Kontroversi Bantuan Banjir Bupati Jember yang Sempat Ditarik

18 Februari 2020 7:00 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Bupati Jember Faida saat mengunjungi korban banjir di pondok pesantren di Jember. Foto: kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Bupati Jember Faida saat mengunjungi korban banjir di pondok pesantren di Jember. Foto: kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Bupati Jember, Faida, menarik bantuan berupa 5 kasur, selimut hingga sembako untuk para korban banjir di Ponpes Mahasiswa Baitul 'Ilmi. Sikap Faida tersebut sontak menjadi buah bibir.
ADVERTISEMENT
Kejadian tersebut terjadi di Kelurahan Mangli, Kecamatan Kaliwates, Kabupaten Jember, Jawa Timur. Pengasuh Ponpes Mahasiswa Ma'had Baitul Ilmi, Ustaz Mastur kemudian menceritakan peristiwa penarikan bantuan korban banjir itu.
"Awalnya ditarik semua oleh petugas, tidak ada yang disisakan," ujar ustaz Mastur, Jumat (14/2).
Sejumlah bantuan itu padahal diserahkan langsung Bupati Faida. Penyerahan bantuan dilakukan pada Jumat (7/2) dan disertai seremonial, foto bersama. Dalam penyerahan saat itu rombongan dari Kecamatan Kaliwates hingga pengurus RT/RW.
Santri di Pondok Pesantren di Jember, mengeringkan kitab dan barang-barang yang terendam banjir. Foto: kumparan
Mastur bercerita, Faida saat itu menyampaikan akan memberikan 18 paket bantuan. Jumlahnya sesuai dengan jumlah santri yang ada di ponpes tersebut. Namun karena hanya simbolis semata, pihak ponpes hanya diberi 5 paket saja.
"Tapi, diambil lagi setelah acara bubar, dengan alasan akan diberikan lagi bersama di kantor kelurahan," ujar Mastur menceritakan.
ADVERTISEMENT
Selang tiga hari kemudian, Ketua RW setempat memanggil salah satu santri. Ketua RW itu memanggil santri untuk mengambil bantuan dari Bupati Faida.
Bukan 18 paket yang diambil santri tersebut, melainkan hanya 2 kasur dan 2 selimut. Jumlah bantuan itu rupanya tidak sesuai dengan yang dijanjikan Bupati Faida. Mastur menyesalkan kejadian itu.
"Pak Camatnya mengatakan begini: karena yang banjir tidak hanya di sini, maka diratakan," sambung Mastur menirukan alasan Camat Kaliwates, Asrah Widono.
Mastur yang juga dosen Institut Islam Negeri Jember itu merasa hanya menjadi objek seremonial acara Bupati Faida semata. Alhasil, kejadian tersebut mengakibatkan santri-santri tidur hanya beralaskan karpet seadanya.
"Teras depan jebol, air banjir masuk. Nunggu karpet kering lagi pun harus dua hari," sesal dia.
ADVERTISEMENT
Kejadian ini langsung menjadi buah bibir dan sorotan media. Kabar tak lengkapnya bantuan yang diberikan Bupati Faida menyebar luas, bahkan sampai terdengar ke telinga pemerintah pusat.
Seminggu setelah seremoni penyerahan bantuan, pada Jumat (17/2) akhirnya Bupati Faida memenuhi janjinya dengan menyerahkan 16 paket bantuan yang tersisa.
Bantuan diberikan berkat pemberitaan media. Seluruh santri kini mendapat selimut dan kasur."Karena kata Pak Camat sampai dibaca kementerian," ujar Mastur.
"Sore tadi Pak Camat datang memberi 16 paket kekurangan bantuan seperti yang dijanjikan bupati untuk 18 santri," ujar Mastur.
Saat penyerahan sisa bantuan, Mastur mengatakan dia dan santri diminta Camat Kaliwates yakni Asrah Widono, mengatakan terima kasih ke Bupati Faida. pemberian ucapan itu atas inisiatif Asrah.
ADVERTISEMENT
"Kata-katanya Pak Camat yang buat. Kami bacakan dan direkam," kata Mastur menceritakan.
Video tersebut bertujuan untuk memberi tahu bahwa pemberian bantuan kepada korban banjir sudah terpenuhi. Asrah beralasan, penarikan bantuan di awal disebabkan karena data korban banjir belum lengkap.
Bupati Jember Faida Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
Dikonfirmasi terpisah, Asrah merasa idenya merekam ucapan terima kasih ke Bupati Faida disetujui warga. "Jadi inisiatif semuanya," sebutnya.
Menurut Asrah, video dimaksudkan sebagai bukti pemberian bantuan korban banjir telah terpenuhi. Ia menyebut, penarikan bantuan di awal, lantaran data korban banjir belum lengkap.
Pihaknya hanya menerima data korban yang mempunyai kartu keluarga. Kondisi itu mempersulit pemberian bantuan kepada mahasiswa yang berasal dari luar Kabupaten Jember.
Menurut Asrah, semestinya sejak awal RT maupun RW mendata semua korban. Bahkan korban juga harus aktif melapor.
ADVERTISEMENT
"Dua-duanya seharusnya proaktif. Sehingga data awal pakai KK, kemudian kekurangannya menyusul," sebutnya.