Korea Utara Pamerkan Hulu Ledak Nuklir Canggih Terbaru: Ukurannya Lebih Kecil

28 Maret 2023 19:35 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un sedang memeriksa hulu ledak nuklir di lokasi yang dirahasiakan dalam gambar tak bertanggal yang digunakan dalam sebuah video. Foto: KRT/via Reuters TV
zoom-in-whitePerbesar
Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un sedang memeriksa hulu ledak nuklir di lokasi yang dirahasiakan dalam gambar tak bertanggal yang digunakan dalam sebuah video. Foto: KRT/via Reuters TV
ADVERTISEMENT
Korea Utara memamerkan kecanggihan hulu ledak nuklir terbarunya yang berukuran lebih kecil dan dapat dipasang pada rudal balistik.
ADVERTISEMENT
Peluncuran hulu ledak bernama Hwasan-31 ini dilakukan, menyusul kedatangan kapal induk Amerika Serikat di Korea Selatan dalam rangka penyelenggaraan latihan militer gabungan antara kedua negara.
Dikutip dari Reuters, laporan ini disampaikan oleh media KCNA pada Selasa (28/3). Bersamaan dengan laporan tersebut, KCNA juga merilis foto-foto pemimpin tertinggi Korea Utara Kim Jong-un sedang meninjau hulu ledak Hwasan-31 yang ditempatkan di Institut Senjata Nuklir.
Kim yang dikelilingi oleh pria berseragam militer itu tampak sedang diberikan pengarahan dan memeriksa senjata nuklir taktis baru dan teknologi yang digunakan untuk memasang hulu ledak pada rudal balistik, serta operasi serangan balik nuklir.
“Kim juga diberi pengarahan tentang sistem manajemen senjata nuklir terintegrasi berbasis IT yang disebut Haekbangashoe — yang berarti pemicu nuklir, yang keakuratan, keandalan, dan keamanannya telah diverifikasi selama latihan baru-baru ini yang mensimulasikan serangan balik nuklir,” bunyi laporan KCNA.
Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un sedang memeriksa hulu ledak nuklir di lokasi yang dirahasiakan dalam gambar tak bertanggal yang digunakan dalam sebuah video. Foto: KRT/via Reuters TV
Pada kesempatan yang sama, Kim juga bersumpah untuk memproduksi lebih banyak bahan nuklir berkemampuan senjata untuk memperluas kekuatan persenjataan Korea Utara — yang sudah bersenjata nuklir secara absolut.
ADVERTISEMENT
“Kim Jong Un memerintahkan produksi bahan baku senjata dengan cara yang berpandangan jauh ke depan untuk meningkatkan persenjataan nuklirnya secara eksponensial dan menghasilkan senjata yang kuat,” lapor KCNA.
Menurut laporan KCNA, Kim mengatakan bahwa musuh Korea Utara bukanlah negara atau kelompok tertentu, melainkan perang dan bencana nuklir itu sendiri. Dia pun menegaskan, kebijakan perluasan persenjataan yang dia gencarkan semata-mata ditujukan untuk mempertahankan kedaulatan negara, serta perdamaian dan stabilitas kawasan.
Terkait teknologi nuklir terbaru ini, beberapa ahli berargumen bahwa gambar-gambar yang dirilis KCNA dapat mengindikasikan kemajuan miniaturisasi hulu ledak yang kuat — tetapi cukup kecil untuk dipasang pada rudal balistik antarbenua (ICBM) yang dapat menggapai kawasan AS.
Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un sedang memeriksa hulu ledak nuklir di lokasi yang dirahasiakan dalam gambar tak bertanggal yang digunakan dalam sebuah video. Foto: KRT/via Reuters TV
Argumen ini disampaikan oleh seorang profesor teknik nuklir di Seoul National University, Kune Y. Suh, yang membandingkan hulu ledak baru itu dengan versi di tahun 2016. “Ia memiliki sesuatu yang lebih kuat dalam ruang yang lebih kecil. Itu mengkhawatirkan,” ungkap Kune.
ADVERTISEMENT
Dalam pernyataan terpisah, KCNA melaporkan Korea Utara telah melakukan latihan militer pada Senin (27/3). Latihan itu mencakup simulasi serangan udara nuklir dengan menggunakan dua rudal balistik taktis dan hulu ledak tiruan.
Beberapa bulan terakhir, ketegangan kian meningkat di kawasan Asia-Pasifik. Pyongyang telah meluncurkan berbagai uji coba senjata nuklir dan melakukan simulasi serangan balik nuklir pada pekan lalu.
Tindakan agresif yang mengancam keamanan kawasan ini dilakukan sebagai respons Korea Utara terhadap latihan militer gabungan antara AS dan Korea Selatan yang dinilai sebagai provokasi.
Hal itu lantaran Pyongyang memandang bahwa latihan militer ini berdampak buruk pada keamanan serta kedaulatan negara mereka — menilainya sebagai awal mula invasi.