Komite Etik Panggil Dokter RS Pirngadi yang Sebut 'Obat Habis, Pasien Meninggal'

4 September 2024 16:33 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
RSUD Dr. Pirngadi Medan. Foto: Dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
RSUD Dr. Pirngadi Medan. Foto: Dok. Istimewa
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Moh. Ramadhani Soeroso, dokter di RSUD Pirngadi, membuat heboh usai menyebut ada dua pasiennya yang meninggal karena RS di Kota Medan, Sumut, tersebut kehabisan stok obat.
ADVERTISEMENT
Ramadhani menyatakan itu lewat akun TikTok-nya, @denisoeroso.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Medan, Yuda Pratiwi Setiawan, bicara soal dokter RSUD Pirngadi yang menyebut dua pasiennya meninggalnya lantaran kehabisan stok obat.
Yuda bilang, pihaknya menyerahkan kasus ini sepenuhnya ke Komite Etik. Dokter itu pun akan dipanggil untuk klarifikasi.
“Ya terkait kejadian yang diviralkan salah satu dokter di RS Pirngadi kami serahkan sepenuhnya kepada komite kode etik kedokteran,” kata Yuda di Kantor DPRD Medan, Rabu (4/9).
“Nanti dari hasil kode etik itu maka kami akan meneruskan ke inspektorat untuk melakukan pendataan. Jadi kami serahkan ke komite kehormatan kedokteran,” sambungnya.
RSUD Dr. Pirngadi Medan. Foto: Dok. Istimewa
Untuk itu, kata Yuda, pihaknya akan menunggu hasil pemeriksaan. Lalu, bila terindikasi adanya kesalahan, maka dokter tersebut akan dilaporkan ke inspektorat Medan.
ADVERTISEMENT
“Sebenernya enggak ada yang salah, cuma kan secara etika seorang PNS apabila ada menemukan yang tidak sesuaikan maka kan ada prosedurnya ada ketentuannya dalam penyampaian pendapat,” kata Yuda.
“Jadi tak perlu buat kegaduhan yang membuat segala sesuatunya jadi rumit. Padahal kejadiannya belum tentu seperti itu. Ya kalau memang ada yang dilanggar dokter maka akan kita sampaikan ke inspektorat,” ujarnya.

Kata RS Pirngadi

RSUD Dr. Pirngadi Medan. Foto: Dok. Istimewa
RS Pirngadi sendiri mengakui soal kehabisan stok obat ini. Katanya, memang ada keterlambatan distribusi obat.
Namun, menurutnya, hal tersebut bisa ditanggulangi dengan obat yang sama namun merek berbeda.
“Itu namanya diaudit medic dia hanya mengeluh karena obat tak didapatkan. Karena kan obat ini gak mesti obat paten kan. Ada juga obat generik ya, jadi ya obat paten ini agak mahal,” kata Kepala Tim Hukum dan Humas RS Pirngadi Girsang saat dikonfirmasi, Rabu (4/9).
ADVERTISEMENT
“Permintaan dokter itu obat itu jadi waktu itu saat itu kosong. Tapi sudah dipesan,” sambungnya.