Klaster Tarawih di Banyuwangi Diduga dari Warga Baru Pulang dari Luar Negeri

10 Mei 2021 20:13 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Petugas Kesehatan melakukan tracing klaster tarawih di Dusun Yudomulyo, Desa Ringintelo, Kecamatan Bangorejo, Banyuwangi. Foto: Dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Petugas Kesehatan melakukan tracing klaster tarawih di Dusun Yudomulyo, Desa Ringintelo, Kecamatan Bangorejo, Banyuwangi. Foto: Dok. Istimewa
ADVERTISEMENT
Klaster penularan COVID-19 dari jemaah salat tarawih di Dusun Yudomulyo, Desa Ringintelu, Kecamatan Bangorejo,  Banyuwangi, terus bertambah. Per hari ini, total kasus sudah mencapai 62 orang terpapar COVID-19.
ADVERTISEMENT
Satgas COVID-19 Banyuwangi lantas melakukan penelusuran awal mula munculnya klaster Tarawih. Ada dugaan munculnya klaster tersebut lantaran adanya warga pekerja migran setempat yang baru pulang dari luar negeri.
Warga tersebut datang dari perantauan dalam kondisi sakit. Namun tetap nekat ikut Tarawih di musala setempat hingga akhirnya ada satu jemaah yang terkonfirmasi positif COVID-19 dan dinyatakan meninggal dunia.
“Memang ada warga sini yang datang dari luar negeri. Di perjalanan katanya dia positif (COVID-19) saat dilakukan tes. Tiba di rumah tidak menyampaikan kedatangannya. Kemudian yang bersangkutan ikut Tarawih di musala ini,” kata Kepala Desa Ringintelu, Kecamatan Bangorejo, Budi Santoso, Senin (10/5).
Setelah itu, kata Budi, salah seorang pengurus musala mengeluh sakit dan harus mendapat perawatan di rumah sakit. Selang beberapa waktu, pengurus musala itu meninggal dalam kondisi positif COVID-19.
ADVERTISEMENT
“Setelah itu dilakukan tracing dari warga yang kontak erat, ada yang positif juga,” kata Budi.
Hingga kini, pihak Satgas COVID-19 setempat telah melakukan tracing sebanyak 300 orang lebih. Hasilnya, 62 orang dinyatakan positif. Tujuh di antaranya harus menjalani perawatan intensif di rumah sakit. Sementara kasus kematian ada 6 orang.
“Di sini ada tiga dusun, tapi yang paling banyak di Dusun Yudomulyo. Di sini kita ambil tindakan sejak 3 Mei lalu kita berlakukan pembatasan aktivitas warga, ada yang isolasi mandiri juga,” pungkas Budi.

Transmisi Lokal

Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Banyuwangi dr. Widji Lestariono menyebut, banyak kemungkinan penyebab terjadinya klaster tersebut. Apalagi, kasus COVID-19 di Banyuwangi memang telah menyebar sejak lama.
ADVERTISEMENT
“Kasus COVID-19 di Banyuwangi ini menyebar sejak lama. Kita tidak bisa memprediksi dari mana datangnya. Yang jelas, berkembangnya COVID-19 di sini bisa terjadi karena terpapar antarwarga atau yang biasa disebut transmisi lokal,” ujar Widji.
Namun yang pasti, menurutnya, penularan dan penyebaran COVID-19 ini terjadi karena masyarakat masih abai terhadap protokol kesehatan. Masih ada masyarakat yang tidak mengenakan masker secara tertib, dan kerumunan masih terjadi di beberapa tempat.
Apalagi, menjelang Lebaran eskalasi pergerakan dan aktivitas warga semakin meningkat. Mulai tradisi mudik hingga kegiatan selama Ramadhan yang menimbulkan kerumunan. Semuanya berpotensi menjadi sarana penyebaran dan penularan COVID-19.
"Jadi memang banyak faktor yang mempengaruhi penyebaran dan penularan COVID-19 ini," tegas Widji yang juga menjabat juru bicara Satgas COVID-19 Banyuwangi.
ADVERTISEMENT
Widji menambahkan, meskipun vaksinasi sudah dilaksanakan, namun menurutnya jumlahnya belum siginifikan. Angkanya masih jauh sekali dari target yang ditetapkan pemerintah.
"Jadi sama sekali belum signifikan soal vaksinasi ini. Oleh karena itu kita semua tetap harus menjalankan protokol kesehatan secara ketat," tutup Widji.