Klub Basket Warriors Diadukan ke KPAI karena Dugaan Anak Bayar Rp 3 Juta

19 Februari 2024 18:55 WIB
ยท
waktu baca 4 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Rano Budhi pelapor ke KPAI. Foto: Dok.Pribadi/Rano Budhi
zoom-in-whitePerbesar
Rano Budhi pelapor ke KPAI. Foto: Dok.Pribadi/Rano Budhi
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sejumlah orang tua dari anak-anak yang pernah menjadi anggota klub Warriors Basketball Academy di Jakarta Selatan mengadu ke Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI).
ADVERTISEMENT
Pangkal musababnya karena ketika anak-anak itu hendak pindah klub dari Warriors ke klub Airone, diminta membayar Rp 3 juta. Para orang tua keberatan karena tidak ada di perjanjian ketika menjadi anggota klub Warriors.
Dan urusan iuran itu membuat anak-anak ini kesulitan mengembangkan karier basket mereka. Hingga para orang tua meminta bantuan KPAI untuk masa depan anak-anak mereka.
"Tahun lalu anak kita ada 6 orang, tadinya berlatih di klub Warriors. Karena merasa nyaman dengan pelatihnya, nyaman sekalilah, namun beberapa waktu kemudian pelatihnya pindah. Karena anak-anak punya kedekatan emosional dan dipercaya sama pelatihnya, dan skill-nya terutama meningkat, 6 anak ini ikut pindah ke klub baru yang diisi pelatih itu. Dasarnya nyaman, bukan direkrut, (tapi) ingin pindah," kata Rano Budhi, orang tua dari salah satu anak, di kantor KPAI, Jalan Teuku Umar, Jakarta Pusat, Senin (19/2).
ADVERTISEMENT
Soal membayar untuk kepindahan itu, Rano menerangkan, pemilik klub Warriors menyebut hal tersebut merupakan aturan dari buku putih Persatuan Bola Basket Seluruh Indonesia (Perbasi).
Padahal, kata Rano, ketentuan membayar Rp 3 juta tak pernah disebut selama anaknya berlatih di Warriors.
Rano Budhi pelapor ke KPAI. Foto: Dok.Pribadi/Rano Budhi
"Kita mintalah surat pindah dari klub asal, itu diwajibkan untuk dapat ikut open turnamen, supaya anak-anak kita bisa ikut. Mulailah permasalahan, untuk dapat surat dari klub asal, mereka minta uang Rp 3 juta yang mana menurut mereka aturan dari buku putih Perbasi. Jadi dalihnya ikut buku putih," ungkap Rano.
Rano menjelaskan, sebenarnya surat pengunduran diri putrinya sudah disampaikan secara resmi dan sudah diterima pihak Warriors sejak akhir Juli 2023.
ADVERTISEMENT
Namun sudah 7 bulan berselang, pihak Warriors belum mengeluarkan surat keluar walaupun sudah diminta berkali-kali.
Rano menjelaskan, Rp 3 juta untuk surat itu harus dibayarkan per anak. Ia menekankan hal itu tak tertuang dalam perjanjian mana pun yang diberi tahu atau wajib ditandatangani anggota saat bergabung di Warriors.
"Permasalahannya selama kita berlatih di klub Warriors, dari awal kita tidak diberi tahu adanya buku putih itu dan adanya kewajiban nanti kalau pindah harus bayar pindah Rp 3 juta. Nggak ada. Dan selama ikut di form, perjanjian, harus ikut perjanjian klub tanda tangan ortu atau atlet nggak ada," kata Rano.
"Itu timbul masalah. Kita coba mediasi, tapi tidak ditanggapi. Akhirnya sampai saat ini buntu, kita ngadu ke KPAI. Coba mediasi sama Perbasi pun mereka nggak dateng," ujar dia.
ADVERTISEMENT
Selain itu, ia pun heran karena pihak yang membayar haruslah klub baru Airone dan bukan orang tua atau anggota.
"Jadi maunya mereka (Warriors) seperti apa? Maunya kamu bayar, kita keluarin surat. Nggak bisa seperti itu. Yang bayar pun bukan ortu, dari klub tujuannya. Klub tujuan kan nggak tahu apa-apa, mereka hanya menerima. Ada anak masuk, kita terima, terus suruh bayar ke klub lama," kata Rano.
"Nggak masuk akal, kecuali direkrut. Kalau direkrut oke, kalau ada beasiswa atau apa. Tapi ini bukan perekrutan, bukan level profesional hanya pembinaan. Siapa yang dirugikan? Anak-anak yang keluar cuma 6 orang. Timnya 24 orang. Apa mengurangi performa, kan nggak juga?" paparnya.
Rano mengatakan sudah berkali-kali meminta pemilik klub Warriors untuk mediasi, tapi tak ditanggapi. Pihak orang tua sempat direncanakan mediasi oleh Perbasi DKI Jakarta, namun batal.
ADVERTISEMENT
Rano kecewa hingga kini anaknya tak bisa ikut turnamen imbas tak adanya surat dari klub Warriors.
"Ownernya yang minta, kita bicara nggak ditanggapi. Nggak ada penjelasan. Anak-anak kasihan, jadinya nggak bisa ikut open turnamen, apalagi di April ada kejuaraan antarkota, syarat kan surat keluar dari klub asal, kalau nggak, nggak bisa wakili klub baru," ujar Rano.
"Mereka mau berprestasi, nggak bisa. Banyak kejadian seperti ini, mungkin mereka diam," sesalnya.
Menurut Rano, pihak pengaduan KPAI sudah menerima laporannya dan akan segera diserahkan kepada komisioner. Setelah itu, KPAI akan memanggil pihak Warriors, Perbasi, bahkan Kemenpora apabila diperlukan untuk mediasi.
"Poinnya kita harap anak-anak bisa diterbitkan surat dari klub asal, bisa bermain di berbagai turnamen, dan Perbasi bisa revisi aturan buku putih yang rancu. Di buku putih aturannya memang ada tapi rancu. Saat kita pernah coba mediasi Perbasi, mereka bilang aturan ini akan diubah sebenernya. Aturan sudah lama. Mereka harap sudah direvisi," kata Rano.
ADVERTISEMENT
"Pasal karetlah. Bisa dipakai oknum untuk kepentingan pribadi. Mereka bisa keluarkan surat suka-suka. Kita masuk ke (aduan) melanggar hal sipil anak dan hak partisipasi anak untuk berprestasi. Bisa juga malah bisa masuk ke pemerasan. Tapi saya nggak harap seperti itu," pungkasnya.
Hingga berita ini diturunkan belum ada keterangan dari pihak klub Warriors terkait aduan ke KPAI.