Kisah Lukman, Ketua RW 06 di Cipatat Bogor Evakuasi Warga dari Longsor

24 Januari 2020 2:26 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Perjalanan menuju titik pengungsian korban Longsor dan Banjir Kabupaten Bogor. Foto: Andreas Ricky Febrian/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Perjalanan menuju titik pengungsian korban Longsor dan Banjir Kabupaten Bogor. Foto: Andreas Ricky Febrian/kumparan
ADVERTISEMENT
Lukman Warga Cipatat Kabupaten Bogor, Jawa Barat, baru saja menikmati pagi pertamanya di tahun 2020. Pada saat itu, mendengar suara keras dari arah bukit.
ADVERTISEMENT
Ia kira, pohon kelapa jatuh atau di imajinasi nya yang paling parah, sebuah pesawat telah jatuh di dekat desanya. Buru-buru ia menengok keluar, alangkah terkejutnya ia ketika yang ditemui adalah gerak pasti material yang bergemuruh turun ke arah kampungnya.
Bakti sosial Halodoc, Kumparan, Watsons, Mensa Group kepada pengungsi longsor Kabupaten Bogor di Cipatat dan Ciputih. Foto: Andreas Ricky Febrian/kumparan
Jaraknya masih jauh dari pemukiman warganya. Lukman yang merupakan ketua RW setempat pun berlari kemudian menggedor rumah tetangganya, ia berteriak sepanjang jalan.
"Bapak, Ibu, ayo kita waspada longsor bakal turun. Saya bilang gitu ke warga, eh tapi namanya warga beberapa justru balik berkata, Pak RW jangan nakut-nakutin," kata Lukman ketika ditemui di pengungsian korban Longsor desa Kiarapandak, Citatat, Kabupaten Bogor, Kamis (23/1).
Tak lama, material benar turun menghajar perkampungan tersebut. Beberapa rumah warga jebol kena terjangan material. Lebih parah, Nangkabeurit terkepung banjir.
ADVERTISEMENT
Lukman tak habis akal, ia melompati sungai. Ia mengambil dua bilah bambu dan membuat titian sederhana agar warganya bisa menyeberang.
Anggota tim SAR gabungan beristirahat disela-sela melakukan pencarian korban tanah longsor di Kampung Sinar Harapan, Desa Harkat Jaya, Bogor (11/1). Foto: ANTARA FOTO/Galih Pradipta
"Saya buat jembatan seadanya, asal warga bisa lewat aja, tapi jembatan titian saya kalah sama arus longsor. Ada 12 kali saya buat titian itu, hanyut terus," cerita Lukman.
Kebingungan, Lukman lari ke kampung yang letaknya lebih rendah. Ia cari pertolongan seadanya. Semakin bingung ia karena terdengar jeritan dari warganya.
"Akhirnya saya minta tolong ke bawah, bikin jembatan, supaya saya bisa kembali menemukan warga saya," kata Lukman.
Semua warga tersisa, ia kumpulkan di tengah kampung. Dengan peralatan seadanya, ia mencari jalan pintas. Satu jalan yang tak kena arus longsor, yakni menembus tempat pembuangan sampah, perkebunan dan kuburan.
ADVERTISEMENT
"Seadanya saja saya bawa warga, saya dan beberapa warga jalan di depan, pohon-pohon kami tebang seadanya agar warga bisa lewat," kata Lukman.
Perjalanan menuju titik pengungsian korban Longsor dan Banjir Kabupaten Bogor. Foto: Andreas Ricky Febrian/kumparan
Evakuasi dadakan itu memakan korban. Saat melewati tempat pembuangan sampah, salah satu warga menginjak pecahan botol. Kakinya luka parah. Belakangan ia dapat kabar bahwa kaki sang warga diamputasi.
"Dia diamputasi, sekarang masih di Rumah Sakit Leuwiliang. Saya sampai sekarang belum sempat nengok," kata Lukman.
Warga ini kata Lukman saat berdarah dibawa ke arah jalan besar. Beruntung ia bertemu dengan prajurit TNI yang bersedia mengevakuasi ke Rumah Sakit.
Tugas Lukman tak berhenti usai ia berhasil menyelamatkan warga nya tanpa terkecuali ke Balai Warga di pusat Desa. Ia teringat, masih banyak warga yang ngotot mau kembali ke Nangkabeurit. Alasanya, takut ternak dicuri.
ADVERTISEMENT
"Alhasil, warga ngungsi ke Balai Desa, saya di tanah lapang. Bikin tenda seadanya. Saya setiap malam bersama ipar selalu menyempatkan diri naik lagi ke kampung mengecek ternak," kata Lukman.
Aksi Lukman patut diapresiasi. Ia bisa melindungi semua warganya. Tak satupun korban jiwa melayang dalam bencana longsor terparah sejak 7 tahun terakhir ini.
Perjalanan menuju titik pengungsian korban Longsor dan Banjir Kabupaten Bogor. Foto: Andreas Ricky Febrian/kumparan
"Alhamdulillah, kalau korban jiwa tidak ada," kata Lukman.
Kini hampir sebulan berselang sejak banjir dan longsor yang menghapus desa Nangkabeurit untuk selamanya. Warga, sejumlah 75 KK mengungsi ke sebuah lapangan di dekat desa.
"Sekarang ternak juga sudah disini, situasi memang berangsur membaik. Warga masih ada yang kembali ke Desa, tapi tetap saya larang. Mereka masih cari apa yang bisa diselamatkan. Ya, namanya warga," kata Lukman.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, warga RT 03 dan 04 RW 06 sampai hari ini masih mengungsi di sebuah tenda pengungsian milik BNPB dan bedeng-bedeng sementara bantuan dari Komunitas Vespa Bogor. MCK pun sudah dibangun, meski dengan saluran sanitasi seadanya.
"Yang kami butuhkan sekarang tempat makan, seragam sekolah dan obat-obat gatal. Sementara kami ya begini, memang makanan masih cukup untuk 2 sampai 3 hari. Tapi bantuan masih datang," tutup Lukman.
Kini Lukman masih ada di posko pengungsian. Tim gabungan dari kumparan, Mensa Group, Watsons, dan Halodoc, pun turun tangan dan mengalirkan sejumlah bantuan ke kantong-kantong pengungsian yang ada.