Kisah Warga Italia yang Meninggal di Rumah karena Virus Corona

5 April 2020 16:59 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Virus Corona. Foto: kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Virus Corona. Foto: kumparan
ADVERTISEMENT
Seorang pria paruh baya yang tinggal di Kota Bergamo, Italia, bernama Alessandro Bertuletti (78) meninggal pada 19 Maret lalu sekitar pukul 01.10 waktu setempat di dalam rumahnya akibat terpapar virus corona. Mirisnya, Bertuletti meninggal sebelum mendapatkan perawatan medis dari dokter.
ADVERTISEMENT
Anaknya yang bernama Silvia Bertuletti menceritakan bagaimana ayahnya meninggal tanpa mendapat penanganan dokter. Dia bercerita ketika ayahnya memperlihatkan gejala corona seperti sesak napas, dirinya langsung menghubungi dokter di rumah sakit terdekat.
Namun, hingga 11 kali melakukan panggilan darurat, tidak ada dokter yang merespons panggilan itu. Silvia mengatakan ambulans baru datang ke rumahnya sekitar 10 menit setelah Bertuletti meninggal dunia.
"Ayah saya dibiarkan mati sendirian di rumah, tanpa adanya bantuan," kata Silvia Bertuletti (48) dikutip dari Reuters, Minggu (5/4). “Kami ditinggalkan diabaikan begitu saja. Tidak ada yang layak mendapatkan seperti ini," tambahnya.
Petugas menyiapkan peti mati untuk orang meninggal karena penyakit coronavirus (COVID-19) di gereja pemakaman Serravalle Scrivia, Italia. Foto: REUTERS / Flavio Lo Scalzo
Sementara itu, berdasarkan wawancara dengan sejumlah warga, dokter hingga perawat di daerah Lombardy, Italia, tidak dapat dipungkiri, banyak warga yang bernasib seperti Bertuletti. Mereka dibiarkan meninggal tanpa sempat diberikan pertolongan medis oleh dokter.
ADVERTISEMENT
Bukan tanpa alasan, sebab para dokter sudah sangat kewalahan untuk menangani lonjakan pasien corona di Italia. Bahkan, di Bergamo, yang merupakan salah satu daerah dengan penyebaran virus terparah, tercatat sudah 2.060 orang meninggal akibat corona. Jumlah itu diperkirakan akan terus bertambah.
Salah seorang dokter bernama Riccardo Munda mengatakan, selain masalah lonjakan pasien, keterbatasan alat terutama ventilator menjadi penyebab banyak pasien yang tidak tertangani. Selain itu para tenaga medis juga kekurangan alat pelindung diri (APD) sehingga mereka tidak bisa bertatap langsung dengan pasien yang terpapar virus corona.
"Apa yang menyebabkan situasi sulit ini adalah bahwa banyak dokter yang tidak mengunjungi pasien mereka selama berminggu-minggu," kata Munda.
"Dan aku tidak bisa menyalahkan mereka, karena itulah cara mereka untuk menyelamatkan hidup mereka sendiri," tambahnya.
ADVERTISEMENT
Munda tak menampik, jika para pasien mendapat penanganan yang cepat, jumlah kematian di Italia akibat virus corona dapat ditekan. Namun, melihat kenyataan yang ada sekarang, hal itu sulit dilakukan karena keterbatasan alat medis dan jumlah pasien yang terus bertambah.
Salah seorang juru bicara badan kesehatan di Bergamo mengatakan, pihak berwenang di wilayah Lombardy, sudah memberikan saran kepada dokter untuk tetap merawat pasien yang terpapar virus corona melalui sambungan telepon. Itu merupakan salah satu langkah yang bisa dilakukan demi mengurangi potensi penularan dan penghematan APD.
Mereka menyarankan hal tersebut karena sudah 142 dokter di Bergamo terpapar virus corona dari pasiennya. Mereka yang terpapar langsung diisolasi dan diganti dengan dokter dari daerah lain yang masih sehat.
ADVERTISEMENT
Hingga Sabtu (4/4), tercatat jumlah kematian akibat virus corona di Italia mencapai 15.362 atau sepertiga dari jumlah kematian global. Tidak menutup kemungkinan jumlah itu masih akan berkembang karena banyak warga yang sekarat di rumah dan belum mendapat perawatan.
-----
kumparanDerma membuka campaign crowdfunding untuk bantu pencegahan penyebaran corona virus. Yuk, bantu donasi sekarang!