Prof Hindra Irawan Satari

Komnas KIPI Bantah Efek Moderna Seperti Digebuk Orang Sekampung: 'Digebuk' Pacar

19 Agustus 2021 13:01 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ketua Komnas Pengkajian & Penanggulanan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (PP-KIPI) Hindra Irawan Satari memberikan keterangan pers terkait pengawalan keamanan vaksin COVID-19 di Jakarta, Kamis (19/11). Foto: Rivan Awal Lingga/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Ketua Komnas Pengkajian & Penanggulanan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (PP-KIPI) Hindra Irawan Satari memberikan keterangan pers terkait pengawalan keamanan vaksin COVID-19 di Jakarta, Kamis (19/11). Foto: Rivan Awal Lingga/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
Efek samping setelah mendapatkan vaksin atau yang disebut Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) merupakan hal yang biasa terjadi, termasuk vaksin Moderna. Umumnya, gejala yang dialami memiliki derajat yang ringan seperti pegal, demam, dan pusing.
ADVERTISEMENT
Ketua Komnas KIPI, Prof. Hindra Irawan Satari, mengungkapkan sejauh ini telah menerima sejumlah laporan KIPI khususnya pada tenaga kesehatan yang telah menerima booster Moderna. Ia juga mengomentari terkait adanya penerima vaksin yang mengatakan bahwa KIPI yang dialami yaitu badan terasa sakit, bahkan seperti "digebuk orang sekampung".
Dari tenaga kesehatan yang telah divaksinasi tersebut, ia mengungkapkan tak banyak laporan KIPI yang diterima. Mayoritas laporan tersebut merupakan tanpa gejala. Jika ada gejala ringan, maka kondisi tersebut juga biasanya tak berlangsung lama. Dalam satu sampai tiga hari dengan istirahat yang cukup, maka tubuh akan kembali normal.
"Laporan banyak yang masuk, ratusan kalau enggak salah. Semuanya ringan. Ringan itu ya enggak 'digebukin sekampung', [tapi] 'digebukin pacar'. Beda kan? Lebih banyak yang enggak ada gejala, tuh," katanya kepada kumparan, Kamis (19/8).
ADVERTISEMENT
"Yang divaksinnya kan jutaan, laporannya dikit. Katakanlah ratusan dibandingkan jutaan kan enggak bisa dibilang banyak ya. Kalau banyak itu dari 1,5 juta dosis 1 juta 'digebukin'," sambungnya.
Vaksin Moderna merupakan vaksin m-RNA pertama di Indonesia. Penggunaannya pun masih terbatas pada sekitar 1,5 juta tenaga kesehatan saja sebagai booster. Sehingga, laporan yang diterima mengenai KIPI sangat dibutuhkan untuk mengetahui sejauh mana vaksin ini memang aman.
"Betul, laporan diharapkan karena justru dengan laporan itu kita tahu bahwa proporsinya rendah bukan berarti laporan masih terus 'wah ini KIPI-nya banyak.' Bukan. Dari laporan yang masuk kita tau bahwa gejala adalah ringan, singkat, dan proporsinya rendah. Jadi vaksin itu aman. Kalau enggak ada KIPI-nya juga aneh," tambah Prof. Hindra.
ADVERTISEMENT
Selain tenaga kesehatan, kini vaksin Moderna juga bisa diterima oleh masyarakat umum dengan kriteria khusus. Untuk itu, jika masyarakat nantinya merasakan gejala, ia meminta agar segera melapor pada fasilitas kesehatan terdekat. Menunda pemeriksaan setelah merasakan gejala yang tak biasa ini dapat berakibat fatal.
"Segera berobat. Segera lapor. Kalau yang dilaporin enggak tanggap, berobat ke dokter terdekat ke fasyankes yang dipercaya untuk berobat karena kalau bisa segera, bisa segera diberikan pertolongan maka tidak berakibat fatal. Tapi kalau menunda, mencari alternatif lain itu yang suka jadi berkelanjutan," tutup Prof. Hindra.
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten