Koalisi Indonesia Bersatu Dinilai Tamat Jika Airlangga Digoyang Munaslub Golkar

13 Mei 2022 12:15 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pertemuan Airlangga, Zulkifli Hasan, Suharso Monoarfa. Foto: Dok. DPP PAN
zoom-in-whitePerbesar
Pertemuan Airlangga, Zulkifli Hasan, Suharso Monoarfa. Foto: Dok. DPP PAN
ADVERTISEMENT
Golkar, PAN, dan PPP membentuk koalisi yang diberi nama Koalisi Indonesia Bersatu. Koalisi ini dibentuk usai pertemuan Ketum Golkar Ailrangga Hartarto, Ketum PAN Zulkfili Hasan (Zulhas) dan Ketum PPP Suharso Monoarfa pada Kamis (12/5) kemarin.
ADVERTISEMENT
Direktur Eksekutif Lembaga survei Indonesia Political Opinion (IPO) Dedi Kurnia Syah mengatakan, langgengnya koalisi Indonesia Bersatu ini tergantung pada Golkar. Menurut dia, jika gejolak internal Golkar terjadi dan Munaslub digelar untuk menggoyang Airlangga, kemungkinan koalisi akan berakhir.
"Munaslub itu yang saya sebut ancaman konsistensi internal Golkar, jika Munaslub tidak terselenggara dan Golkar tetap solid, maka akan berdampak pada koalisi. Tetapi jika Airlangga gagal pertahankan kepemimpinan di Golkar, peluang koalisi pecah itu terbuka," kata Dedi, Jumat (13/5).
Namun, Dedi menuturkan, jika Golkar tetap solid, tak menutup kemungkinan koalisi ini akan mendorong Menko Perekonomian itu sebagai capres.
"Kelanggengan koalisi mereka bergantung pada Golkar, jika tidak ada sengketa soal tokoh yang akan diusung dan semua solid memgarah pada Airlangga, maka bisa berjalan," tuturnya.
ADVERTISEMENT
"Tetapi jika kemudian hari Golkar sendri tidak solid, maka ada peluang koalisi ini selesai di tengah jalan," lanjut Dedi.
Ia berpandangan Golkar mengajak PAN dan PPP berkoalisi karena bisa memiliki daya tawar yang kuat.
"Golkar memilih PPP dan PAN bukan tanpa perhitungan, yakni karena keduanya parpol kelas bawah sehingga Airlangga bisa lakukan bargaining cukup kuat," kata dia.
Dedi menambahkan koalisi ini juga bisa berakhir jika ke depan muncul koalisi dengan capres yang lebih kuat. Namun, koalisi ini bisa terus berjalan jika Airlangga legawa tak menjadi capres.
"Jika kemudian hari ada koalisi lain dengan tokoh lebih kuat, itu juga bisa memicu selesainya koalisi sebelum Pemilu 2024. Kecuali, Golkar tidak memaksakan kehendak mengusung Airlangga, maka ini bisa jauh lebih baik," tutup Dedi.
ADVERTISEMENT