proses produksi vaksin corona di Bio Farma

Kisah Fadli Barjadi, Driver Ojol yang Menjadi Relawan Uji Klinis Vaksin Corona

15 Agustus 2020 6:15 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Melihat proses produksi vaksin corona di Gedung 43 Bio Farma Bandung, Jawa Barat. Foto: Rachmadi Rasyad/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Melihat proses produksi vaksin corona di Gedung 43 Bio Farma Bandung, Jawa Barat. Foto: Rachmadi Rasyad/kumparan
ADVERTISEMENT
Uji klinis vaksin corona Sinovac telah resmi dimulai. Ada sebanyak 1.620 relawan yang telah mendaftar, dan uji klinis terhadap relawan dilakukan secara bertahap.
ADVERTISEMENT
kumparan pun berbincang dengan salah seorang relawan, Fadli Barjadi. Fadli yang berprofesi sebagai driver ojol merupakan salah satu relawan yang disuntik vaksin pada uji coba tahap pertama pada Selasa (11/8).
Fadli memiliki tujuan mulia, yaitu ingin berkontribusi terhadap usaha pemerintah dalam menghentikan penyebaran virus ini. Bahkan, dia ikhlas jika nyawa menjadi bayaran apabila vaksin ini gagal.
"Itu sih pasti ada dalam hati saya, tetap, suatu saat saya bakal meninggal, cepat atau lambat. Kalau jalan saya seperti itu setidaknya saya pernah berusaha buat keluarga dan masyarakat," kata Fadli.
Relawan vaksin Corona di Bandung. Foto: Tangkapan layar kumparan
Fadli juga menceritakan pengalamannya usai disuntik vaksin. Dia mengungkapkan sempat merasa pusing, tapi tidak begitu parah. Bahkan ia masih sanggup melanjutkan pekerjaannya sebagai driver ojek online.
ADVERTISEMENT
"Bahkan setelah disuntik saya kerja biasa cari orderan. Saya memang merasakan pusing dan enggak enak badan, tapi enggak sampai sempoyongan, enggak terlalu mengganggu pekerjaan saya," ujarnya.
Suhu tubuh Fadli juga terhitung normal. Meski ada kenaikan, namun tidak sampai demam.
"Itu waktu pas 30 menit setelah divaksin saya 36,2 derajat, terus 36,4 derajat, tanggal 12 di 36,6 derajat ya rata-rata 36 derajat," kata Fadli.
Selain itu, Fadli justru mengalami beberapa hal baik dalam tubuhnya usai disuntik vaksin corona. Ia yang biasanya susah tidur, menjadi cepat tidur.
Botol kecil yang nantinya bakal digunakan untuk wadah vaksin corona. Foto: Rachmadi Rasyad/kumparan
Fadli juga mengaku memperoleh uang sebesar Rp 1 juta, meski tak dijanjikan adanya insentif saat proses pengujian dilakukan. Uang tersebut, kata dia, diberikan bagi tiap relawan saat mereka hadiri proses penyuntikan vaksin corona yang dilakukan secara berkala.
ADVERTISEMENT
"Jumlahnya itu sekitar Rp 1 juta, jadi dibagi per pertemuan Rp 200 ribu, itu ditulisnya pengganti uang transport aja dan penggantian waktu," ujarnya.
Fadli menyebut keinginan dia untuk menjadi salah seorang relawan bukan didasarkan akan adanya insentif dalam bentuk uang. Menurut dia, keinginannya untuk menjadi relawan murni didasarkan agar dia dan keluarganya dapat terbebas dari ancaman virus corona.
"Alasan saya sih pertama itu buat kesehatan saya sendiri karena saya bekerja sebagai driver ojol mungkin buat terpapar virus kemungkinannya bisa lebih besar, mungkin saya takut ke istri apalagi anak saya 3 masih kecil, kasianlah kalau terpapar," jelas Fadli.
Selain insentif uang, Bio Farma juga memberikan jaminan asuransi kesehatan bagi dirinya. Asuransi itu, kata Fadli, nantinya akan berlaku selama enam bulan setelah ia selesai menjalani masa uji coba vaksin.
Melihat proses produksi vaksin corona di Gedung 43 Bio Farma Bandung, Jawa Barat. Foto: Rachmadi Rasyad/kumparan
Istri Fadli, Mira yang juga ikut mendaftarkan diri sebagai relawan bahkan mengakui bahwa pada awalnya tak disebutkan soal adanya pemberian insentif dalam jumlah tertentu kepada para relawan.
ADVERTISEMENT
Ia mengaku keikutsertaannya sebagai relawan murni berasal dari keinginannya untuk membantu pemerintah dalam mengujicoba vaksin corona.
"Awalnya kita cuma mau relawan aja, kalau insentif itu akhirnya, kalau ada ya hamdallah itu rejeki juga buat kita," kata Mira.
Fadli juga mengungkapkan ada sejumlah pantangan yang disampaikan peneliti. Salah satunya dilarang mengkonsumsi obat yang berpotensi menurunkan imunitas tubuh.
"Ada, sih (pantangan), kalau minum obat itu harus konsultasi dulu ke dokter, jadi ada larangan obat-obat yang tidak boleh dikonsumsi. Obat yang disebut menurunkan imun, itu tidak boleh dikonsumsi dulu," ujar Fadli.
Selain dilarang konsumsi obat penurun imun, Fadli juga diminta untuk menghindari atau setidaknya mencatat zona merah yang ia lewati. Adapun untuk makanan, tak ada pantangan yang wajib diikuti.
ADVERTISEMENT
"Ada, sih, mungkin, ya, dihindari zona merah di Bandung," tutur Fadli.
"Makanan bebas, lebih ke obat saja, sih, sama tempat, misalnya saya harus ke zona merah, itu harus dicatat lagi di buku, jadi harus ada konfirmasi. Kalau makanan enggak ada larangan," ungkap Fadli.
Fadli mengatakan, uji vaksin tidak mengerikan seperti dibayangkan. Sudah 3 hari sejak ia disuntik vaksin, tak ada efek yang berbahaya bagi tubuhnya.
"Dari saya pribadi, alhamdulilah jalan 3 hari tidak ada efek negatif, tidak perlu takut, takutnya sama coronanya, jangan takut vaksinnya. Insyaallah ke depannya kalo berhasil kalau ada dari pemerintah disuruh suntik vaksin ya silakan," kata Fadli.
Relawan vaksin Corona di Bandung. Foto: Tangkapan layar kumparan
Tapi, Fadli juga memberikan kritikan kepada pemerintah. Menurutnya, bayangan vaksin yang seram ada pada kekurangan pemerintah dalam hal sosialisasi. Sehingga, masyarakat lain mendapat bayangan jelas.
ADVERTISEMENT
"Yang disampaikan mungkin lebih ke pemerintah, lebih disosialisasikan vaksin ini seperti, ini sudah diuji coba ke dokter dan peneliti, bahkan di karyawan," kata Fadli.
Dia bahkan sempat mengalami hal yang tidak mengenakkan. Ada tangkapan layar berupa wajahnya yang disebarkan ke grup Facebook, yang berisi para driver ojek online yang notabene se-profesi dengan Fadli. Fadli pun mendapat beragam pertanyaan, bahwa ia tengah terjangkit COVID-19.
"Saya kaget kok ada saya di situ, mereka itu tahunya saya kena COVID-19 padahal saya membantu pemerintah dalam hal vaksin ini. Jadi jangan terlalu ketakutan, tapi saya berpikir kalau saya berjuang buat anak keluarga insyaallah ada jalannya," tutup Fadli.
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten