Kisah Rayya Kehilangan Ibu karena Corona: Virus Tak Hanya Ada di Kota-Kota Besar

15 September 2020 14:16 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi corona. Foto: Indra Fauzi/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi corona. Foto: Indra Fauzi/kumparan
ADVERTISEMENT
Penularan virus corona dari klaster keluarga dan perkantoran semakin bertambah. Tidak hanya terjadi di kota besar, virus dapat menjangkit siapa dan di mana saja.
ADVERTISEMENT
Awalnya Anggita Zoraya atau Rayya (34), karyawan swasta yang merantau di Jakarta Selatan, mengaku merasa jauh dari virus corona. Hingga akhirnya virus tersebut menginfeksi orang-orang terdekatnya, yaitu rekan kerja, kakak dan ibu kandungnya sendiri.
"Awalnya ngerasa ah enggak mungkin kena COVID-19. Lingkungan gue juga enggak mungkin kena. Itu hanya terjadi di kota-kota besar aja," tulisnya lewat akun Twitter pribadi @ezrayyaaaa, (13/9).
Rayya menuturkan, rekan kantornya terinfeksi virus corona setelah melakukan perjalanan dinas dari Kalimantan pada pertengahan Agustus.
Sedangkan sang ibu, dengan kondisi fisik yang sudah sulit berjalan dan selalu berada di rumah, baru menyadari terinfeksi sejak akhir Agustus.
Keluarga Rayya tinggal di kota Binjai, Sumatera Utara. Kakak yang tinggal serumah dengan sang ibu bekerja di Langsa, Aceh dan pulang pergi setiap akhir pekan menggunakan travel.
ADVERTISEMENT
"Sekeluarga ngga ada yang ngeuh karena yaitu, ngerasa ngga dekat sama COVID-19," imbuhnya.
Sang Ibu awalnya merasakan gejala demam, radang tenggorokan dan kehilangan nafsu makan. Kondisi semakin memburuk, sehingga harus dilarikan ke RS dan mendapat perawatan di ruang ICU.
Pada 6 September, Ibu Rayya mengalami kesulitan bernapas dan harus dipasang alat ventilator. Kakak yang sebelumnya menemani sang Ibu selama sakit di rumah, juga dinyatakan positif setelah merasakan gejala serupa.
"Kakak akhirnya juga positif dan dirawat di RS yang sama, diketahui positif tanggal 8 September. Di swab tanggal 7. Kakak merasakan demam, dan radang tenggorokan 2 hari setelah menemani mama," ujarnya.
Di hari yang sama saat sang kakak dinyatakan terinfeksi, kondisi ibu semakin menurun. Dokter meminta persetujuan untuk melepas alat ventilator karena sudah tidak dapat membantunya. Hingga takdir menggariskan sang ibu tutup usia di hari tersebut pukul 18.40 WIB.
ADVERTISEMENT
Menurut Rayya, proses setelah sang ibu meninggal hingga dimakamkan terasa singkat, hanya disaksikan oleh sang kakak dengan kondisi lemas dengan membawa infus.
Dari Jakarta, Rayya hanya dapat melihat proses sebelum sang ibu dibawa dengan ambulans ke tempat peristirahatan terakhirnya lewat panggilan video.
"Sekarang kondisi psikis kakak masih terguncang, karena dia satu-satunya yang bisa mendampingi mama di ruang isolasi COVID-19 di RS Siloam Medan. Sedangkan untuk kondisi jasmaninya sudah membaik," tambahnya.
Rayya berharap, kisahnya dapat menggugah kesadaran masyarakat terkait bahaya penularan virus corona ini.
Dia pun semakin ketat menjalankan protokol kesehatan, setiap dua minggu menjalani rapid tes yang diberikan oleh kantor dan dua kali swab dengan hasil negatif.
ADVERTISEMENT
"Karena saya masih punya papa, kakak dan keluarga lainnya, saya harus bertahan memberikan mereka semangat. Saya harus kuat untuk menguatkan yang lainnya," pungkas Rayya.
===
Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona.