Kondisi Alam dan Cuaca Tak Menentu, BMKG Beri Peringatan Waspada

4 Agustus 2021 15:46 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Perlengkapan penyelamatan dan komunikasi dalam antisipasi bencana alam diperlihatkan saat apel Kesiapsiagaan Antisipasi Bencana Alam di Gedung Sate, Bandung, Jawa Barat, Rabu (4/11). Foto: M Agung Rajasa/Antara Foto
zoom-in-whitePerbesar
Perlengkapan penyelamatan dan komunikasi dalam antisipasi bencana alam diperlihatkan saat apel Kesiapsiagaan Antisipasi Bencana Alam di Gedung Sate, Bandung, Jawa Barat, Rabu (4/11). Foto: M Agung Rajasa/Antara Foto
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Tak menentunya kondisi alam dan cuaca berpotensi menyebabkan terjadinya kerusakan yang berkaitan dengan bencana alam. Masyarakat harus waspada, karena hal ini bisa jadi ancaman.
ADVERTISEMENT
Menurut Kepala BMKG Dwikorita Karnawati peringatan dini bencana jelas masih belum cukup untuk mengurangi dampak yang mungkin ditimbulkan bencana.
Ia menganggap kesadaran akan kejadian bencana alam jelas harus ditanamkan kepada warga masyarakat. Sehingga kesiapsiagaan bisa dapat dimiliki sejak dini oleh tiap warga.
"Sekarang multi bencana makin tinggi potensinya. Tidak hanya gempa bumi, banjir, dan juga ada banjir bandang yang semuanya terjadi bersamaan dan menuntut kesiapsiagaan kita," ujar Dwikorita dalam acara pelatihan mitigasi bencana gempa bumi dan tsunami yang digelar secara daring, Rabu (4/8).
Sebuah rumah amblas terkena bencana tanah bergerak, di tepi jalan Nagari Koto Alam, Kabupaten Limapuluhkota, Sumatera Barat, Sabtu (21/12/2019). Foto: ANTARA FOTO/Adi Prima
"Oleh karena itu sistem peringatan dini yang nanti akan di launching bersama juga merupakan sistem peringatan dini multi bencana," sambungnya.
Sistem peringatan dini itu menjadi penting dimiliki, kata Dwikorita, karena letak geografis Indonesia sendiri yang berbeda dari negara lainnya.
ADVERTISEMENT
Tak hanya dilalui jalur ring of fire yang berpotensi menyebabkan banyak kejadian gempa di Indonesia yang terbilang unik, menurutnya juga jadi salah satu sebab perubahan cuaca dan iklim terbilang cukup dinamis.
"Meski saat SD kita sudah belajar letak indonesia di 2 benua dan samudera. Justru ini yang mengakibatkan iklim dan cuaca indonesia berbeda dengan amerika, australia, eropa. Kita iklim sangat cepat berubah, dinamis, akibat interaksi 2 samudra dan benua tersebut. Itulah kenapa kita signifikan terdampak dari perubahan iklim global," ucap Dwikorita.
Tekad untuk memiliki sistem peringatan dini itu, menurut Dwikorita diperkuat pula dengan kondisi negara lain yang cenderung senasib dengan Indonesia dalam soal kejadian bencana alam.
Berkaca pada negara seperti Jepang dan China, menurutnya Indonesia jelas harus memiliki sistem serupa bila tak ingin banyak korban jiwa berjatuhan pasca terjadinya suatu bencana alam.
ADVERTISEMENT
"Inilah yang membuat tekad kami bahwa membangun budaya kesiapsiagaan multi bencana penting," tegas Dwikorita.
"Kami proses membangun teknologinya. Insyaallah dalam waktu 2 tahun bisa terwujud," lanjut dia.
Selain sistem peringatan dini, Dwikorita pun menyebut pihaknya juga memiliki pekerjaan rumah besar berkaitan dengan penanaman kultur sadar bencana.
Hal itu menurutnya jelas penting bagi masyarakat dalam menerjemahkan informasi yang mereka terima dari sistem peringatan dini.
Sehingga saat bencana terjadi pun masyarakat paham akan hal apa yang harus mereka perbuat.
"Kami menyadari perlu banyak hal yang ditingkatkan bahwa sistem peringatan dini BMKG baik untuk tsunami, cuaca ekstrem, gelombang tinggi ternyata msh perlu diperkuat di sisi kultur," kata Dwikorita.
"Setinggi teknologi apapun kalau kultur enggak terbangun, ini berarti kami harus bekerja keras bagaimana menerjemahkan peringatan dini itu," tutupnya.
ADVERTISEMENT