news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Kisah Ibu Eks Satpam KKP dan Kemenkumham Rawat Anaknya yang Kelainan Usus

17 Desember 2020 11:43 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Rachmawati (29) mantan satpam di KKP dan Kemenkumham  rawat anaknya yang alami gastroschisis. Foto: Dok. Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Rachmawati (29) mantan satpam di KKP dan Kemenkumham rawat anaknya yang alami gastroschisis. Foto: Dok. Pribadi
ADVERTISEMENT
Seorang ibu sekaligus mantan security (satpam) di Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Rachmawati (29), merawat anaknya yang mengalami kelainan usus sejak lahir seorang diri. Ia hanya mengandalkan BPJS untuk berobat. Sementara itu, untuk mencukupi kebutuhan sehari-harinya, ia kerap ditopang oleh dermawan yang ia kenal.
ADVERTISEMENT
Briyan Agus Sukmana terlahir lahir pada 17 Agustus 2019 dengan kondisi yang berbeda. Tiga hari setelah kelahiran itu, ia langsung dioperasi. Sebab, jabang bayi itu mengalami kelainan di bagian perut yang menyebabkan ususnya keluar. Dalam istilah medis kelainan ini disebut dengan gastroschisis.
"Dia lahir ususnya di luar, umur tiga hari dioperasi pakai samping kiri dan kanan perut, pakai kulit saja [dioperasinya], tahun depan [operasi usus] dimasukin ke dalam," ujar Rachmawati kepada kumparan, Kamis (17/12).
Selain kelainan di bagian perut, lanjut Rachma, Briyan juga mengalami kelainan fisik di bagian kaki dan tangan. Hal ini mengakibatkan gerak fisiknya terbatas.
"Untuk pengobatan terapi di RSCM, alternatif juga. Selama ada corona, belum balik lagi, terakhir gips kaki dan tangan bulan Maret, kaki dan tangan bengkok," ujarnya.
Anak dari Rachmawati (29) mantan satpam di KKP dan Kemenkumham yang mengalami gastroschisis. Foto: Dok. Pribadi
Rachma memutuskan berhenti dari pekerjaannya sejak mengandung Briyan. Sebelumnya, ia bekerja sebagai satpam di KKP pada 2011-2016. Setelah itu, ia pindah di posisi yang sama di Kemenkumham. Hanya saja, ia bertahan kurang lebih selama satu tahun.
ADVERTISEMENT
Kini, ia harus merawat bayinya seorang diri. Sebab, ia telah berpisah dengan suaminya sejak sembilan bulan yang lalu.
"Berpisah [dengan suami] hampir 10 bulan. Selama sembilan bulan menghidupi sendiri," tambahnya.
Selama ini, ia terbantu dengan sejumlah orang yang memberikan kebutuhan untuk mencukupi kesehariannya. Meski begitu, hal itu juga tak menentu.
"Ada teman-teman dari KKP bantu juga, kayak dari orang Kemenkumham kasih susu, tapi memang enggak setiap hari," pungkasnya.