Kisah Pohon Menangis di Jember yang Hebohkan Warga

22 Januari 2020 6:03 WIB
comment
6
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Warga mendengarkan pohon yang diduga mengeluarkan suara menangis di Jember. Foto: kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Warga mendengarkan pohon yang diduga mengeluarkan suara menangis di Jember. Foto: kumparan
ADVERTISEMENT
Warga Jember, Jawa Timur, dihebohkan dengan adanya pohon menangis di Kecamatan Puger.
ADVERTISEMENT
Pohon itu tumbuh setinggi 20 meter dan garis tengah 50 centimeter di halaman belakang rumah Wardi (83), warga Dusun Krajan, Desa Mojosari.
Jika dilihat, pohon berjenis akasia itu tak ada bedanya dengan pohon pada umumnya. Namun berdasarkan kesaksian keluarga Wardi, pohon itu bisa mengeluarkan suara seperti tangisan seorang remaja.
"Pohonnya berusia lima tahun dan baru ‘menangis’ sekitar seminggu lalu,” kata Mawardi (40), cucu menantu Wardi, Jumat (17/1).
Menurut Mawardi, suara seperti tangisan itu pertama kali didengar oleh keponakannya yang masih berusia tiga tahun, Aldi Fari. Keponakannya itu pertama kali mendengarnya saat bermain di dekat pohon itu.
Karena takut, Aldi pun berlari ke ibunya, Homsinah. Awalnya Homsinah tak percaya dengan cerita anaknya itu. Namu, saat mengecek ke pohon itu, memang terdengar suara seperti tangisan.
Warga mendengarkan pohon yang diduga mengeluarkan suara menangis di Jember. Foto: kumparan
Mawardi sempat membuktikan adanya suara seperti tangisan di pohon itu. Saat ia mendekatkan telinga dengan jarak lima centimeter dari batang pohon, terdengar suara seperti tangisan.
ADVERTISEMENT
Namun, ia tak tahu secara pasti penyebab pohon itu bisa mengeluarkan suara tangisan. "Saya sendiri percaya tidak percaya,” katanya.
Cerita pohon menangis ini pun akhirnya menyebar ke tetangga dan lambat laun menyebar ke masyarakat luas. Banyak masyarakat yang berbondong-bondong membuktikan cerita itu.
Polisi pun akhirnya turun tangan menyelidiki cerita pohon menangis itu. Sebab, dikhawatirkan cerita ini mengandung kasus penipuan. Namun menurut Mawardi, setelah dicek polisi, suara tangisan itu terjadi secara alami.
“Polisi sudah mengecek, takut ada faktor penipuan. Ternyata tidak ada. Itu alami,” katanya.
Diduga suara tangisan itu berasal dari gesekan dedaunan antar pohon akasia dan pelepah kelapa saat angin berembus. Pasalnya, saat angin tak berembus, suara tangisan itu tak terdengar.
ADVERTISEMENT

Bukan Pohon Keramat

Warga mendengarkan pohon yang diduga mengeluarkan suara menangis di Jember. Foto: kumparan
Mawardi menegaskan pohon itu tak keramat dan suara tangisan itu bukan berasal dari makhluk halus. Kondisinya pun seperti pohon pada umumnya.
Meski banyak warga yang berdatangan, Mawardi tak berniat memanfaatkannya untuk mencari uang.
“Saya beri arahan (ke warga yang datang) kalau itu suara kayu bergesekan,” katanya.
Untuk membuktikan, suara tangisan pada pohon itu tak berasal dari makhluk halus, Mawardi sempat membacakan surat-surat Al-Quran dan ayat kursi, Sabtu (18/1) malam. Karena tak terjadi apa-apa, Mawardi meyakini pohon itu tak keramat.
“Masak makhluk halus? Kok berdiam di sini lama benar? Meski saya bacakan ayat-ayat Al-Quran kok tidak pindah. Saya sempat bacakan ayat kursi sesudah salat Isya. Tidak ada angin. Ada suara tangisan. Lalu saya bacakan ayat kursi, kok tetap. Katanya kalau setan atau jin dibacakan ayat kursi pergi. Berarti bukan, kata Mawardi.
ADVERTISEMENT

Penjelasan Ilmiah

Warga mendengarkan pohon yang diduga mengeluarkan suara menangis di Jember. Foto: kumparan
Fenomena pohon menangis ini ternyata bisa dijelaskan secara ilmiah. Dosen biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Jember, Wachyu Subhan, menjelaskan terkait penyebab suara tangisan di pohon itu.
“Dalam riset biologi, itu sesuatu yang wajar,” kata Wachyu, Sabtu (18/1).
Menurutnya, suara tangisan itu muncul karena adanya kondisi stres lingkungan saat peralihan musim kemarau ke penghujan.
“Maksudnya begini, sekarang dari musim kering ke hujan. Memungkinkan terjadinya absorbsi nutrient dari tanah masuk ke tanaman,” kata Wachyu.
Wachyu menjelaskan, suara tangisan itu muncul karena pohon terlalu banyak menyerap makanan. Seperti, pohon yang mengeluarkan tetesan air saat kelebihan menyerap air.
“Ketika tumbuhan mengabsorb makanan yang banyak, terjadi kelebihan dan muncul tekanan dari dalam ke luar. Bentuk kompensasi pengeluaran ada beberapa macam. Kalau keluarnya dalam bentuk air melalui stomata, itu akan muncul namanya gutasi. Jadi air menetes. Kalau kita di bawah pohon, kesannya hujan padahal tidak hujan,” kata Wachyu.
ADVERTISEMENT
Begitu pula dengan suara seperti tangisan yang keluar dari pohon milik keluarga Mawardi itu, karena mengeluarkan bahan-bahan sekresi lewat sebuah lubang.
“Karena ada tekanan dari dalam ke luar, yang keluar adalah bahan-bahan sekresi. Bahan-bahan sekresi ini bisa keluar lewat lentisel atau lubang yang ada di batang. Di situ karena tekanan besar akan muncul suara terhimpit yang kesannya seperti tangisan,” kata Wachyu.

Pohon Akan Ditebang

Warga mendengarkan pohon yang diduga mengeluarkan suara menangis di Jember. Dok: JatimNow.
Agar tak memicu keresahan di masyarakat kepolisian berencana menebang pohon itu.
“Kami berkoordinasi dengan pemilik pohon akasia supaya pohon tersebut dipotong agar tidak dimanfaatkan oleh pihak ketiga untuk kepentingan pribadi,” kata Kapolsek Puger, AKP Ribut Budiyono,.
Ia khawatir pohon menangis ini akan dimanfaatkan pihak lain untuk kegiatan berbau mistis. Polisi juga mewaspadai munculnya kasus pencurian kendaraan bermotor, karena banyaknya warga yang datang dan memarkir kendaraan di dekat lokasi pohon.
ADVERTISEMENT
Polisi saat ini telah berkoordinasi dengan pemerintah desa setempat dan musyawarah pimpinan kecamatan agar memberikan sosialisasi, bahwa tak ada yang istimewa dari pohon itu.
“Kami memberikan pemahaman di media sosial terkait fenomena pohon menangis, supaya masyarakat berpikir secara logis,” kata Ribut.
Kepala Desa Mojosari, Suparti, mendukung upaya kepolisian untuk mengatasi kasus ini. Suparti mengatakan, warganya juga setuju pohon akasia itu ditebang.
"Tapi, maunya warga, yang menebang polisi sendiri," ungkapnya.