Kisah Pejabat Badan Geospasial Hemat Air Saat Tinjau Daerah Perbatasan

16 November 2019 16:39 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Jalur perbatasan Kalimantan Barat-Malaysia Foto: Novan Nurul Alam/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Jalur perbatasan Kalimantan Barat-Malaysia Foto: Novan Nurul Alam/kumparan
ADVERTISEMENT
Bukan rahasia lagi kalau wilayah perbatasan antara Malaysia dan Indonesia menjadi salah satu wilayah dengan tingkat kesejahteraan yang rendah. Bagaimana tidak, wilayah perbatasan sering kali kekurangan logistik dan kebutuhan dasar.
ADVERTISEMENT
Kepala Pusat Pemetaan Batas Wilayah Badan Informasi Geospasial Ade Komara Mulyana menceritakan pengalamannya saat tengah mengkaji wilayah perbatasan Indonesia-Malaysia.
Ade mengaku pernah berada di pegunungan selama 4 hari saat melakukan pemetaan wilayah. Ia tidak menyebut spesifik wilayah dimaksud.
Menurut Ade, wilayah yang ia datangi itu termasuk kesulitan air. Bahkan ia dan timnya harus membeli air dari warga setempat.
"Seminggu berdarah ya, karena itu harus kami tempuh dengan hanya apa adanya. Saya sendiri mungkin pernah juga, naik gunung itu 4 hari, kemudian di sana tidak ada air, sehingga disuplai dari bawah," kata Ade dalam diskusi Polemik SindoTrijaya dengan tema "Apa Kabar Sengketa Perbatasan Indonesia-Malaysia" di Hotel Ibis, Jakarta, Sabtu (16/11).
Diskusi Polemik di Hotel Ibis, Jakarta, Sabtu (16/11). Foto: Efira Tamara/kumparan
Ia pun harus menghemat air yang dibelinya tersebut karena keterbatasan. Air tersebut digunakan untuk segala kebutuhan pokok demi kelangsungan hidup Ade dan timnya selama di sana.
ADVERTISEMENT
"Jadi bayar, kita bayar masyarakat untuk suplai air setiap hari, harus kita gunakan untuk kebutuhan pokok kita selama 1 hari," ceritanya.
Demi menghemat air tersebut, Ade mengatakan, bahkan dirinya sampai harus mengatur waktu salat agar bisa berhemat air untuk berwudu. Hal ini tak lain untuk menjaga ketersediaan air.
"Bahkan mohon maaf, saya mau cerita pengalaman unik saya itu, di sana salat pada waktu itu kan kita ambil jamak qasar itu pasti, tapi saya akalin karena keterbatasan air," kata dia.
Ilustrasi jalur perbatasan Kalimantan Barat-Malaysia Foto: Novan Nurul Alam/kumparan
"Saya salat zuhur dan ashar itu saya jamak takhir, digabungkan di waktu asar menjelang maghrib. Biar wudunya sekali," kata dia.
"Jadi setelah zuhur-ashar, tunggu sebentar langsung masuk magrib kan, langsung masuk isya. Jadi pas salat 1 kali wudu. Saking ingin berhematnya air tawar, air bersih. Jadi suka duka seperti itu," lanjutnya.
ADVERTISEMENT
Hal lainnya juga terjadi. Saat tidur, dia mengaku kerap kali terbangun karena mendengar adanya suara aneh. Suara tersebut ternyata berasal dari binatang liar yang kadang kali muncul di tempat mereka.
"Temen-teman sedikit cerita, tidur tiba-tiba kebangun, (dikira) ada makhluk halus ya. Ternyata pas dilihat binatang, misalnya ular," ujar dia.