LIPSUS- Indonesia-Singapura-Djoko Tjandra

Kompolnas Minta Polri Usut Dugaan Suap Oknum yang Bantu Djoko Tjandra Kabur

18 Juli 2020 14:40 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Terdakwa dalam kasus Bank Bali, Djoko S. Tjandra bersiap meninggalkan ruang sidang Pengadilan negeri Jakarta Selatan, Senin (28/2/2000). Foto: Irham/Str/Antara
zoom-in-whitePerbesar
Terdakwa dalam kasus Bank Bali, Djoko S. Tjandra bersiap meninggalkan ruang sidang Pengadilan negeri Jakarta Selatan, Senin (28/2/2000). Foto: Irham/Str/Antara
ADVERTISEMENT
Keberadaan buronan kasus cessie Bank Bali, Djoko Tjandra, menjadi perbincangan dalam sebulan terakhir.
ADVERTISEMENT
Djoko Tjandra begitu mudahnya masuk ke Indonesia sampai-sampai bisa membuat e-KTP dan mendaftar PK pada 8 Juni. Setelah itu, keberadaannya tak diketahui. Ia disebut berada di Malaysia untuk menjalani perawatan.
Pelarian Djoko Tjandra yang mudah keluar masuk Indonesia turut menyeret nama 3 jenderal Polri. Mereka ialah Brigjen Prasetijo Utomo, Brigjen Nugroho Slamet Wibowo, dan Irjen Napoleon Bonaparte. Ketiganya kini menjalani pemeriksaan disiplin oleh Propam Polri.
Komisioner Kompolnas, Poengky Indarti, meminta Polri tak hanya mengusut dugaan pelanggaran disiplin ketiga oknum tersebut.
Poengky menilai apabila terdapat bukti adanya dugaan suap terkait pelarian Djoko Tjandra, Polri harus mengusutnya secara pidana. Termasuk soal 'surat sakti' bagi Djoko Tjandra yang diteken Brigjen Prasetijo selaku Kakorwas PPNS Bareskrim Polri.
ADVERTISEMENT
"Sehingga orang yang diduga melakukan penyimpangan saat ini ditelusuri dan diperiksa. Bila terbukti hukuman juga harus tegas, pidana ini bisa juga kan diterapkan soal adanya penerbitan surat palsu sama suap," ujar Poengky dalam diskusi di Jakarta, Sabtu (18/7).
"Dari pemeriksaan akan terlihat arahnya kemana. Jadi yang terlibatsiapa saja akan terlihat. Lalu soal pemeriksaan tak hanya soal etik dan disiplin, harus juga dilakukan dalam ranah pidana," lanjutnya.
Ilustrasi polisi Foto: Aprilandika Hendra/kumparan
Pentingnya hukuman yang tegas, kata Poengky, agar reformasi di tubuh Polri benar-benar berjalan dengan baik. Sehingga polisi yang berbuat baik mendapatkan penghargaan. Sebaliknya bila melanggar harus dihukum.
"Memang benar kita masih harus menghangatkan lagi untuk reformasi kultur. Pengawasan internal eksternal itu masih harus dilakukan. Lalu reward dan punishment ini masih harus terus dilakukan," ucapnya.
ADVERTISEMENT
Diketahui 3 jenderal Polri yang tersandung Djoko Tjandra telah dicopot dari jabatannya masing-masing.
Kapolri Jenderal Idham Azis membuka Musrenbang Polri 2020 di Mabes Polri. Foto: Dok. Polri
Kapolri Idham Aziz mencopot Brigjen Prasetijo dari jabatan Karo Korwas PPNS Bareskrim Polri. Brigjen Prasetijo dicopot lantaran menerbitkan surat sakti bagi Djoko Tjandra pada 18 Juni.
Sementara Brigjen Nugroho dicopot dari jabatan Sekretaris NCB Interpol Indonesia. Brigjen Nugroho dicopot lantaran melanggar kode etik terkait penyampaian terhapusnya nama Djoko Tjandra dari daftar red notice Interpol ke Imigrasi. Penyampaian tersebut tanpa sepengetahuan atasan.
Sama seperti Brigjen Nugroho, Irjen Napoleon Bonaparte juga dicopot dari jabatan Kadiv Hubinter terkait red notice Djoko Tjandra.
***
Saksikan video menarik di bawah ini:
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten