news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Koalisi Prabowo di 2024 Dinilai Masih Dinamis, Bisa Berduet dengan PDIP

12 Oktober 2021 13:22 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto tiba di Istana Kepresidenan, Rabu (23/10/2019). Foto: ANTARA FOTO/ Wahyu Putro A
zoom-in-whitePerbesar
Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto tiba di Istana Kepresidenan, Rabu (23/10/2019). Foto: ANTARA FOTO/ Wahyu Putro A
ADVERTISEMENT
Pernyataan Gerindra yang menyebut Ketum Prabowo Subianto akan kembali maju dalam Pilpres 2024 menuai perhatian. Saat ini, bagaimana manuver Gerindra untuk berkoalisi dengan parpol lain pun dinantikan publik.
ADVERTISEMENT
Pengamat politik dari Universitas Al Azhar Indonesia (UAI), Ujang Komarudin, mengatakan koalisi Prabowo di 2024 masih sangat dinamis. Ia menyebut bisa saja Gerindra berkoalisi dengan PDIP, tergantung dinamika politik yang terjadi.
"Soal koalisi dengan PDIP, bisa iya dan bisa juga tidak. Tergantung pada dinamika politik yang berkembang nanti. Soal Gerindra berkoalisi dengan siapa itu masih belum jelas dan pasti. Semuanya masih serba mungkin. Mungkin iya dan mungkin juga tidak," kata Ujang, Selasa (12/10).
Selain itu, siapa sosok cawapres ideal yang mendampingi Prabowo juga belum bisa diprediksi. Dia menyebut bisa saja Prabowo berpasangan dengan Puan Maharani hingga Khofifah Indar Parawansa tergantung perhitungan kalkulasi.
"Dan belum jelas siapa yang cocok dan pas yang bisa menjadi cawapres Prabowo, karena konstruksi koalisi dan konstruksi format pasangan pun belum terlihat. Semuanya masih serba mungkin," kata dia.
ADVERTISEMENT
"Dan semuanya mesti dikalkulasi dengan matang. Kalau soal nama, bisa Puan, Khofifah, atau yang lainnya. Masih belum jelas," lanjutnya.
Selain itu, kata dia, peluang Prabowo menang di 2024 juga belum pasti. Apalagi, Ujang mengatakan elektabilitas Prabowo masih di bawah 30 persen.
"Peluangnya semuanya masih fifty-fifty. Bisa menang dan bisa juga tumbang. Pergerakan politik masih dinamis jadi kita lihat saja nanti diakhir. Masih fifty-fifty. Bisa menang, bisa juga tumbang. Karena elektabilitas juga masih di bawah 30%," tutupnya.