Kisah 'Mario Bros' di Lampung, Bikin Perpustakaan Keliling untuk Bantu Anak-anak

16 Februari 2021 12:07 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Adi Sarwono, pendiri Perpustakaan Busa.
 Foto: Instagram.com/busapustaka
zoom-in-whitePerbesar
Adi Sarwono, pendiri Perpustakaan Busa. Foto: Instagram.com/busapustaka
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Tiga tahun lebih, Adi Sarwono menggeluti dunia literasi di penjuru Bandar Lampung. Bermodal sepeda motor, ia keliling kampung dengan kostum Mario Bros. Ia percaya, anak Indonesia bukan tidak rajin membaca, hanya saja aksesnya yang terbatas.
ADVERTISEMENT
Berawal dari situlah, ia membuat perpustakaan keliling di sela-sela pekerjaannya sebagai salesman produk sabun. “Namanya Perpustakaan Busa, karena kan saya jualan sabun,” ujar pria berusia 32 tahun itu kepada kumparan, Selasa (16/2).
Memang, ia bukan lulusan sarjana pendidikan. Ditambah, pekerjaannya juga jauh dengan literasi. Akan tetapi, saat ia bertugas menjual produknya keliling kampung, ia melihat minimnya akses baca. Bahkan ada juga anak-anak yang terjerumus ke aktivitas negatif.
“Dari 2017, saya masuk-masuk ke pelosok bermotor ratusan kilometer, keliling kampung sambil kerja bawa buku,” tambahnya.
Aktivitas siswa di Perpustakaan Busa. Foto: Instagram.com/busapustaka
Salah satu lokasi yang ia gunakan untuk menarik perhatian anak-anak adalah Taman Gajah. Selain membawa buku, ia juga berkostum Mario Bros. “Dari kecil memang suka Mario, biar anak-anak pada singgah ke lapak baca,” paparnya.
ADVERTISEMENT
Tiga tahun berjalan, hampir seluruh desa telah dikunjungi Adi. Bahkan ia telah mendirikan sebuah Sekolah Rakyat untuk mendampingi anak-anak saat pandemi. “Ada kelas wirausaha, kelas Bahasa Inggris, dan dengan mengendarai mobil pribadi saya bikin perpustakaan,” ujar Adi.
Selain itu, ia juga memberikan aktivitas tambahan seperti mewarnai dan pengenalan profesi melalui Kelas Inspirasi. Bahkan, ia juga memberikan kuota internet bagi siswa binaannya.
Di masa pandemi ini, ia juga memastikan kesehatan anak-anak. Ia hanya berkunjung ke lokasi sepekan sekali. Untuk hari-hari biasa, bimbingan belajar dilakukan secara daring.
“Buku disterilkan, baru dibaca-baca anak lain, karena pandemi,” tegasnya.
Adi mengaku, selama ini, biaya dari kegiatan itu dari donatur. Hanya saja, karena program gratis ongkos kirim per tanggal 17 sudah dihapus, jumlah donatur buku semakin turun.
ADVERTISEMENT
“Donatur di luar kota kesulitan mengirimkan ke Bandar Lampung, biaya ongkir lumayan, Rp 500 ribuan dari satu dos, akhirnya mau nyumbang gak jadi,” pungkasnya.
Dia berharap pandemi ini segera berakhir agar kegiatan Perputakaan Busa dan Sekolah Rakyat bisa kembali normal.